Berikut ini yang termasuk dalam prinsip prinsip dalam penataan dan penyimpanan alat adalah

Pada tulisan kali akan di bahas mengenai perawatan dan pemeliharaan laboratorium, mulai dari alat-alat laboratorium dan bahan laboratorium. Semoga tulisan ini dapat membantu pembaca yang mencari informasi di blog ini.

Berikut ini yang termasuk dalam prinsip prinsip dalam penataan dan penyimpanan alat adalah
Bahan Laboratorium

Jenis perawatan laboratorium dapat dibedakan menjadi dua, yaitu 

perawatan terencana dan tidak terencana.

Perawatan terencana yaitu perawatan yang sudah direncanakan, diatur, dijadwalkan, dan dilaksanakan sesuai dengan rencana, serta dilakukan monitoring dan evaluasi (monev) setelahnya. 

Perawatan terencana dibagi menjadi dua yaitu: 

  • Perawatan yang bersifat preventif atau pencegahan yang ditujukan untuk mencegah terjadinya gangguan kerusakan pada peralatan laboratorium. 
  • Perawatan yang bersifat korektif yang bertujuan untuk mengembalikan kondisi peralatan laboratorium seperti sebelumnya sehingga dapat berfungsi normal. 

2. Perawatan tidak terencana 

Perawatan tidak terencana juga dapat disebut sebagai perawatan darurat, sehingga tidak pernah direncanakan ataupun dijadwalkan. Perawatan bersifat perbaikan terhadap alat-alat laboratorium yang rusak tanpa diperkirakan sebelumnya. Umumnya, tingkat kerusakan yang terjadi yaitu pada tingkat kerusakan berat.
Baca juga: 30 Cara efektif tindakan pencegahan virus corona/Covid-19 

Penyimpanan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan akibat dari kegiatan pengadaan perlengkapan. Alat dan bahan yang berada di laboratorium hendaknya disimpan secara baik dengan memperhatikan sifat-sifat barang dan juga waktu barang tersebut akan digunakan. 

Sistem apa pun yang digunakan untuk menyimpan alat, kondisi alat-alat tersebut harus ada dalam keadaan aman, mudah dicari, dan mudah diambil. 

1. Prinsip-prinsip Penyimpanan Peralatan 

Penyimpanan peralatan kimia sangat berkaitan dengan perawatan alat. Penyimpanan alat yang baik dan benar akan memperkecil kerusakan peralatan kimia tersebut. Oleh karena itu, perlu diketahui prinsip-prinsip penyimpanan alat kimia dan penggolongannya. 

Prinsip-prinsip penyimpanan peralatan praktikum kimia tersebut antara lain: 

  1. Alat-alat laboratorium dipastikan sudah bersih dan kering sebelum diletakkan dalam lemari. 
  2. Alat-alat disimpan berdasarkan kelompok alat, misalnya berdasarkan jenis bahannya, seperti kelompok peralatan gelas, logam, kayu, porselen, dan sebagainya.
  3. Alat-alat disimpan berdasarkan frekuensi penggunaannya (sering digunakan dan jarang digunakan). Alat yang intensitas penggunaannya tinggi dipisahkan agar mudah saat akan disiapkan untuk kegiatan praktikum. 
  4. Alat-alat khusus disimpan dalam lemari (atau tempat khusus) karena sifat alat yang rentan terhadap faktor luar dan juga karena alat tersebut mahal harganya. 

2. Prinsip Penyimpanan Bahan 

Bahan kimia yang tersimpan di laboratorium sangatlah banyak dan memiliki resiko masing-masing. Penyimpanan yang tidak benar dapat menimbulkan kecelakaan dalam laboratoriurn, misalnya kebakaran, meledak, ataupun justru merusak perabot laboratorium. 

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyimpan bahan kimia antara lain; 

a. Aspek pemisahan (segregation) 

Dua bahan kimia yang berbeda jenis dilarang untuk disimpan bersama, akan tetapi disimpan dalam wadah khusus. Hal tersebut dilakukan guna menghindari adanya percampuran antara kedua bahan yang dapat menjadi sumber bahaya seperti timbul api, gas beracun, dan ledakan. 

b. Tingkat resiko bahaya (multiple hazards) 

Masing-masing bahan kimia memiliki tingkat resiko yang berbeda. Penyimpanan bahan ini berdasarkan tingkat bahayanya yang paling tinggi. Misalnya benzena memiliki sifat bahaya mudah terbakar dan beracun. Karena tingkat bahaya mudah terbakar lebih tinggi dari pada beracun maka, penyimpanan benzena yaitu berada pada rak bahan yang bersifat mudah terbakar. 

Pelabelan wajib dilakukan pada setiap wadah bahan. Pelabelan berfungsi memberikan informasi kepada praktikan tentang nama bahan, tanggal diterima, tanggal dipakai, dan tanggal kadaluwarsa. Informasi lain yang dapat dicantumkan pada botol reagen diantarinya konsentrasi, tanggal pembuatan, nama pembuat reagen, jangka waktu, klasifikasi lokasi penyimpanan, serta nama dan alamat pabrik. 

d.  Bahan kadaluwarsa (outdate chemicals) 

Bahan kimia yang sudah kadaluwarsa tidak boleh digunakan dan harus dibuang di unit pengelolaan limbah. Bahan ini tidak boleh sembarangan dibuang di wastafel ataupun tempat sampah umum.

e. Fasilitas penyimpanan (storage facilities)

Bahan kimia disimpan dalam rak bahan atau loker yang kuat, stabil, aman, tertutup, dan dapat dikunci. Tempat penyimpanan haruslah bersih, kering, terhindar dari panas dan sinar matahari. Selain itu, ruang tempat penyimpanan bahan juga dilengkapi dengan ventilasi udara sehingga ruangan tetap sejuk.

f. Wadah sekunder (secondary containment)

Wadah sekunder digunakan untuk menyimpan bahan kimia dalam bentuk cair guna menghindari atau mencegah timbulnya kecelakaan akibat bocor ataupun pecah. 

Wadah ini dapat berupa baki plastik dengan ukuran yang disesuaikan dengan wadah bahan kimia, bukan disesuaikan dengan volume cairannya. Bahan-bahan berbahaya yang membutuhkan wadah sekunder antara lain: 

  • Basa pekat, misalnya natrium hidroksida dan kalium hidroksida. 
  • Asam pekat, misalnya asam klorida, asam sulfat dan asam florida.
  • Cairan mudah terbakar serta pelarut terhalogenasi, misalnya eter, trikloroetan, dan perkloroetan. 
  • Bahan radioaktif 

g. Inventarisasi (inventory)

Inventarisasi perlu dilakukan secara periodik. Beberapa hal yang perlu dicatat antara lain nama bahan, rumus kimia, jumlah, kualitas, jangka penyimpanan, lokasi penyimpanan, tanggal penyimpanan, tanggal penggunaan, nama dan alamat industri, dan bahaya yang ditimbulkan. 

Informasi resiko bahaya (hazard information) Informasi resiko bahaya yang dicantumkan antara lain bahaya fisik, bahaya terhadap kesehatan, dan bahaya lingkungan. 

3.Penyimpanan Alat dan Bahan dalam Gudang 

Gudang dapat difungsikan sebagai tempat penyimpanan alat dan bahan percobaan. Oleh karena itu gudang harus direncanakan dan 

dibuat sebaik mungkin untuk penyimpanan. Berikut merupakan hal-hal yang harus diperhatikan terkait penyimpanan di dalam gudang: 


  • Penataan alat dan bahan dalam gudang haruslah rapi, sistematis, dan tidak ditumpuk secara acak seperti gudang barang rongsokan. 
  • Zat kimia yang mempunyai sifat tertentu ditempatkan pada lemari maupun wadah tertentu, serta harus diletakkan di tempat yang aman.
  • Gudang haruslah mudah dibersihkan, sehingga tidak dipenuhi kotoran, baik lantai, dinding maupun atapnya.
  • Ruang gudang harus terang, sehingga seseorang dapat mengambil alat dan bahan percobaan dengan jelas dan tidak keliru saat mengambil barang tersebut.
  • Ruang gudang juga sebaiknya tidak lembap, karena kelembapan dapat menyebabkan timbulnya jamur serta korosi.
  • Ruang gudang dilengkapi dengan sistem ventilasi udara yang baik, harus aman dari kejahatan, dan kuat dari gempa. 

Guna menghindari kerusakan, maka perlu dilakukan perawatan terhadap alat-alat laboratorium. Setelah praktikum selesai, setiap alat yang akan disimpan dalam lemari atau rak harus dibersihkan terlebih dahulu. Sementara itu perawatan secara berkala juga perlu dilakukan terhadap fasilitas lain yang ada di laboratorium, seperti kran gas, kran air, dan stop kontak. Setiap alat di dalam laboratorium memiliki karakteristik berbeda sehingga masing-masing memerlukan cara pemeliharaan khusus. 

1. Pemeliharaan Alat Gelas 

Beberapa alat gelas ada yang tahan panas dan tidak. Jangan memanaskan bahan menggunakan alat gelas yang tidak tahan panas. Simpan alat gelas dalam kondisi bersih dan kering. 

2. Pemeliharaan Alat Optik 

Untuk alat-alat Optik seperti lensa, maka bagian filter hendaknya diperiksa secara berkala sehingga apabila ada kotoran atau jamur dapat diketahui secepat mungkin. Untuk menghindarkan alat-alat optik dari jamur, maka sebaiknya lemari atau rak penyimpanan alat-alat Optik diberikan lampu penerangan secukupnya. 

3. Pemeliharaan Alat Listrik 

Setelah selesai dipakai alat-alat listrik harus berada pada posisi off, kemudian diputuskan hubungannya dengan jaringan arus listrik. Sedangkan untuk alat-alat yang memakai baterai perlu dilakukan penggantian baterai secara berkala agar tepat dalam pengukurannya. Perlu diingat bahwa percobaan dengan menggunakan arus listrik yang tinggi sangat memerlukan kecermatan dari guru. 

4. Pemeliharaan Alat Logam 

Peralatan yang terbuat dari logam rentan mengalami karat. Penyimpanan bahan logam haruslah dalam kondisi kering dengan suhu 370 derajat Celcius, serta jauh dari bahan kimia korosif. Sebelum disimpan, bahan logam dibersihkan dari debu, kotoran, maupun air dengan cara dilap dengan kain kemudian diolesi dengan minyak oli, paraffin cair, atau minyak rem. 

5. Pemeliharaan Alat Porselen 

Alat porselen sangatlah mudah pecah ataupun retak. Oleh karena itu hindarkan alat porselen dari benturan dan simpan ditempati yang aman. 

6. Pemeliharaan Alat Kayu 

Peralatan dengan bahan dasar kayu rentan terhadap hewan-hewan renik pemakan kayu. Untuk pemeliharaan, semprotkan pestisida, lalu simpan alat dalam kondisi kering. Apabila perlu, lakukan coating atau melapisi alat tersebut dengan cat. 

7. Pemeliharaan Alat Karet 

Peralatan yang terbuat dari karet jika lama tidak digunakan maka mudah meleleh atau lengket. Peralatan ini juga tidak tahan panas karena dapat mengganggu elastisitasnya. Penyimpanan peralatan dengan bahan baku karet haruslah dalam kondisi bersih dari kotoran, kering, serta apabila perlu beri taburan bedak pada seluruh permukaannya. 

Kebersihan ruang laboratorium ini termasuk salah satu faktor yang dapat mendukung pembelajaran di laboratorium. Dalam melakukan perawatan terhadap laboratorium ini perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini: 


  1. Ruang laboratorium harus dibersihkan secara rutin, terutama kebersihan lantai, meja praktikum, wastafel, lemari asam, ruang penyimpanan alat dan bahan, serta ruang lainnya agar tidak berdebu dan kotor.
  2. Harus disediakan fasilitas wadah khusus yang berfungsi sebagai tempat pembuangan sementara bahan-bahan kimia hasil praktikum maupun bahan kimia sisa praktikum. Bahan-bahan tersebut tidak boleh dibuang di wastafel karena dapat menyumbat saluran wastafel.  
  3. Pembuangan bahan kimia sisa praktikum harus seminimal mungkin. Harus tersedia tempat sampah untuk menampung sisa sampah yang tidak mengandung bahan kimia, seperti kertas, tisu, dan sebagainya.
  4. Ruang laboratorium harus memiliki pencahayaan dan sirkulasi udara yang baik sehingga tidak lembap dan berjamur.