Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hubungan selang hipotesis dan teori

Show

Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang sedang bersifat praduga karena sedang harus dibuktikan kebenarannya.[1]

Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti.[2] Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut.[2] Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti mampu saja dengan sengaja menimbulkan atau menciptakan suatu gejala.[2] Kesengajaan ini dinamakan percobaan atau eksperimen.[2] Hipotesis yang telah teruji kebenarannya dinamakan teori.[2]

Contoh:

Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang mampu saja menyimpulkan (menduga-duga) berlandaskan pengalamannya bahwa (karena langit mendung, maka...) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata beberapa masa kemudia hujan mempunyai turun, maka dugaan terbukti mempunyai. Secara ilmiah, dugaan ini dinamakan hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, maka hipotesisnya dinyatakan aib.

Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah;thesis = pendirian, argumen yang ditegakkan, ketentuan.[3]

Artinya, hipotesa adalah sebuah istilah ilmiah yang dipergunakan dalam rangka perkara ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah.[3] Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga dinamakan dengan hipotesis, tidak hadir perbedaan ruang lingkup di dalamnya.[3]

Ketika berfikir sebagai sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis sebagai sebuah anggapan, anggaran, dugaan, dsb-nya.[3] Hipotesis juga berfaedah sebuah pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa di selang sebanyak fakta hadir hubungan tertentu.[3] Proposisi inilah yang akan membentuk babak terbentuknya sebuah hipotesis di dalam penelitian, salah satu di selangnya, yaitu penelitian sosial.[4]

Babak pembentukan hipotesis adalah sebuah babak penalaran, yang melalui tahap-tahap tertentu.[3] Hal demikian juga terjadi dalam pembuatan hipotesis ilmiah, yang diterapkan dengan sadar, teliti, dan terarah.[3] Sehingga, mampu dituturkan bahwa sebuah Hipotesis adalah satu tipe proposisi yang langsung mampu diuji.[4]

Kegunaan

Hipotesis adalah elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian kuantitatif.[2] Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya:[5]

  1. Hipotesis mampu dituturkan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini mampu diamankan dari teori yang dipergunakan sebagai menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, karena dan dampak dari konflik mampu diterangkan melalui teori tentang konflik.
  2. Hipotesis mampu diuji dan ditunjukkan probabilitas mempunyai atau tidak mempunyai atau di falsifikasi.
  3. Hipotesis adalah alat yang mulia kekuatannya sebagai memajukan ilmu karena membuat ilmuwan mampu keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji sebagai menunjukkan mempunyai atau salahnya dengan perkara terbebas dari nilai dan argumen peneliti yang menyusun dan mengujinya.

Hipotesis dalam penelitian

Walaupun hipotesis penting sebagai arah dan pedoman kerja dalam penelitian, tidak semua penelitian mutlak harus memiliki hipotesis.[6] Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian.[2] Dalam masalah atau tujuan penelitian tampak apakah penelitian menggunakan hipotesis atau tidak.[2] Contohnya yaitu Penelitian eksplorasi yang tujuannya sebagai menggali dan mengumpulkan sebanyak mungkin data atau informasi tidak menggunakan hipotesis.[2] Hal ini sama dengan penelitian deskriptif, hadir yang berpendapat tidak menggunakan hipotesis karena hanya membuat deskripsi atau mengukur secara cermat tentang fenomena yang diteliti,[7] tetapi hadir juga yang menganggap penelitian deskriptif mampu menggunakan hipotesis.[8] Sedangkan, dalam penelitian penjelasan yang mempunyai tujuan menjelaskan hubungan antar-variabel adalah keharusan sebagai menggunakan hipotesis.[9]

Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:[10]

  1. Sebagai menguji teori,
  2. Mendorong munculnya teori,
  3. Menerangkan fenomena sosial,
  4. Sebagai pedoman sebagai mengarahkan penelitian,
  5. Memberikan kerangka sebagai menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.

Karakteristik

Satu hipotesis mampu diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan mempunyai.[2] Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian.[2] Walaupun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, jika hipotesis tersebut sedang mujarad bukan saja membingungkan perkara penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.[4]

Sebagai mampu memformulasikan hipotesis yang patut dan mempunyai, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:[11]

  1. Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun sebagai menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh karena itu, hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
  2. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang mempunyai dan secara operasional. Aturan sebagai, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mengartikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan dikenal secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
  3. Hipotesis menyalakan variasi nilai sehingga mampu diukur secara empiris dan memberikan cerminan tentang fenomena yang diteliti. Sebagai hipotesis deskriptif berfaedah hipotesis secara jelas menyalakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai ruang lingkup.
  4. Hipotesis harus lepas sama sekali nilai. Gunanya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
  5. Hipotesis harus mampu diuji. Sebagai itu, instrumen harus hadir (atau mampu dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis mampu diuji dengan perkara yang tersedia yang mampu dipergunakan sebagai mengujinya karena peneliti mampu merumuskan hipotesis yang bersih, lepas sama sekali nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak hadir perkara penelitian sebagai mengujinya. Oleh karena itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode sebagai mengujinya, patut perkara pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
  6. Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di selang variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyalakan bahwa X mengadakan komunikasi dengan Y adalah sangat umum. Hubungan selang X dan Y mampu positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak lepas sama sekali dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di selang variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan sebagai diterangkan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang mampu diteliti karena dalam teori diterangkan arah hubungan selang variabel yang akan dihipotesiskan.
  7. Hipotesis harus menyalakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di selang variabel diproduksi secara eksplisit.

Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum

Tahap-tahap pembentukan hipotesa kebanyakan sebagai berikut:

  1. Penentuan masalah.[3]Landasan penalaran ilmiah ialah kekayaan ilmu ilmiah yang kebanyakan timbul karena sesuatu kondisi atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak mampu diterangkan berlandaskan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah dikenal.[3] Landasan penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat.[3] Dalam babak penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat wujud perumusan masalah.[3]
  2. Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).[4]Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua perkara.[4] Ini dipergunakan juga dalam penalaran ilmiah.[3] Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan tidak akan terarah.[4] Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan mampu dipergunakan sebagai menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi.[3] Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer diasumsikan bukan hipotesis semuanya penelitian, namun adalah sebuah hipotesis yang hanya dipergunakan sebagai melaksanakan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilakukan.[4]
  3. Pengumpulan fakta.[3]Dalam penalaran ilmiah, di selang banyak fakta yang mulianya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.[3]
  4. Formulasi hipotesa.[3]Pembentukan hipotesa mampu melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak mampu bercakap apa-apa tentang hal ini.[3] Hipotesa diciptakan masa terdapat hubungan tertentu di selang sebanyak fakta.[3] Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula diamankan hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.[3]
  5. Pengujian hipotesaArtinya, mencocokkan hipotesa dengan kondisi yang mampu diamankan dan diamati[3] dalam istilah ilmiah hal ini dinamakan verifikasi(pembenaran).[3] Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka dinamakan konfirmasi.[3] Falsifikasi(penyalahan) terjadi jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak berlandaskan dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak sukses, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration).[3] Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi mampu dinamakan teori.[3]
  6. Aplikasi/penerapan.[3]Apabila hipotesa itu mempunyai dan mampu disediakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah dinamakan prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta.[3] Pengahabisan harus mampu diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.[3]

Hubungan hipotesis dan teori

Hipotesis ini adalah suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan pengahabisan diuji secara empiris.[12] Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyalakan hubungan selang dua atau semakin variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis.[12] Hipotesis ini, diturunkan, atau berasal dari teori dan tinjauan literatur yang mengadakan komunikasi dengan masalah yang akan diteliti.[12] Pernyataan hubungan selang variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, adalah hanya adalah dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah diterangkan dalam kerangka teori yang dipergunakan sebagai menjelaskan masalah penelitian.[12] Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat sebagai dipergunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian.[12] Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Sebagai meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.[12]

Agar teori yang dipergunakan sebagai landasan penyusunan hipotesis mampu diamankan dan diamati dan diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam wujud yang nyata yang mampu diamankan dan diamati dan diukur.[12] Perkara yang umum dipergunakan ialah melalui babak operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori menjadi tingkat yang semakin konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam wujud proposisi yang mampu diamankan dan diamati atau mampu diukur.[12] Proposisi yang mampu diukur atau diamankan dan diamati adalah proposisi yang menyalakan hubungan antar-variabel.[12] Proposisi seperti inilah yang dinamakan sebagai hipotesis.[12]

Jika teori adalah pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-pemikiran (pada tingkat mujarad atau teoritis), hipotesis adalah pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-variabel (dalam tingkat yang konkret atau empiris).[12] Hipotesis menghubungkan teori dengan realitas sehingga melalui hipotesis dimungkinkan diterapkan pengujian atas teori dan bahkan membantu pelaksanaan pengumpulan data yang diperlukan sebagai menjawab permasalahan penelitian.[12] Oleh karena itu, hipotesis sering dinamakan sebagai pernyataan tentang teori dalam wujud yang mampu diuji (statement of theory in testable form), atau kadang-kadanag hipotesis diartikan sebagai pernyataan tentatif tentang realitas (tentative statements about reality).[12]

Oleh karena teori mengadakan komunikasi dengan hipotesis, merumuskan hipotesis akan sulit jika tidak memiliki kerangka teori yang menjelaskan fenomena yang diteliti, tidak mengembangkan proposisi yang tegas tentang masalah penelitian, atau tidak memiliki kemampuan sebagai menggunakan teori yang hadir.[13] Kemudian, karena landasan penyusunan hipotesis yang reliabel dan mampu diuji adalah teori, tingkat ketepatan hipotesis dalam menduga, menjelaskan, memprediksi suatu fenomena atau peristiwa atau hubungan selang fenomena yang ditentukan oleh tingkat ketepatan atau kebenaran teori yang dipergunakan dan yang disusun dalam kerangka teoritis.[12] Jadi, sumber hipotesis adalah teori sebagaimana disusun dalam kerangka teoritis. Karena itu, baik-buruknya suatu hipotesis bergantung pada kondisi relatif dari teori penelitian tentang suatu fenomena sosial dinamakan hipotesis penelitian atau hipotesis kerja.[12] Dengan kata lain, walaupun semakin sering terjadi bahwa penelitian berlaku dari teori ke hipotesis (penelitian deduktif), kadang-kadang sebaliknya yang terjadi.[12]

Catatan kaki

  1. ^ Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal.10
  2. ^ a b c d e f g h i j k (Inggris) Uma Sakaran, Research Methods for Business: A Skill Building Approach, second edition, New York: John Wiley& Sons, Inc, 1992, page. 7-19
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Logika Dasar, tradisional, simbolik, dan induktif. Soekadijo.R.G. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1993
  4. ^ a b c d e f g (Inggris) Paul.D. Leedy and Jeanne.E. Ormrod. Practical Research: Planning and Design Research Edisi 8 [2005]. Ohio : Pearson Merrill Prentice Hall. Page 156-209
  5. ^ (Inggris) Fred N. Kerlinger. 1995. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Diartikan oleh Landung R. Simatupang. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, hal. 30
  6. ^ (Inggris) James A. Black dan Dean J. Champion. 1992. Metoda dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung, Eresco, hal.121.
  7. ^ Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, penyunting. 1989. Perkara Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, hal. 5.
  8. ^ (Inggris) L.R. Gay and P.L. Diehl.1992. Research Methods for Bussiness and Management. New York: MacMillan Publishing Company, page. 65
  9. ^ Suharsimi Arikunto.1996. Perkara Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara, hal. 64.
  10. ^ Kenneth D. Bailey. 1986. Methods of Social Research, 3rd ed. Free Press: London, Page. 41
  11. ^ (Inggris) Creswell, John W. 2003. Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches, Second Edition. California: Sage Publication, page. 73
  12. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p (Inggris) Robert B. Burns. 2000. Introduction to Research Methods. 4th Edition. French Forest NSW: Longman, page. 106-116.
  13. ^ (Inggris) Nan Lin. 1976. Foundations of Social Research. New York: MacGraw-Hill Book Company, page. 8-25


edunitas.com


Page 2

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hubungan selang hipotesis dan teori

Hipotesis atau hipotesa yaitu jawaban sementara terhadap masalah yang sedang bersifat praduga karena sedang harus dibuktikan kebenarannya.[1]

Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti.[2] Hipotesis diproduksi menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut.[2] Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti mampu saja dengan sengaja menimbulkan atau membuat suatu gejala.[2] Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen.[2] Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.[2]

Contoh:

Apabila terlihat awan hitam dan langit diproduksi menjadi pekat, karenanya seseorang mampu saja menyimpulkan (menduga-duga) berlandaskan pengalamannya bahwa (karena langit mendung, karenanya...) sebentar lagi hujan hendak turun. Apabila ternyata beberapa ketika kemudia hujan mempunyai turun, karenanya dugaan terbukti mempunyai. Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, karenanya hipotesisnya dinyatakan keliru.

Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah;thesis = pendirian, pendapat yang ditegakkan, ketetapan.[3]

Artinya, hipotesa adalah suatu istilah ilmiah yang dipakai dalam rangka perkara ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah.[3] Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis, tidak mempunyai perbedaan ciri utama di dalamnya.[3]

Ketika berfikir sebagai sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis sebagai suatu anggapan, anggaran, dugaan, dsb-nya.[3] Hipotesis juga berfaedah suatu pernyataan atau proposisi yang menyebut bahwa di selang sebanyak fakta mempunyai hubungan tertentu.[3] Proposisi inilah yang hendak membentuk ronde terbentuknya suatu hipotesis di dalam penelitian, salah satu di selangnya, yaitu penelitian sosial.[4]

Ronde pembentukan hipotesis adalah suatu ronde penalaran, yang melewati tahap-tahap tertentu.[3] Hal demikian juga terjadi dalam pembuatan hipotesis ilmiah, yang diterapkan dengan sadar, teliti, dan terarah.[3] Sehingga, mampu diceritakan bahwa suatu Hipotesis adalah satu tipe proposisi yang langsung mampu diuji.[4]

Kegunaan

Hipotesis adalah elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian kuantitatif.[2] Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya:[5]

  1. Hipotesis mampu diceritakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini mampu diamankan dari teori yang dipakai sebagai menjelaskan permasalahan yang hendak diteliti. Misalnya, karena dan dampak dari konflik mampu diterangkan melewati teori tentang konflik.
  2. Hipotesis mampu diuji dan ditunjukkan probabilitas mempunyai atau tidak mempunyai atau di falsifikasi.
  3. Hipotesis yaitu alat yang besar dayanya sebagai memajukan ilmu karena membuat ilmuwan mampu keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji sebagai menunjukkan mempunyai atau salahnya dengan perkara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.

Hipotesis dalam penelitian

Walaupun hipotesis penting sebagai arah dan pedoman kerja dalam penelitian, tidak semua penelitian mutlak harus mempunyai hipotesis.[6] Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian.[2] Dalam masalah atau tujuan penelitian tampak apakah penelitian memakai hipotesis atau tidak.[2] Misalnya yaitu Penelitian eksplorasi yang tujuannya sebagai menggali dan mengumpulkan sebanyak mungkin data atau informasi tidak memakai hipotesis.[2] Hal ini sama dengan penelitian deskriptif, mempunyai yang berpendapat tidak memakai hipotesis karena hanya membuat deskripsi atau mengukur secara cermat tentang fenomena yang diteliti,[7] tetapi mempunyai juga yang menganggap penelitian deskriptif mampu memakai hipotesis.[8] Sedangkan, dalam penelitian penjelasan yang mempunyai tujuan menjelaskan hubungan antar-variabel yaitu keharusan sebagai memakai hipotesis.[9]

Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:[10]

  1. Sebagai menguji teori,
  2. Mendorong munculnya teori,
  3. Menerangkan fenomena sosial,
  4. Sebagai pedoman sebagai mengarahkan penelitian,
  5. Memberikan kerangka sebagai menyusun kesimpulan yang hendak dihasilkan.

Karakteristik

Satu hipotesis mampu diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan mempunyai.[2] Kegagalan merumuskan hipotesis hendak mengaburkan hasil penelitian.[2] Walaupun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, bila hipotesis tersebut sedang tidak terwujud bukan saja membingungkan perkara penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.[4]

Sebagai mampu memformulasikan hipotesis yang patut dan mempunyai, sedikitnya harus mempunyai beberapa ciri-ciri pokok, yakni:[11]

  1. Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun sebagai menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh karenanya, hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
  2. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang mempunyai dan secara operasional. Anggaran sebagai, menguji satu hipotesis secara empiris yaitu harus merumuskan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan dikenal secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
  3. Hipotesis menyalakan variasi nilai sehingga mampu diukur secara empiris dan memberikan gambaran tentang fenomena yang diteliti. Sebagai hipotesis deskriptif berfaedah hipotesis secara jelas menyalakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai ciri utama.
  4. Hipotesis harus lepas sama sekali nilai. Gunanya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak mempunyai tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
  5. Hipotesis harus mampu diuji. Sebagai itu, instrumen harus mempunyai (atau mampu dikembangkan) yang hendak menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis mampu diuji dengan perkara yang tersedia yang mampu dipakai sebagai mengujinya karena peneliti mampu merumuskan hipotesis yang bersih, lepas sama sekali nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak mempunyai perkara penelitian sebagai mengujinya. Oleh karenanya, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode sebagai mengujinya, patut perkara pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
  6. Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus mempunyai hubungan eksplisit yang diharapkan di selang variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyalakan bahwa X mengadakan komunikasi dengan Y yaitu sangat umum. Hubungan selang X dan Y mampu positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak lepas sama sekali dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis hendak menekankan hubungan yang diharapkan di selang variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan sebagai diterangkan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori diproduksi menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang mampu diteliti karena dalam teori diterangkan arah hubungan selang variabel yang hendak dihipotesiskan.
  7. Hipotesis harus menyalakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan yaitu salah satu hubungan yang diharapkan di selang variabel diproduksi secara eksplisit.

Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum

Tahap-tahap pembentukan hipotesa kebanyakan sebagai berikut:

  1. Penentuan masalah.[3]Landasan penalaran ilmiah ialah kekayaan ilmu ilmiah yang kebanyakan timbul karena sesuatu kondisi atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak mampu diterangkan berlandaskan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah dikenal.[3] Landasan penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat.[3] Dalam ronde penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat wujud perumusan masalah.[3]
  2. Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).[4]Dugaan atau anggapan sementara yang diproduksi menjadi pangkal bertolak dari semua perkara.[4] Ini dipakai juga dalam penalaran ilmiah.[3] Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan tidak hendak terarah.[4] Fakta yang terkumpul mungkin tidak hendak mampu dipakai sebagai menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi.[3] Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer diasumsikan bukan hipotesis semuanya penelitian, namun adalah suatu hipotesis yang hanya dipakai sebagai menerapkan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilakukan.[4]
  3. Pengumpulan fakta.[3]Dalam penalaran ilmiah, di selang banyak fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.[3]
  4. Formulasi hipotesa.[3]Pembentukan hipotesa mampu melewati ilham atau intuisi, dimana logika tidak mampu berucap apa-apa tentang hal ini.[3] Hipotesa diproduksi ketika terdapat hubungan tertentu di selang sebanyak fakta.[3] Sebagai contoh suatu anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa suatu apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula diamankan hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.[3]
  5. Pengujian hipotesaArtinya, mencocokkan hipotesa dengan kondisi yang mampu diamankan[3] dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran).[3] Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta karenanya disebut konfirmasi.[3] Falsifikasi(penyalahan) terjadi bila usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak berlandaskan dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak sukses, karenanya hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration).[3] Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi mampu disebut teori.[3]
  6. Aplikasi/penerapan.[3]Apabila hipotesa itu mempunyai dan mampu dipersiapkan diproduksi menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta.[3] Pengahabisan harus mampu diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.[3]

Hubungan hipotesis dan teori

Hipotesis ini adalah suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan pengahabisan diuji secara empiris.[12] Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyalakan hubungan selang dua atau semakin variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis.[12] Hipotesis ini, diturunkan, atau berasal dari teori dan tinjauan literatur yang mengadakan komunikasi dengan masalah yang hendak diteliti.[12] Pernyataan hubungan selang variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, adalah hanya adalah dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah diterangkan dalam kerangka teori yang dipakai sebagai menjelaskan masalah penelitian.[12] Sebab, teori yang tepat hendak menghasilkan hipotesis yang tepat sebagai dipakai sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian.[12] Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Sebagai meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.[12]

Supaya teori yang dipakai sebagai landasan penyusunan hipotesis mampu diamankan dan diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam wujud yang nyata yang mampu diamankan dan diukur.[12] Perkara yang umum dipakai ialah melewati ronde operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori diproduksi menjadi tingkat yang semakin konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam wujud proposisi yang mampu diamankan atau mampu diukur.[12] Proposisi yang mampu diukur atau diamankan yaitu proposisi yang menyalakan hubungan antar-variabel.[12] Proposisi seperti inilah yang disebut sebagai hipotesis.[12]

Bila teori adalah pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-pemikiran (pada tingkat tidak terwujud atau teoritis), hipotesis adalah pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-variabel (dalam tingkat yang konkret atau empiris).[12] Hipotesis menghubungkan teori dengan realitas sehingga melewati hipotesis dimungkinkan diterapkan pengujian atas teori dan bahkan membantu pelaksanaan pengumpulan data yang diperlukan sebagai menjawab permasalahan penelitian.[12] Oleh karenanya, hipotesis sering disebut sebagai pernyataan tentang teori dalam wujud yang mampu diuji (statement of theory in testable form), atau kadang-kadanag hipotesis dirumuskan sebagai pernyataan tentatif tentang realitas (tentative statements about reality).[12]

Oleh karena teori mengadakan komunikasi dengan hipotesis, merumuskan hipotesis hendak sulit bila tidak mempunyai kerangka teori yang menjelaskan fenomena yang diteliti, tidak mengembangkan proposisi yang tegas tentang masalah penelitian, atau tidak mempunyai kemampuan sebagai memakai teori yang mempunyai.[13] Kemudian, karena landasan penyusunan hipotesis yang reliabel dan mampu diuji yaitu teori, tingkat ketepatan hipotesis dalam menduga, menjelaskan, memprediksi suatu fenomena atau peristiwa atau hubungan selang fenomena yang ditentukan oleh tingkat ketepatan atau kebenaran teori yang dipakai dan yang disusun dalam kerangka teoritis.[12] Jadi, sumber hipotesis yaitu teori sebagaimana disusun dalam kerangka teoritis. Karena itu, baik-buruknya suatu hipotesis bergantung pada kondisi relatif dari teori penelitian tentang suatu fenomena sosial disebut hipotesis penelitian atau hipotesis kerja.[12] Dengan kata lain, walaupun semakin sering terjadi bahwa penelitian berlanjut dari teori ke hipotesis (penelitian deduktif), kadang-kadang sebaliknya yang terjadi.[12]

Catatan kaki

  1. ^ Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal.10
  2. ^ a b c d e f g h i j k (Inggris) Uma Sakaran, Research Methods for Business: A Skill Building Approach, second edition, New York: John Wiley& Sons, Inc, 1992, page. 7-19
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Logika Dasar, tradisional, simbolik, dan induktif. Soekadijo.R.G. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1993
  4. ^ a b c d e f g (Inggris) Paul.D. Leedy and Jeanne.E. Ormrod. Practical Research: Planning and Design Research Edisi 8 [2005]. Ohio : Pearson Merrill Prentice Hall. Page 156-209
  5. ^ (Inggris) Fred N. Kerlinger. 1995. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Diartikan oleh Landung R. Simatupang. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, hal. 30
  6. ^ (Inggris) James A. Black dan Dean J. Champion. 1992. Metoda dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung, Eresco, hal.121.
  7. ^ Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, penyunting. 1989. Perkara Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, hal. 5.
  8. ^ (Inggris) L.R. Gay and P.L. Diehl.1992. Research Methods for Bussiness and Management. New York: MacMillan Publishing Company, page. 65
  9. ^ Suharsimi Arikunto.1996. Perkara Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara, hal. 64.
  10. ^ Kenneth D. Bailey. 1986. Methods of Social Research, 3rd ed. Free Press: London, Page. 41
  11. ^ (Inggris) Creswell, John W. 2003. Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches, Second Edition. California: Sage Publication, page. 73
  12. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p (Inggris) Robert B. Burns. 2000. Introduction to Research Methods. 4th Edition. French Forest NSW: Longman, page. 106-116.
  13. ^ (Inggris) Nan Lin. 1976. Foundations of Social Research. New York: MacGraw-Hill Book Company, page. 8-25


edunitas.com


Page 3

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hubungan selang hipotesis dan teori

Hipotesis atau hipotesa yaitu jawaban sementara terhadap masalah yang sedang bersifat praduga karena sedang harus dibuktikan kebenarannya.[1]

Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti.[2] Hipotesis diproduksi menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut.[2] Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti mampu saja dengan sengaja menimbulkan atau membuat suatu gejala.[2] Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen.[2] Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.[2]

Contoh:

Apabila terlihat awan hitam dan langit diproduksi menjadi pekat, karenanya seseorang mampu saja menyimpulkan (menduga-duga) berlandaskan pengalamannya bahwa (karena langit mendung, karenanya...) sebentar lagi hujan hendak turun. Apabila ternyata beberapa ketika kemudia hujan mempunyai turun, karenanya dugaan terbukti mempunyai. Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, karenanya hipotesisnya dinyatakan keliru.

Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah;thesis = pendirian, pendapat yang ditegakkan, ketetapan.[3]

Artinya, hipotesa adalah suatu istilah ilmiah yang dipakai dalam rangka perkara ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah.[3] Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis, tidak mempunyai perbedaan ciri utama di dalamnya.[3]

Ketika berfikir sebagai sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis sebagai suatu anggapan, anggaran, dugaan, dsb-nya.[3] Hipotesis juga berfaedah suatu pernyataan atau proposisi yang menyebut bahwa di selang sebanyak fakta mempunyai hubungan tertentu.[3] Proposisi inilah yang hendak membentuk ronde terbentuknya suatu hipotesis di dalam penelitian, salah satu di selangnya, yaitu penelitian sosial.[4]

Ronde pembentukan hipotesis adalah suatu ronde penalaran, yang melewati tahap-tahap tertentu.[3] Hal demikian juga terjadi dalam pembuatan hipotesis ilmiah, yang diterapkan dengan sadar, teliti, dan terarah.[3] Sehingga, mampu diceritakan bahwa suatu Hipotesis adalah satu tipe proposisi yang langsung mampu diuji.[4]

Kegunaan

Hipotesis adalah elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian kuantitatif.[2] Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya:[5]

  1. Hipotesis mampu diceritakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini mampu diamankan dari teori yang dipakai sebagai menjelaskan permasalahan yang hendak diteliti. Misalnya, karena dan dampak dari konflik mampu diterangkan melewati teori tentang konflik.
  2. Hipotesis mampu diuji dan ditunjukkan probabilitas mempunyai atau tidak mempunyai atau di falsifikasi.
  3. Hipotesis yaitu alat yang besar dayanya sebagai memajukan ilmu karena membuat ilmuwan mampu keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji sebagai menunjukkan mempunyai atau salahnya dengan perkara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.

Hipotesis dalam penelitian

Walaupun hipotesis penting sebagai arah dan pedoman kerja dalam penelitian, tidak semua penelitian mutlak harus mempunyai hipotesis.[6] Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian.[2] Dalam masalah atau tujuan penelitian tampak apakah penelitian memakai hipotesis atau tidak.[2] Misalnya yaitu Penelitian eksplorasi yang tujuannya sebagai menggali dan mengumpulkan sebanyak mungkin data atau informasi tidak memakai hipotesis.[2] Hal ini sama dengan penelitian deskriptif, mempunyai yang berpendapat tidak memakai hipotesis karena hanya membuat deskripsi atau mengukur secara cermat tentang fenomena yang diteliti,[7] tetapi mempunyai juga yang menganggap penelitian deskriptif mampu memakai hipotesis.[8] Sedangkan, dalam penelitian penjelasan yang mempunyai tujuan menjelaskan hubungan antar-variabel yaitu keharusan sebagai memakai hipotesis.[9]

Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:[10]

  1. Sebagai menguji teori,
  2. Mendorong munculnya teori,
  3. Menerangkan fenomena sosial,
  4. Sebagai pedoman sebagai mengarahkan penelitian,
  5. Memberikan kerangka sebagai menyusun kesimpulan yang hendak dihasilkan.

Karakteristik

Satu hipotesis mampu diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan mempunyai.[2] Kegagalan merumuskan hipotesis hendak mengaburkan hasil penelitian.[2] Walaupun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, bila hipotesis tersebut sedang tidak terwujud bukan saja membingungkan perkara penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.[4]

Sebagai mampu memformulasikan hipotesis yang patut dan mempunyai, sedikitnya harus mempunyai beberapa ciri-ciri pokok, yakni:[11]

  1. Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun sebagai menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh karenanya, hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
  2. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang mempunyai dan secara operasional. Anggaran sebagai, menguji satu hipotesis secara empiris yaitu harus merumuskan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan dikenal secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
  3. Hipotesis menyalakan variasi nilai sehingga mampu diukur secara empiris dan memberikan gambaran tentang fenomena yang diteliti. Sebagai hipotesis deskriptif berfaedah hipotesis secara jelas menyalakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai ciri utama.
  4. Hipotesis harus lepas sama sekali nilai. Gunanya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak mempunyai tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
  5. Hipotesis harus mampu diuji. Sebagai itu, instrumen harus mempunyai (atau mampu dikembangkan) yang hendak menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis mampu diuji dengan perkara yang tersedia yang mampu dipakai sebagai mengujinya karena peneliti mampu merumuskan hipotesis yang bersih, lepas sama sekali nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak mempunyai perkara penelitian sebagai mengujinya. Oleh karenanya, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode sebagai mengujinya, patut perkara pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
  6. Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus mempunyai hubungan eksplisit yang diharapkan di selang variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyalakan bahwa X mengadakan komunikasi dengan Y yaitu sangat umum. Hubungan selang X dan Y mampu positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak lepas sama sekali dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis hendak menekankan hubungan yang diharapkan di selang variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan sebagai diterangkan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori diproduksi menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang mampu diteliti karena dalam teori diterangkan arah hubungan selang variabel yang hendak dihipotesiskan.
  7. Hipotesis harus menyalakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan yaitu salah satu hubungan yang diharapkan di selang variabel diproduksi secara eksplisit.

Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum

Tahap-tahap pembentukan hipotesa kebanyakan sebagai berikut:

  1. Penentuan masalah.[3]Landasan penalaran ilmiah ialah kekayaan ilmu ilmiah yang kebanyakan timbul karena sesuatu kondisi atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak mampu diterangkan berlandaskan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah dikenal.[3] Landasan penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat.[3] Dalam ronde penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat wujud perumusan masalah.[3]
  2. Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).[4]Dugaan atau anggapan sementara yang diproduksi menjadi pangkal bertolak dari semua perkara.[4] Ini dipakai juga dalam penalaran ilmiah.[3] Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan tidak hendak terarah.[4] Fakta yang terkumpul mungkin tidak hendak mampu dipakai sebagai menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi.[3] Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer diasumsikan bukan hipotesis semuanya penelitian, namun adalah suatu hipotesis yang hanya dipakai sebagai menerapkan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilakukan.[4]
  3. Pengumpulan fakta.[3]Dalam penalaran ilmiah, di selang banyak fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.[3]
  4. Formulasi hipotesa.[3]Pembentukan hipotesa mampu melewati ilham atau intuisi, dimana logika tidak mampu berucap apa-apa tentang hal ini.[3] Hipotesa diproduksi ketika terdapat hubungan tertentu di selang sebanyak fakta.[3] Sebagai contoh suatu anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa suatu apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula diamankan hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.[3]
  5. Pengujian hipotesaArtinya, mencocokkan hipotesa dengan kondisi yang mampu diamankan[3] dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran).[3] Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta karenanya disebut konfirmasi.[3] Falsifikasi(penyalahan) terjadi bila usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak berlandaskan dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak sukses, karenanya hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration).[3] Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi mampu disebut teori.[3]
  6. Aplikasi/penerapan.[3]Apabila hipotesa itu mempunyai dan mampu dipersiapkan diproduksi menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta.[3] Pengahabisan harus mampu diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.[3]

Hubungan hipotesis dan teori

Hipotesis ini adalah suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan pengahabisan diuji secara empiris.[12] Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyalakan hubungan selang dua atau semakin variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis.[12] Hipotesis ini, diturunkan, atau berasal dari teori dan tinjauan literatur yang mengadakan komunikasi dengan masalah yang hendak diteliti.[12] Pernyataan hubungan selang variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, adalah hanya adalah dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah diterangkan dalam kerangka teori yang dipakai sebagai menjelaskan masalah penelitian.[12] Sebab, teori yang tepat hendak menghasilkan hipotesis yang tepat sebagai dipakai sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian.[12] Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Sebagai meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.[12]

Supaya teori yang dipakai sebagai landasan penyusunan hipotesis mampu diamankan dan diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam wujud yang nyata yang mampu diamankan dan diukur.[12] Perkara yang umum dipakai ialah melewati ronde operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori diproduksi menjadi tingkat yang semakin konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam wujud proposisi yang mampu diamankan atau mampu diukur.[12] Proposisi yang mampu diukur atau diamankan yaitu proposisi yang menyalakan hubungan antar-variabel.[12] Proposisi seperti inilah yang disebut sebagai hipotesis.[12]

Bila teori adalah pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-pemikiran (pada tingkat tidak terwujud atau teoritis), hipotesis adalah pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-variabel (dalam tingkat yang konkret atau empiris).[12] Hipotesis menghubungkan teori dengan realitas sehingga melewati hipotesis dimungkinkan diterapkan pengujian atas teori dan bahkan membantu pelaksanaan pengumpulan data yang diperlukan sebagai menjawab permasalahan penelitian.[12] Oleh karenanya, hipotesis sering disebut sebagai pernyataan tentang teori dalam wujud yang mampu diuji (statement of theory in testable form), atau kadang-kadanag hipotesis dirumuskan sebagai pernyataan tentatif tentang realitas (tentative statements about reality).[12]

Oleh karena teori mengadakan komunikasi dengan hipotesis, merumuskan hipotesis hendak sulit bila tidak mempunyai kerangka teori yang menjelaskan fenomena yang diteliti, tidak mengembangkan proposisi yang tegas tentang masalah penelitian, atau tidak mempunyai kemampuan sebagai memakai teori yang mempunyai.[13] Kemudian, karena landasan penyusunan hipotesis yang reliabel dan mampu diuji yaitu teori, tingkat ketepatan hipotesis dalam menduga, menjelaskan, memprediksi suatu fenomena atau peristiwa atau hubungan selang fenomena yang ditentukan oleh tingkat ketepatan atau kebenaran teori yang dipakai dan yang disusun dalam kerangka teoritis.[12] Jadi, sumber hipotesis yaitu teori sebagaimana disusun dalam kerangka teoritis. Karena itu, baik-buruknya suatu hipotesis bergantung pada kondisi relatif dari teori penelitian tentang suatu fenomena sosial disebut hipotesis penelitian atau hipotesis kerja.[12] Dengan kata lain, walaupun semakin sering terjadi bahwa penelitian berlanjut dari teori ke hipotesis (penelitian deduktif), kadang-kadang sebaliknya yang terjadi.[12]

Catatan kaki

  1. ^ Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal.10
  2. ^ a b c d e f g h i j k (Inggris) Uma Sakaran, Research Methods for Business: A Skill Building Approach, second edition, New York: John Wiley& Sons, Inc, 1992, page. 7-19
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Logika Dasar, tradisional, simbolik, dan induktif. Soekadijo.R.G. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1993
  4. ^ a b c d e f g (Inggris) Paul.D. Leedy and Jeanne.E. Ormrod. Practical Research: Planning and Design Research Edisi 8 [2005]. Ohio : Pearson Merrill Prentice Hall. Page 156-209
  5. ^ (Inggris) Fred N. Kerlinger. 1995. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Diartikan oleh Landung R. Simatupang. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, hal. 30
  6. ^ (Inggris) James A. Black dan Dean J. Champion. 1992. Metoda dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung, Eresco, hal.121.
  7. ^ Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, penyunting. 1989. Perkara Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, hal. 5.
  8. ^ (Inggris) L.R. Gay and P.L. Diehl.1992. Research Methods for Bussiness and Management. New York: MacMillan Publishing Company, page. 65
  9. ^ Suharsimi Arikunto.1996. Perkara Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara, hal. 64.
  10. ^ Kenneth D. Bailey. 1986. Methods of Social Research, 3rd ed. Free Press: London, Page. 41
  11. ^ (Inggris) Creswell, John W. 2003. Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches, Second Edition. California: Sage Publication, page. 73
  12. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p (Inggris) Robert B. Burns. 2000. Introduction to Research Methods. 4th Edition. French Forest NSW: Longman, page. 106-116.
  13. ^ (Inggris) Nan Lin. 1976. Foundations of Social Research. New York: MacGraw-Hill Book Company, page. 8-25


edunitas.com


Page 4

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hubungan selang hipotesis dan teori

Hipotesis atau hipotesa yaitu jawaban sementara terhadap masalah yang sedang bersifat praduga karena sedang harus dibuktikan kebenarannya.[1]

Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti.[2] Hipotesis diproduksi menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut.[2] Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti mampu saja dengan sengaja menimbulkan atau membuat suatu gejala.[2] Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen.[2] Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.[2]

Contoh:

Apabila terlihat awan hitam dan langit diproduksi menjadi pekat, karenanya seseorang mampu saja menyimpulkan (menduga-duga) berlandaskan pengalamannya bahwa (karena langit mendung, karenanya...) sebentar lagi hujan hendak turun. Apabila ternyata beberapa ketika kemudia hujan mempunyai turun, karenanya dugaan terbukti mempunyai. Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, karenanya hipotesisnya dinyatakan keliru.

Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah;thesis = pendirian, pendapat yang ditegakkan, ketetapan.[3]

Artinya, hipotesa adalah suatu istilah ilmiah yang dipakai dalam rangka perkara ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah.[3] Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis, tidak mempunyai perbedaan ciri utama di dalamnya.[3]

Ketika berfikir sebagai sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis sebagai suatu anggapan, anggaran, dugaan, dsb-nya.[3] Hipotesis juga berfaedah suatu pernyataan atau proposisi yang menyebut bahwa di selang sebanyak fakta mempunyai hubungan tertentu.[3] Proposisi inilah yang hendak membentuk ronde terbentuknya suatu hipotesis di dalam penelitian, salah satu di selangnya, yaitu penelitian sosial.[4]

Ronde pembentukan hipotesis adalah suatu ronde penalaran, yang melewati tahap-tahap tertentu.[3] Hal demikian juga terjadi dalam pembuatan hipotesis ilmiah, yang diterapkan dengan sadar, teliti, dan terarah.[3] Sehingga, mampu diceritakan bahwa suatu Hipotesis adalah satu tipe proposisi yang langsung mampu diuji.[4]

Kegunaan

Hipotesis adalah elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian kuantitatif.[2] Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya:[5]

  1. Hipotesis mampu diceritakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini mampu diamankan dari teori yang dipakai sebagai menjelaskan permasalahan yang hendak diteliti. Misalnya, karena dan dampak dari konflik mampu diterangkan melewati teori tentang konflik.
  2. Hipotesis mampu diuji dan ditunjukkan probabilitas mempunyai atau tidak mempunyai atau di falsifikasi.
  3. Hipotesis yaitu alat yang besar dayanya sebagai memajukan ilmu karena membuat ilmuwan mampu keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji sebagai menunjukkan mempunyai atau salahnya dengan perkara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.

Hipotesis dalam penelitian

Walaupun hipotesis penting sebagai arah dan pedoman kerja dalam penelitian, tidak semua penelitian mutlak harus mempunyai hipotesis.[6] Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian.[2] Dalam masalah atau tujuan penelitian tampak apakah penelitian memakai hipotesis atau tidak.[2] Misalnya yaitu Penelitian eksplorasi yang tujuannya sebagai menggali dan mengumpulkan sebanyak mungkin data atau informasi tidak memakai hipotesis.[2] Hal ini sama dengan penelitian deskriptif, mempunyai yang berpendapat tidak memakai hipotesis karena hanya membuat deskripsi atau mengukur secara cermat tentang fenomena yang diteliti,[7] tetapi mempunyai juga yang menganggap penelitian deskriptif mampu memakai hipotesis.[8] Sedangkan, dalam penelitian penjelasan yang mempunyai tujuan menjelaskan hubungan antar-variabel yaitu keharusan sebagai memakai hipotesis.[9]

Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:[10]

  1. Sebagai menguji teori,
  2. Mendorong munculnya teori,
  3. Menerangkan fenomena sosial,
  4. Sebagai pedoman sebagai mengarahkan penelitian,
  5. Memberikan kerangka sebagai menyusun kesimpulan yang hendak dihasilkan.

Karakteristik

Satu hipotesis mampu diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan mempunyai.[2] Kegagalan merumuskan hipotesis hendak mengaburkan hasil penelitian.[2] Walaupun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, bila hipotesis tersebut sedang tidak terwujud bukan saja membingungkan perkara penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.[4]

Sebagai mampu memformulasikan hipotesis yang patut dan mempunyai, sedikitnya harus mempunyai beberapa ciri-ciri pokok, yakni:[11]

  1. Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun sebagai menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh karenanya, hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
  2. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang mempunyai dan secara operasional. Anggaran sebagai, menguji satu hipotesis secara empiris yaitu harus merumuskan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan dikenal secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
  3. Hipotesis menyalakan variasi nilai sehingga mampu diukur secara empiris dan memberikan gambaran tentang fenomena yang diteliti. Sebagai hipotesis deskriptif berfaedah hipotesis secara jelas menyalakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai ciri utama.
  4. Hipotesis harus lepas sama sekali nilai. Gunanya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak mempunyai tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
  5. Hipotesis harus mampu diuji. Sebagai itu, instrumen harus mempunyai (atau mampu dikembangkan) yang hendak menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis mampu diuji dengan perkara yang tersedia yang mampu dipakai sebagai mengujinya karena peneliti mampu merumuskan hipotesis yang bersih, lepas sama sekali nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak mempunyai perkara penelitian sebagai mengujinya. Oleh karenanya, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode sebagai mengujinya, patut perkara pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
  6. Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus mempunyai hubungan eksplisit yang diharapkan di selang variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyalakan bahwa X mengadakan komunikasi dengan Y yaitu sangat umum. Hubungan selang X dan Y mampu positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak lepas sama sekali dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis hendak menekankan hubungan yang diharapkan di selang variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan sebagai diterangkan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori diproduksi menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang mampu diteliti karena dalam teori diterangkan arah hubungan selang variabel yang hendak dihipotesiskan.
  7. Hipotesis harus menyalakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan yaitu salah satu hubungan yang diharapkan di selang variabel diproduksi secara eksplisit.

Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum

Tahap-tahap pembentukan hipotesa kebanyakan sebagai berikut:

  1. Penentuan masalah.[3]Landasan penalaran ilmiah ialah kekayaan ilmu ilmiah yang kebanyakan timbul karena sesuatu kondisi atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak mampu diterangkan berlandaskan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah dikenal.[3] Landasan penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat.[3] Dalam ronde penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat wujud perumusan masalah.[3]
  2. Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).[4]Dugaan atau anggapan sementara yang diproduksi menjadi pangkal bertolak dari semua perkara.[4] Ini dipakai juga dalam penalaran ilmiah.[3] Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan tidak hendak terarah.[4] Fakta yang terkumpul mungkin tidak hendak mampu dipakai sebagai menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi.[3] Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer diasumsikan bukan hipotesis semuanya penelitian, namun adalah suatu hipotesis yang hanya dipakai sebagai menerapkan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilakukan.[4]
  3. Pengumpulan fakta.[3]Dalam penalaran ilmiah, di selang banyak fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.[3]
  4. Formulasi hipotesa.[3]Pembentukan hipotesa mampu melewati ilham atau intuisi, dimana logika tidak mampu berucap apa-apa tentang hal ini.[3] Hipotesa diproduksi ketika terdapat hubungan tertentu di selang sebanyak fakta.[3] Sebagai contoh suatu anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa suatu apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula diamankan hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.[3]
  5. Pengujian hipotesaArtinya, mencocokkan hipotesa dengan kondisi yang mampu diamankan[3] dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran).[3] Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta karenanya disebut konfirmasi.[3] Falsifikasi(penyalahan) terjadi bila usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak berlandaskan dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak sukses, karenanya hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration).[3] Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi mampu disebut teori.[3]
  6. Aplikasi/penerapan.[3]Apabila hipotesa itu mempunyai dan mampu dipersiapkan diproduksi menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta.[3] Pengahabisan harus mampu diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.[3]

Hubungan hipotesis dan teori

Hipotesis ini adalah suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan pengahabisan diuji secara empiris.[12] Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyalakan hubungan selang dua atau semakin variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis.[12] Hipotesis ini, diturunkan, atau berasal dari teori dan tinjauan literatur yang mengadakan komunikasi dengan masalah yang hendak diteliti.[12] Pernyataan hubungan selang variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, adalah hanya adalah dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah diterangkan dalam kerangka teori yang dipakai sebagai menjelaskan masalah penelitian.[12] Sebab, teori yang tepat hendak menghasilkan hipotesis yang tepat sebagai dipakai sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian.[12] Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Sebagai meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.[12]

Supaya teori yang dipakai sebagai landasan penyusunan hipotesis mampu diamankan dan diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam wujud yang nyata yang mampu diamankan dan diukur.[12] Perkara yang umum dipakai ialah melewati ronde operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori diproduksi menjadi tingkat yang semakin konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam wujud proposisi yang mampu diamankan atau mampu diukur.[12] Proposisi yang mampu diukur atau diamankan yaitu proposisi yang menyalakan hubungan antar-variabel.[12] Proposisi seperti inilah yang disebut sebagai hipotesis.[12]

Bila teori adalah pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-pemikiran (pada tingkat tidak terwujud atau teoritis), hipotesis adalah pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-variabel (dalam tingkat yang konkret atau empiris).[12] Hipotesis menghubungkan teori dengan realitas sehingga melewati hipotesis dimungkinkan diterapkan pengujian atas teori dan bahkan membantu pelaksanaan pengumpulan data yang diperlukan sebagai menjawab permasalahan penelitian.[12] Oleh karenanya, hipotesis sering disebut sebagai pernyataan tentang teori dalam wujud yang mampu diuji (statement of theory in testable form), atau kadang-kadanag hipotesis dirumuskan sebagai pernyataan tentatif tentang realitas (tentative statements about reality).[12]

Oleh karena teori mengadakan komunikasi dengan hipotesis, merumuskan hipotesis hendak sulit bila tidak mempunyai kerangka teori yang menjelaskan fenomena yang diteliti, tidak mengembangkan proposisi yang tegas tentang masalah penelitian, atau tidak mempunyai kemampuan sebagai memakai teori yang mempunyai.[13] Kemudian, karena landasan penyusunan hipotesis yang reliabel dan mampu diuji yaitu teori, tingkat ketepatan hipotesis dalam menduga, menjelaskan, memprediksi suatu fenomena atau peristiwa atau hubungan selang fenomena yang ditentukan oleh tingkat ketepatan atau kebenaran teori yang dipakai dan yang disusun dalam kerangka teoritis.[12] Jadi, sumber hipotesis yaitu teori sebagaimana disusun dalam kerangka teoritis. Karena itu, baik-buruknya suatu hipotesis bergantung pada kondisi relatif dari teori penelitian tentang suatu fenomena sosial disebut hipotesis penelitian atau hipotesis kerja.[12] Dengan kata lain, walaupun semakin sering terjadi bahwa penelitian berlanjut dari teori ke hipotesis (penelitian deduktif), kadang-kadang sebaliknya yang terjadi.[12]

Catatan kaki

  1. ^ Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal.10
  2. ^ a b c d e f g h i j k (Inggris) Uma Sakaran, Research Methods for Business: A Skill Building Approach, second edition, New York: John Wiley& Sons, Inc, 1992, page. 7-19
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Logika Dasar, tradisional, simbolik, dan induktif. Soekadijo.R.G. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1993
  4. ^ a b c d e f g (Inggris) Paul.D. Leedy and Jeanne.E. Ormrod. Practical Research: Planning and Design Research Edisi 8 [2005]. Ohio : Pearson Merrill Prentice Hall. Page 156-209
  5. ^ (Inggris) Fred N. Kerlinger. 1995. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Diartikan oleh Landung R. Simatupang. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, hal. 30
  6. ^ (Inggris) James A. Black dan Dean J. Champion. 1992. Metoda dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung, Eresco, hal.121.
  7. ^ Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, penyunting. 1989. Perkara Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, hal. 5.
  8. ^ (Inggris) L.R. Gay and P.L. Diehl.1992. Research Methods for Bussiness and Management. New York: MacMillan Publishing Company, page. 65
  9. ^ Suharsimi Arikunto.1996. Perkara Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara, hal. 64.
  10. ^ Kenneth D. Bailey. 1986. Methods of Social Research, 3rd ed. Free Press: London, Page. 41
  11. ^ (Inggris) Creswell, John W. 2003. Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches, Second Edition. California: Sage Publication, page. 73
  12. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p (Inggris) Robert B. Burns. 2000. Introduction to Research Methods. 4th Edition. French Forest NSW: Longman, page. 106-116.
  13. ^ (Inggris) Nan Lin. 1976. Foundations of Social Research. New York: MacGraw-Hill Book Company, page. 8-25


edunitas.com


Page 5

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hubungan selang hipotesis dan teori

Hipotesis atau hipotesa yaitu jawaban sementara terhadap masalah yang sedang bersifat praduga karena sedang harus dibuktikan kebenarannya.[1]

Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti.[2] Hipotesis diproduksi menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut.[2] Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti mampu saja dengan sengaja menimbulkan atau membuat suatu gejala.[2] Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen.[2] Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.[2]

Contoh:

Apabila terlihat awan hitam dan langit diproduksi menjadi pekat, karenanya seseorang mampu saja menyimpulkan (menduga-duga) berlandaskan pengalamannya bahwa (karena langit mendung, karenanya...) sebentar lagi hujan hendak turun. Apabila ternyata beberapa ketika kemudia hujan mempunyai turun, karenanya dugaan terbukti mempunyai. Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, karenanya hipotesisnya dinyatakan keliru.

Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah;thesis = pendirian, pendapat yang ditegakkan, ketetapan.[3]

Artinya, hipotesa adalah suatu istilah ilmiah yang dipakai dalam rangka perkara ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah.[3] Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis, tidak mempunyai perbedaan ciri utama di dalamnya.[3]

Ketika berfikir sebagai sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis sebagai suatu anggapan, anggaran, dugaan, dsb-nya.[3] Hipotesis juga berfaedah suatu pernyataan atau proposisi yang menyebut bahwa di selang sebanyak fakta mempunyai hubungan tertentu.[3] Proposisi inilah yang hendak membentuk ronde terbentuknya suatu hipotesis di dalam penelitian, salah satu di selangnya, yaitu penelitian sosial.[4]

Ronde pembentukan hipotesis adalah suatu ronde penalaran, yang melewati tahap-tahap tertentu.[3] Hal demikian juga terjadi dalam pembuatan hipotesis ilmiah, yang diterapkan dengan sadar, teliti, dan terarah.[3] Sehingga, mampu diceritakan bahwa suatu Hipotesis adalah satu tipe proposisi yang langsung mampu diuji.[4]

Kegunaan

Hipotesis adalah elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian kuantitatif.[2] Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya:[5]

  1. Hipotesis mampu diceritakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini mampu diamankan dari teori yang dipakai sebagai menjelaskan permasalahan yang hendak diteliti. Misalnya, karena dan dampak dari konflik mampu diterangkan melewati teori tentang konflik.
  2. Hipotesis mampu diuji dan ditunjukkan probabilitas mempunyai atau tidak mempunyai atau di falsifikasi.
  3. Hipotesis yaitu alat yang besar dayanya sebagai memajukan ilmu karena membuat ilmuwan mampu keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji sebagai menunjukkan mempunyai atau salahnya dengan perkara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.

Hipotesis dalam penelitian

Walaupun hipotesis penting sebagai arah dan pedoman kerja dalam penelitian, tidak semua penelitian mutlak harus mempunyai hipotesis.[6] Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian.[2] Dalam masalah atau tujuan penelitian tampak apakah penelitian memakai hipotesis atau tidak.[2] Misalnya yaitu Penelitian eksplorasi yang tujuannya sebagai menggali dan mengumpulkan sebanyak mungkin data atau informasi tidak memakai hipotesis.[2] Hal ini sama dengan penelitian deskriptif, mempunyai yang berpendapat tidak memakai hipotesis karena hanya membuat deskripsi atau mengukur secara cermat tentang fenomena yang diteliti,[7] tetapi mempunyai juga yang menganggap penelitian deskriptif mampu memakai hipotesis.[8] Sedangkan, dalam penelitian penjelasan yang mempunyai tujuan menjelaskan hubungan antar-variabel yaitu keharusan sebagai memakai hipotesis.[9]

Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:[10]

  1. Sebagai menguji teori,
  2. Mendorong munculnya teori,
  3. Menerangkan fenomena sosial,
  4. Sebagai pedoman sebagai mengarahkan penelitian,
  5. Memberikan kerangka sebagai menyusun kesimpulan yang hendak dihasilkan.

Karakteristik

Satu hipotesis mampu diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan mempunyai.[2] Kegagalan merumuskan hipotesis hendak mengaburkan hasil penelitian.[2] Walaupun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, bila hipotesis tersebut sedang tidak terwujud bukan saja membingungkan perkara penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.[4]

Sebagai mampu memformulasikan hipotesis yang patut dan mempunyai, sedikitnya harus mempunyai beberapa ciri-ciri pokok, yakni:[11]

  1. Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun sebagai menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh karenanya, hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
  2. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang mempunyai dan secara operasional. Anggaran sebagai, menguji satu hipotesis secara empiris yaitu harus merumuskan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan dikenal secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
  3. Hipotesis menyalakan variasi nilai sehingga mampu diukur secara empiris dan memberikan gambaran tentang fenomena yang diteliti. Sebagai hipotesis deskriptif berfaedah hipotesis secara jelas menyalakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai ciri utama.
  4. Hipotesis harus lepas sama sekali nilai. Gunanya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak mempunyai tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
  5. Hipotesis harus mampu diuji. Sebagai itu, instrumen harus mempunyai (atau mampu dikembangkan) yang hendak menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis mampu diuji dengan perkara yang tersedia yang mampu dipakai sebagai mengujinya karena peneliti mampu merumuskan hipotesis yang bersih, lepas sama sekali nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak mempunyai perkara penelitian sebagai mengujinya. Oleh karenanya, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode sebagai mengujinya, patut perkara pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
  6. Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus mempunyai hubungan eksplisit yang diharapkan di selang variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyalakan bahwa X mengadakan komunikasi dengan Y yaitu sangat umum. Hubungan selang X dan Y mampu positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak lepas sama sekali dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis hendak menekankan hubungan yang diharapkan di selang variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan sebagai diterangkan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori diproduksi menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang mampu diteliti karena dalam teori diterangkan arah hubungan selang variabel yang hendak dihipotesiskan.
  7. Hipotesis harus menyalakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan yaitu salah satu hubungan yang diharapkan di selang variabel diproduksi secara eksplisit.

Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum

Tahap-tahap pembentukan hipotesa kebanyakan sebagai berikut:

  1. Penentuan masalah.[3]Landasan penalaran ilmiah ialah kekayaan ilmu ilmiah yang kebanyakan timbul karena sesuatu kondisi atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak mampu diterangkan berlandaskan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah dikenal.[3] Landasan penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat.[3] Dalam ronde penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat wujud perumusan masalah.[3]
  2. Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).[4]Dugaan atau anggapan sementara yang diproduksi menjadi pangkal bertolak dari semua perkara.[4] Ini dipakai juga dalam penalaran ilmiah.[3] Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan tidak hendak terarah.[4] Fakta yang terkumpul mungkin tidak hendak mampu dipakai sebagai menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi.[3] Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer diasumsikan bukan hipotesis semuanya penelitian, namun adalah suatu hipotesis yang hanya dipakai sebagai menerapkan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilakukan.[4]
  3. Pengumpulan fakta.[3]Dalam penalaran ilmiah, di selang banyak fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.[3]
  4. Formulasi hipotesa.[3]Pembentukan hipotesa mampu melewati ilham atau intuisi, dimana logika tidak mampu berucap apa-apa tentang hal ini.[3] Hipotesa diproduksi ketika terdapat hubungan tertentu di selang sebanyak fakta.[3] Sebagai contoh suatu anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa suatu apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula diamankan hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.[3]
  5. Pengujian hipotesaArtinya, mencocokkan hipotesa dengan kondisi yang mampu diamankan[3] dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran).[3] Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta karenanya disebut konfirmasi.[3] Falsifikasi(penyalahan) terjadi bila usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak berlandaskan dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak sukses, karenanya hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration).[3] Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi mampu disebut teori.[3]
  6. Aplikasi/penerapan.[3]Apabila hipotesa itu mempunyai dan mampu dipersiapkan diproduksi menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta.[3] Pengahabisan harus mampu diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.[3]

Hubungan hipotesis dan teori

Hipotesis ini adalah suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan pengahabisan diuji secara empiris.[12] Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyalakan hubungan selang dua atau semakin variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis.[12] Hipotesis ini, diturunkan, atau berasal dari teori dan tinjauan literatur yang mengadakan komunikasi dengan masalah yang hendak diteliti.[12] Pernyataan hubungan selang variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, adalah hanya adalah dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah diterangkan dalam kerangka teori yang dipakai sebagai menjelaskan masalah penelitian.[12] Sebab, teori yang tepat hendak menghasilkan hipotesis yang tepat sebagai dipakai sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian.[12] Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Sebagai meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.[12]

Supaya teori yang dipakai sebagai landasan penyusunan hipotesis mampu diamankan dan diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam wujud yang nyata yang mampu diamankan dan diukur.[12] Perkara yang umum dipakai ialah melewati ronde operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori diproduksi menjadi tingkat yang semakin konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam wujud proposisi yang mampu diamankan atau mampu diukur.[12] Proposisi yang mampu diukur atau diamankan yaitu proposisi yang menyalakan hubungan antar-variabel.[12] Proposisi seperti inilah yang disebut sebagai hipotesis.[12]

Bila teori adalah pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-pemikiran (pada tingkat tidak terwujud atau teoritis), hipotesis adalah pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-variabel (dalam tingkat yang konkret atau empiris).[12] Hipotesis menghubungkan teori dengan realitas sehingga melewati hipotesis dimungkinkan diterapkan pengujian atas teori dan bahkan membantu pelaksanaan pengumpulan data yang diperlukan sebagai menjawab permasalahan penelitian.[12] Oleh karenanya, hipotesis sering disebut sebagai pernyataan tentang teori dalam wujud yang mampu diuji (statement of theory in testable form), atau kadang-kadanag hipotesis dirumuskan sebagai pernyataan tentatif tentang realitas (tentative statements about reality).[12]

Oleh karena teori mengadakan komunikasi dengan hipotesis, merumuskan hipotesis hendak sulit bila tidak mempunyai kerangka teori yang menjelaskan fenomena yang diteliti, tidak mengembangkan proposisi yang tegas tentang masalah penelitian, atau tidak mempunyai kemampuan sebagai memakai teori yang mempunyai.[13] Kemudian, karena landasan penyusunan hipotesis yang reliabel dan mampu diuji yaitu teori, tingkat ketepatan hipotesis dalam menduga, menjelaskan, memprediksi suatu fenomena atau peristiwa atau hubungan selang fenomena yang ditentukan oleh tingkat ketepatan atau kebenaran teori yang dipakai dan yang disusun dalam kerangka teoritis.[12] Jadi, sumber hipotesis yaitu teori sebagaimana disusun dalam kerangka teoritis. Karena itu, baik-buruknya suatu hipotesis bergantung pada kondisi relatif dari teori penelitian tentang suatu fenomena sosial disebut hipotesis penelitian atau hipotesis kerja.[12] Dengan kata lain, walaupun semakin sering terjadi bahwa penelitian berlanjut dari teori ke hipotesis (penelitian deduktif), kadang-kadang sebaliknya yang terjadi.[12]

Catatan kaki

  1. ^ Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal.10
  2. ^ a b c d e f g h i j k (Inggris) Uma Sakaran, Research Methods for Business: A Skill Building Approach, second edition, New York: John Wiley& Sons, Inc, 1992, page. 7-19
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Logika Dasar, tradisional, simbolik, dan induktif. Soekadijo.R.G. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1993
  4. ^ a b c d e f g (Inggris) Paul.D. Leedy and Jeanne.E. Ormrod. Practical Research: Planning and Design Research Edisi 8 [2005]. Ohio : Pearson Merrill Prentice Hall. Page 156-209
  5. ^ (Inggris) Fred N. Kerlinger. 1995. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Diartikan oleh Landung R. Simatupang. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, hal. 30
  6. ^ (Inggris) James A. Black dan Dean J. Champion. 1992. Metoda dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung, Eresco, hal.121.
  7. ^ Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, penyunting. 1989. Perkara Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, hal. 5.
  8. ^ (Inggris) L.R. Gay and P.L. Diehl.1992. Research Methods for Bussiness and Management. New York: MacMillan Publishing Company, page. 65
  9. ^ Suharsimi Arikunto.1996. Perkara Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara, hal. 64.
  10. ^ Kenneth D. Bailey. 1986. Methods of Social Research, 3rd ed. Free Press: London, Page. 41
  11. ^ (Inggris) Creswell, John W. 2003. Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches, Second Edition. California: Sage Publication, page. 73
  12. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p (Inggris) Robert B. Burns. 2000. Introduction to Research Methods. 4th Edition. French Forest NSW: Longman, page. 106-116.
  13. ^ (Inggris) Nan Lin. 1976. Foundations of Social Research. New York: MacGraw-Hill Book Company, page. 8-25


edunitas.com


Page 6

Tags (tagged): hirarki memori, unkris, semakin ke, atas, semakin mahal memori, lebih kecil, kilobyte, saja kecepatannya paling, cepat antara, semua, cache bersifat opsional, umumnya digunakan, pada, prosesor, merupakan memori, digunakan dalam, memori, utama, pusat ilmu, pengetahuan cepat, oleh, cpu efisiensi dalam, pemakaian memori, hirarki


Page 7

Tags (tagged): hirarki memori, unkris, semakin ke, atas, semakin mahal memori, lebih kecil, kilobyte, saja kecepatannya paling, cepat antara, semua, cache bersifat opsional, umumnya digunakan, pada, prosesor, merupakan memori, digunakan dalam, memori, utama, pusat ilmu, pengetahuan cepat, oleh, cpu efisiensi dalam, pemakaian memori, hirarki


Page 8

Tags (tagged): memory hierarchy, unkris, semakin ke, atas, semakin mahal memori, lebih kecil, kilobyte, saja kecepatannya paling, cepat antara, semua, cache bersifat opsional, umumnya digunakan, pada, prosesor, merupakan memori, digunakan dalam, memori, utama, center of, studies cepat, oleh, cpu efisiensi dalam, pemakaian memori, memory, hierarchy


Page 9

Tags (tagged): memory hierarchy, unkris, semakin ke, atas, semakin mahal memori, lebih kecil, kilobyte, saja kecepatannya paling, cepat antara, semua, cache bersifat opsional, umumnya digunakan, pada, prosesor, merupakan memori, digunakan dalam, memori, utama, center of, studies cepat, oleh, cpu efisiensi dalam, pemakaian memori, memory, hierarchy


Page 10

Memori (atau semakin tepat disebut memori fisik) adalah istilah generik yang merujuk pada media penyimpanan data sementara pada komputer. Setiap program dan data yang sedang diproses oleh prosesor hendak disimpan di dalam memori fisik. Data yang disimpan dalam memori fisik bersifat sementara, karena data yang disimpan di dalamnya hendak tersimpan selama komputer tersebut sedang dialiri daya (dengan kata lain, komputer itu sedang hidup). Ketika komputer itu direset atau dimatikan, data yang disimpan dalam memori fisik hendak hilang. Oleh karena itulah, sebelum mematikan komputer, semua data yang belum disimpan ke dalam media penyimpanan permanen (umumnya berbasis disk, semacam hard disk atau floppy disk), sehingga data tersebut mampu dibuka kembali di lain kesempatan. Memori fisik umumnya diimplementasikan dalam wujud Random Access Memory (RAM), yang bersifat dinamis (DRAM). Mengapa disebut Random Access, yaitu karena akses terhadap lokasi-lokasi di dalamnya mampu diterapkan secara acak (random), bukan secara berurutan (sekuensial). Meskipun demikian, kata random access dalam RAM ini sering menjadi salah kaprah. Sebagai contoh, memori yang hanya mampu dibaca (ROM), juga mampu diakses secara random, tetapi dia dibedakan dengan RAM karena ROM mampu menyimpan data tanpa kebutuhan daya dan tidak mampu disurati sewaktu-waktu. Selain itu, hard disk yang juga adalah salah satu media penyimpanan juga mampu diakses secara acak, tapi dia tidak digolongkan ke dalam Random Access Memory.

Penggunaan memori

Komponen utama dalam sistem komputer yaitu Arithmetic and Logic Unit (ALU), Control Circuitry, Storage Space dan piranti Input/Output. Tanpa memori, komputer hanya berfungsi sebagai piranti pemroses sinyal digital saja, misalnya kalkulator atau media player. Kemampuan memori untuk menyimpan data, instruksi dan informasi-lah yang membuat komputer mampu disebut sebagai komputer multi-fungsi (general-purpose). Komputer adalah piranti digital, karenanya informasi disajikan dengan sistem bilangan biner (binary). Teks, angka, gambar, suara dan video dikonversikan menjadi sekumpulan bilangan biner (binary digit atau disingkat bit). Sekumpulan bilangan biner dikenal dengan istilah BYTE, dimana 1 byte = 8 bits. Semakin agung ukuran memori-nya karenanya semakin banyak pula informasi yang mampu disimpan di dalam komputer (media penyimpanan).

Jenis-jenis memori

Beberapa jenis memori yang banyak dipakai yaitu sebagai berikut:

Pembagian memori

Dalam pembicaraan tentang arsitektur komputer seperti arsitektur von Neumann, misalnya, kapasitas dan kecepatan memori dibedakan dengan menggunakan hierarki memori. Hierarki ini disusun dari jenis memori yang paling cepat sampai yang paling lambat; disusun dari yang paling kecil kapasitasnya sampai paling agung kapasitasnya; dan diurutkan dari harga tiap bit memori-nya mulai dari yang paling tinggi (mahal) sampai yang paling rendah (murah).

Pustaka


edunitas.com


Page 11

Memori (atau semakin tepat disebut memori fisik) adalah istilah generik yang merujuk pada media penyimpanan data sementara pada komputer. Setiap program dan data yang sedang diproses oleh prosesor hendak disimpan di dalam memori fisik. Data yang disimpan dalam memori fisik bersifat sementara, karena data yang disimpan di dalamnya hendak tersimpan selama komputer tersebut sedang dialiri daya (dengan kata lain, komputer itu sedang hidup). Ketika komputer itu direset atau dimatikan, data yang disimpan dalam memori fisik hendak hilang. Oleh karena itulah, sebelum mematikan komputer, semua data yang belum disimpan ke dalam media penyimpanan permanen (umumnya berbasis disk, semacam hard disk atau floppy disk), sehingga data tersebut mampu dibuka kembali di lain kesempatan. Memori fisik umumnya diimplementasikan dalam wujud Random Access Memory (RAM), yang bersifat dinamis (DRAM). Mengapa disebut Random Access, yaitu karena akses terhadap lokasi-lokasi di dalamnya mampu diterapkan secara acak (random), bukan secara berurutan (sekuensial). Meskipun demikian, kata random access dalam RAM ini sering menjadi salah kaprah. Sebagai contoh, memori yang hanya mampu dibaca (ROM), juga mampu diakses secara random, tetapi dia dibedakan dengan RAM karena ROM mampu menyimpan data tanpa kebutuhan daya dan tidak mampu disurati sewaktu-waktu. Selain itu, hard disk yang juga adalah salah satu media penyimpanan juga mampu diakses secara acak, tapi dia tidak digolongkan ke dalam Random Access Memory.

Penggunaan memori

Komponen utama dalam sistem komputer yaitu Arithmetic and Logic Unit (ALU), Control Circuitry, Storage Space dan piranti Input/Output. Tanpa memori, komputer hanya berfungsi sebagai piranti pemroses sinyal digital saja, misalnya kalkulator atau media player. Kemampuan memori untuk menyimpan data, instruksi dan informasi-lah yang membuat komputer mampu disebut sebagai komputer multi-fungsi (general-purpose). Komputer adalah piranti digital, karenanya informasi disajikan dengan sistem bilangan biner (binary). Teks, angka, gambar, suara dan video dikonversikan menjadi sekumpulan bilangan biner (binary digit atau disingkat bit). Sekumpulan bilangan biner dikenal dengan istilah BYTE, dimana 1 byte = 8 bits. Semakin agung ukuran memori-nya karenanya semakin banyak pula informasi yang mampu disimpan di dalam komputer (media penyimpanan).

Jenis-jenis memori

Beberapa jenis memori yang banyak dipakai yaitu sebagai berikut:

Pembagian memori

Dalam pembicaraan tentang arsitektur komputer seperti arsitektur von Neumann, misalnya, kapasitas dan kecepatan memori dibedakan dengan menggunakan hierarki memori. Hierarki ini disusun dari jenis memori yang paling cepat sampai yang paling lambat; disusun dari yang paling kecil kapasitasnya sampai paling agung kapasitasnya; dan diurutkan dari harga tiap bit memori-nya mulai dari yang paling tinggi (mahal) sampai yang paling rendah (murah).

Pustaka


edunitas.com


Page 12

Memori (atau semakin tepat disebut memori fisik) adalah istilah generik yang merujuk pada media penyimpanan data sementara pada komputer. Setiap program dan data yang sedang diproses oleh prosesor hendak disimpan di dalam memori fisik. Data yang disimpan dalam memori fisik bersifat sementara, karena data yang disimpan di dalamnya hendak tersimpan selama komputer tersebut sedang dialiri daya (dengan kata lain, komputer itu sedang hidup). Ketika komputer itu direset atau dimatikan, data yang disimpan dalam memori fisik hendak hilang. Oleh karena itulah, sebelum mematikan komputer, semua data yang belum disimpan ke dalam media penyimpanan permanen (umumnya berbasis disk, semacam hard disk atau floppy disk), sehingga data tersebut mampu dibuka kembali di lain kesempatan. Memori fisik umumnya diimplementasikan dalam wujud Random Access Memory (RAM), yang bersifat dinamis (DRAM). Mengapa disebut Random Access, yaitu karena akses terhadap lokasi-lokasi di dalamnya mampu diterapkan secara acak (random), bukan secara berurutan (sekuensial). Meskipun demikian, kata random access dalam RAM ini sering menjadi salah kaprah. Sebagai contoh, memori yang hanya mampu dibaca (ROM), juga mampu diakses secara random, tetapi dia dibedakan dengan RAM karena ROM mampu menyimpan data tanpa kebutuhan daya dan tidak mampu disurati sewaktu-waktu. Selain itu, hard disk yang juga adalah salah satu media penyimpanan juga mampu diakses secara acak, tapi dia tidak digolongkan ke dalam Random Access Memory.

Penggunaan memori

Komponen utama dalam sistem komputer yaitu Arithmetic and Logic Unit (ALU), Control Circuitry, Storage Space dan piranti Input/Output. Tanpa memori, komputer hanya berfungsi sebagai piranti pemroses sinyal digital saja, misalnya kalkulator atau media player. Kemampuan memori untuk menyimpan data, instruksi dan informasi-lah yang membuat komputer mampu disebut sebagai komputer multi-fungsi (general-purpose). Komputer adalah piranti digital, karenanya informasi disajikan dengan sistem bilangan biner (binary). Teks, angka, gambar, suara dan video dikonversikan menjadi sekumpulan bilangan biner (binary digit atau disingkat bit). Sekumpulan bilangan biner dikenal dengan istilah BYTE, dimana 1 byte = 8 bits. Semakin agung ukuran memori-nya karenanya semakin banyak pula informasi yang mampu disimpan di dalam komputer (media penyimpanan).

Jenis-jenis memori

Beberapa jenis memori yang banyak dipakai yaitu sebagai berikut:

Pembagian memori

Dalam pembicaraan tentang arsitektur komputer seperti arsitektur von Neumann, misalnya, kapasitas dan kecepatan memori dibedakan dengan menggunakan hierarki memori. Hierarki ini disusun dari jenis memori yang paling cepat sampai yang paling lambat; disusun dari yang paling kecil kapasitasnya sampai paling agung kapasitasnya; dan diurutkan dari harga tiap bit memori-nya mulai dari yang paling tinggi (mahal) sampai yang paling rendah (murah).

Pustaka


edunitas.com


Page 13

Memori (atau semakin tepat disebut memori fisik) adalah istilah generik yang merujuk pada media penyimpanan data sementara pada komputer. Setiap program dan data yang sedang diproses oleh prosesor hendak disimpan di dalam memori fisik. Data yang disimpan dalam memori fisik bersifat sementara, karena data yang disimpan di dalamnya hendak tersimpan selama komputer tersebut sedang dialiri daya (dengan kata lain, komputer itu sedang hidup). Ketika komputer itu direset atau dimatikan, data yang disimpan dalam memori fisik hendak hilang. Oleh karena itulah, sebelum mematikan komputer, semua data yang belum disimpan ke dalam media penyimpanan permanen (umumnya berbasis disk, semacam hard disk atau floppy disk), sehingga data tersebut mampu dibuka kembali di lain kesempatan. Memori fisik umumnya diimplementasikan dalam wujud Random Access Memory (RAM), yang bersifat dinamis (DRAM). Mengapa disebut Random Access, yaitu karena akses terhadap lokasi-lokasi di dalamnya mampu diterapkan secara acak (random), bukan secara berurutan (sekuensial). Meskipun demikian, kata random access dalam RAM ini sering menjadi salah kaprah. Sebagai contoh, memori yang hanya mampu dibaca (ROM), juga mampu diakses secara random, tetapi dia dibedakan dengan RAM karena ROM mampu menyimpan data tanpa kebutuhan daya dan tidak mampu disurati sewaktu-waktu. Selain itu, hard disk yang juga adalah salah satu media penyimpanan juga mampu diakses secara acak, tapi dia tidak digolongkan ke dalam Random Access Memory.

Penggunaan memori

Komponen utama dalam sistem komputer yaitu Arithmetic and Logic Unit (ALU), Control Circuitry, Storage Space dan piranti Input/Output. Tanpa memori, komputer hanya berfungsi sebagai piranti pemroses sinyal digital saja, misalnya kalkulator atau media player. Kemampuan memori untuk menyimpan data, instruksi dan informasi-lah yang membuat komputer mampu disebut sebagai komputer multi-fungsi (general-purpose). Komputer adalah piranti digital, karenanya informasi disajikan dengan sistem bilangan biner (binary). Teks, angka, gambar, suara dan video dikonversikan menjadi sekumpulan bilangan biner (binary digit atau disingkat bit). Sekumpulan bilangan biner dikenal dengan istilah BYTE, dimana 1 byte = 8 bits. Semakin agung ukuran memori-nya karenanya semakin banyak pula informasi yang mampu disimpan di dalam komputer (media penyimpanan).

Jenis-jenis memori

Beberapa jenis memori yang banyak dipakai yaitu sebagai berikut:

Pembagian memori

Dalam pembicaraan tentang arsitektur komputer seperti arsitektur von Neumann, misalnya, kapasitas dan kecepatan memori dibedakan dengan menggunakan hierarki memori. Hierarki ini disusun dari jenis memori yang paling cepat sampai yang paling lambat; disusun dari yang paling kecil kapasitasnya sampai paling agung kapasitasnya; dan diurutkan dari harga tiap bit memori-nya mulai dari yang paling tinggi (mahal) sampai yang paling rendah (murah).

Pustaka


edunitas.com


Page 14

Selamat datang di Portal Ilmu

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Ilmu (atau ilmu ilmu) adalah semua usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari beragam bidang kenyataan dalam dunia manusia. Segi-segi ini dibatasi supaya dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan ketentuan dengan membatasi lingkup pandangannya, dan ketentuan ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.

Ilmu bukan sekedar ilmu (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan ilmu berdasarkan teori-teori yang disepakati dan bisa secara sistematik diuji dengan seperangkat cara yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berupaya berfikir bertambah jauh mengenai ilmu yang dipunyainya. Ilmu ilmu adalah produk dari epistemologi.

Artikel pilihan

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Karikatur adalah gambar atau penggambaran sebuah objek konkret dengan cara melebih-lebihkan ciri khas objek tersebut.Kata karikatur berasal dari kata Italia caricare yang artiannya memberi muatan atau melebih-lebihkan. Karikatur menggambarkan subjek yang dikenal dan umumnya dimaksudkan untuk menimbulkan kelucuan untuk pihak yang mengenal subjek tersebut. Karikatur dibedakan dari kartun karena karikatur tidak membentuk kisah sebagaimana kartun, namun karikatur bisa dijadikan unsur dalam kartun, misalnya dalam kartun editorial. Orang yang membuat karikatur dinamakan sebagai karikaturis.

Karikatur sebagaimana yang dikenal sekarang berasal dari Italia masa zaman ke-16. Pada masa zaman ke-18, karikatur telah menjangkau warga lapang menempuh media cetak dan, terutama di Inggris, telah dijadikan sarana prasarana kritik sosial dan politis. Pada masa zaman berikutnya, beragam majalah satire dijadikan media utama karikatur; peran yang berikutnya dilanjutkan oleh surat kabar harian pada masa zaman ke-20. Selain sebagai bentuk seni dan hiburan, karikatur juga telah digunakan dalam bidang psikologi untuk meneliti bagaimana manusia mengenali wajah.

Selengkapnya...

Artikel pilihan sebelumnya: lainnya...

Gambar pilihan

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Petir

Petir adalah pelepasan muatan elektrostatis yang muncul dampak hujan badai. Pelepasan muatan ini diikuti dengan pemancaran cahaya dan radiasi elektromagnetik dalam bentuk lain. Dan adalah gesekan selang awan tebal satu dengan yang yang lain.

Ilmuwan pilihan

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Carolus Linnaeus atau Carl (von) Linné (Älmhult, 23 Mei 1707 – Uppsala, 10 Januari 1778) adalah seorang ilmuwan Swedia yang meletakkan dasar tatanama biologi(takson/ taksonomi). Dia dikenal sebagai "bapak taksonomi modern" dan juga adalah salah satu bapak ekologi modern. Linnaeus ialah pakar botani yang paling dihormati pada saatnya, dan dia juga terkenal dengan kemampuan bahasanya. Selain dijadikan pakar botani, Linnaeus juga pakar dalam zoologi dan adalah seorang dokter. Carolus Linnaeus kelahiran di Paroki Stenbrohult (sekarang termasuk wilayah administrasi Älmhult), di bidang selatan Swedia. Ayahnya bernama Nils Ingemarsson Linnaeus dan ibunya bernama Christina Brodersonia. Sejak kecil Linnaeus dilatih dijadikan seorang anggota gereja yang setia, sebagaimana ayahnya dan kakeknya (dari ibu), namun dia kurang bersemangat mengikuti cara tersebut. Ketertarikannya dalam studi botani sempat membuat seorang dokter dari kotanya terpesona dan dia dikirim untuk bersekolah di Universitas Lund—universitas terdekat, berikutnya pindah ke Universitas Uppsala sesudah satu tahun. (Selengkapnya...)


edunitas.com


Page 15

Selamat datang di Portal Ilmu

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Ilmu (atau ilmu ilmu) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam dunia manusia. Segi-segi ini dibatasi supaya dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.

Ilmu bukan sekedar ilmu (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan ilmu berdasarkan teori-teori yang disepakati dan bisa secara sistematik diuji dengan seperangkat cara yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berupaya berfikir bertambah jauh mengenai ilmu yang dipunyainya. Ilmu ilmu adalah produk dari epistemologi.

Artikel pilihan

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Karikatur adalah gambar atau penggambaran sebuah objek konkret dengan cara melebih-lebihkan ciri khas objek tersebut.Kata karikatur berasal dari kata Italia caricare yang artiannya memberi muatan atau melebih-lebihkan. Karikatur menggambarkan subjek yang dikenal dan umumnya dimaksudkan untuk menimbulkan kelucuan untuk pihak yang mengenal subjek tersebut. Karikatur dibedakan dari kartun karena karikatur tidak membentuk kisah sebagaimana kartun, namun karikatur bisa dijadikan unsur dalam kartun, misalnya dalam kartun editorial. Orang yang membuat karikatur dinamakan sebagai karikaturis.

Karikatur sebagaimana yang dikenal sekarang berasal dari Italia masa zaman ke-16. Pada masa zaman ke-18, karikatur telah menjangkau masyarakat lapang menempuh media cetak dan, terutama di Inggris, telah dijadikan fasilitas kritik sosial dan politis. Pada masa zaman berikutnya, berbagai majalah satire dijadikan media utama karikatur; peran yang kesudahan dilanjutkan oleh surat kabar harian pada masa zaman ke-20. Selain sebagai bentuk seni dan hiburan, karikatur juga telah digunakan dalam bidang psikologi untuk meneliti bagaimana manusia mengenali wajah.

Selengkapnya...

Artikel pilihan sebelumnya: lainnya...

Gambar pilihan

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Petir

Petir merupakan pelepasan muatan elektrostatis yang muncul belakang suatu peristiwa hujan badai. Pelepasan muatan ini diikuti dengan pemancaran cahaya dan radiasi elektromagnetik dalam bentuk lain. Dan merupakan gesekan selang awan tebal satu dengan yang lainnya.

Ilmuwan pilihan

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Carolus Linnaeus atau Carl (von) Linné (Älmhult, 23 Mei 1707 – Uppsala, 10 Januari 1778) adalah seorang ilmuwan Swedia yang meletakkan dasar tatanama biologi(takson/ taksonomi). Dia dikenal sebagai "bapak taksonomi modern" dan juga merupakan salah satu bapak ekologi modern. Linnaeus ialah berbakat botani yang paling dihormati pada masanya, dan dia juga terkenal dengan kemampuan bahasanya. Selain dijadikan berbakat botani, Linnaeus juga berbakat dalam zoologi dan adalah seorang dokter. Carolus Linnaeus kelahiran di Paroki Stenbrohult (sekarang termasuk wilayah administrasi Älmhult), di anggota selatan Swedia. Ayahnya bernama Nils Ingemarsson Linnaeus dan ibunya bernama Christina Brodersonia. Sejak kecil Linnaeus dilatih dijadikan seorang anggota gereja yang setia, sebagaimana ayahnya dan kakeknya (dari ibu), namun dia kurang bersemangat mengikuti cara tersebut. Ketertarikannya dalam studi botani sempat membuat seorang dokter dari kotanya terpesona dan dia dikirim untuk bersekolah di Universitas Lund—universitas terdekat, kesudahan pindah ke Universitas Uppsala sesudah satu tahun. (Selengkapnya...)


edunitas.com


Page 16

Selamat datang di Portal Ilmu

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Ilmu (atau ilmu ilmu) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam dunia manusia. Segi-segi ini dibatasi supaya dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.

Ilmu bukan sekedar ilmu (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan ilmu berdasarkan teori-teori yang disepakati dan bisa secara sistematik diuji dengan seperangkat cara yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berupaya berfikir bertambah jauh mengenai ilmu yang dipunyainya. Ilmu ilmu adalah produk dari epistemologi.

Artikel pilihan

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Karikatur adalah gambar atau penggambaran sebuah objek konkret dengan cara melebih-lebihkan ciri khas objek tersebut.Kata karikatur berasal dari kata Italia caricare yang artiannya memberi muatan atau melebih-lebihkan. Karikatur menggambarkan subjek yang dikenal dan umumnya dimaksudkan untuk menimbulkan kelucuan untuk pihak yang mengenal subjek tersebut. Karikatur dibedakan dari kartun karena karikatur tidak membentuk kisah sebagaimana kartun, namun karikatur bisa dijadikan unsur dalam kartun, misalnya dalam kartun editorial. Orang yang membuat karikatur dinamakan sebagai karikaturis.

Karikatur sebagaimana yang dikenal sekarang berasal dari Italia masa zaman ke-16. Pada masa zaman ke-18, karikatur telah menjangkau masyarakat lapang menempuh media cetak dan, terutama di Inggris, telah dijadikan fasilitas kritik sosial dan politis. Pada masa zaman berikutnya, berbagai majalah satire dijadikan media utama karikatur; peran yang kesudahan dilanjutkan oleh surat kabar harian pada masa zaman ke-20. Selain sebagai bentuk seni dan hiburan, karikatur juga telah digunakan dalam bidang psikologi untuk meneliti bagaimana manusia mengenali wajah.

Selengkapnya...

Artikel pilihan sebelumnya: lainnya...

Gambar pilihan

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Petir

Petir merupakan pelepasan muatan elektrostatis yang muncul belakang suatu peristiwa hujan badai. Pelepasan muatan ini diikuti dengan pemancaran cahaya dan radiasi elektromagnetik dalam bentuk lain. Dan merupakan gesekan selang awan tebal satu dengan yang lainnya.

Ilmuwan pilihan

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Carolus Linnaeus atau Carl (von) Linné (Älmhult, 23 Mei 1707 – Uppsala, 10 Januari 1778) adalah seorang ilmuwan Swedia yang meletakkan dasar tatanama biologi(takson/ taksonomi). Dia dikenal sebagai "bapak taksonomi modern" dan juga merupakan salah satu bapak ekologi modern. Linnaeus ialah berbakat botani yang paling dihormati pada masanya, dan dia juga terkenal dengan kemampuan bahasanya. Selain dijadikan berbakat botani, Linnaeus juga berbakat dalam zoologi dan adalah seorang dokter. Carolus Linnaeus kelahiran di Paroki Stenbrohult (sekarang termasuk wilayah administrasi Älmhult), di anggota selatan Swedia. Ayahnya bernama Nils Ingemarsson Linnaeus dan ibunya bernama Christina Brodersonia. Sejak kecil Linnaeus dilatih dijadikan seorang anggota gereja yang setia, sebagaimana ayahnya dan kakeknya (dari ibu), namun dia kurang bersemangat mengikuti cara tersebut. Ketertarikannya dalam studi botani sempat membuat seorang dokter dari kotanya terpesona dan dia dikirim untuk bersekolah di Universitas Lund—universitas terdekat, kesudahan pindah ke Universitas Uppsala sesudah satu tahun. (Selengkapnya...)


edunitas.com


Page 17

[×] Artikel pilihan bertopik Indonesia

[+] Kategori menurut provinsi di Indonesia

[+] Kategori menurut pulau di Indonesia

[+] Daftar bertopik Indonesia

[+] Kontruksi dan susunan di Indonesia

[+] Benda Cagar Aturan sejak dahulu kala istiadat di Indonesia

[+] Aturan sejak dahulu kala istiadat Indonesia

[×] Hari libur di Indonesia

[+] Ilmu dan teknologi di Indonesia

[+] Kesehatan di Indonesia

[+] Komunikasi di Indonesia

[+] Bagian yang terkait hidup di Indonesia

[+] Olahraga di Indonesia

[+] Organisasi di Indonesia

[+] Pariwisata di Indonesia

[+] Pemerintahan Indonesia

[+] Pendidikan di Indonesia

[+] Suku bangsa di Indonesia

[+] Transportasi di Indonesia

[+] Rintisan bertopik musik dari Indonesia

[+] Rintisan bertopik Indonesia


Page 18

Halaman utama Islam dari A sampai Z Topik Islam
 

Portal Islam


بوابة الإسلام

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
   

Islam


Umat Islam sedang shalat

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Islam (Arab: al-islām, الإسلام : "berserah diri untuk Tuhan") adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Dengan semakin dari satu seperempat miliar orang pengikut di seluruh alam, menjadikan Islam sbg agama terbesar kedua di alam setelah agama Kristen. Islam memiliki guna "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya untuk Tuhan (Arab: الله, Allāh). Pengikut nasihat Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berfaedah "seorang yang tunduk untuk Tuhan", atau semakin lengkapnya adalah Muslimin untuk laki-laki dan Muslimat untuk perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya untuk manusia melewati para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke alam oleh Allah.

Keyakinan dasar Islam mampu ditemukan pada dua kalimat shahādatāin ("dua kalimat persaksian"), yaitu "ʾašhadu ʾal lā ilāha illa l-Lāh, wa ʾašhadu ʾanna muḥammadar rasūlu l-Lāh" - yang berfaedah "Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul (utusan) Allah".

Ilah sering diartikan "Tuhan", padahal semakin dalam maknanya, dan Tuhan hanyalah salah satu dari makna/guna "Ilah" khususnya yang terkait dengan guna "segala sesuatu yang diabdi, ditaati, atau disembah".

    Makna Illah sesungguhnya adalah :
  • merasa tenteram bersama-Nya dan merasa diamankan oleh-Nya;
  • selalu merasa rindu dan ingat kepada-Nya;
  • merasa cinta sepenuh hati dan cenderung kepada-Nya;
  • selalu tunduk, patuh, mentaati, dan mengabdi kepada-Nya;
  • selalu mendahulukan perintah-Nya;
  • merendahkan diri di hadapan-Nya dan menyembah kepada-Nya.

  • Secara ringkas dan sederhana, makna Ilah sesungguhnya adalah "yang didahulukan", sehingga "tidak ada yang didahulukan selain Allah". Oleh karenanya dalam Islam, setiap perbuatan harus selalu ingat untuk Allah. Sehingga sebaik-baiknya manusia di depan Allah adalah manusia yang bermanfaat untuk banyak orang.

Selengkapnya tentang Islam....

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
   

Kutipan pilihan


.... اليَومَ أكمَلتُ لَكُم دِينَكُم وَ أَتمَمتُ عَلَيكُم نِعمَتِي وَ رَضِيتُ لَكُم الإِسلَامَ دِينًا ... .. Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan untukmu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama untukmu.
(Surah Al-Ma'idah, ayat 3.)

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
   

Negara Islam

Berikut ini merupakan daftar negara dengan warga mayoritas Islam:

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

  • di Afrika: Aljazair, Chad, Djibouti, Guinea, Guinea Bissau, Komoro, Libya, Mali, Mauritania, Maroko, Mesir, Nigeria, Sahara, Somalia, Senegal, Sudan, Tunisia
  • di Asia: Afganistan, Arab Saudi, Azerbaijan, Bahrain, Bangladesh, Brunei, Indonesia, Irak, Iran, Kazakstan, Kirgizstan, Kuwait, Malaysia, Maladewa, Libanon, Oman, Pakistan, Qatar, Yaman, Palestina, Suriah, Tajikistan, Turki, Turkmenistan, Uzbekistan, Uni Emirat Arab
  • di Eropa: Albania, Azerbaijan, Bosnia-Herzegovina, Kosovo, Republik Turki Siprus Utara, Makedonia, Turki

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
   

Organisasi Islam

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
   

Daftar artikel

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
   

Tahukah Anda....

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
   

Lokasi pilihan

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
   

Tokoh Islam


Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau semakin dikenal dengan julukan Hamka, yakni singkatan namanya, (lahir di Maninjau, Tanjung Raya, kabupaten Agam, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 – meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada umur 73 tahun) adalah sastrawan Indonesia, sekaligus ulama, ahli filsafat, dan aktivis politik. Hamka diangkat sbg Pahlawan Nasional Indonesia berlandaskan Keppres No. 113/TK/Tahun 2011 pada tanggal 9 November 2011.

Hamka merupakan salah satu orang Indonesia yang sangat banyak menulis dan menerbitkan buku. Oleh karenanya dia dijuluki sbg Hamzah Fansuri di era modern. Belakangan beliau diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan untuk orang Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang berfaedah ayahku, atau seseorang yang dihormati. Selengkapnya....

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
   

Hari akbar Islam

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
   

Portal agama


Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

AgamaAteismeBuddhaHinduIslam & Al Qur'anKristenMitologiYahudi


edunitas.com


Page 19

Tags (tagged): portal, jabodetabek, unkris, sekitarnya kawasan, mencakup wilayah administrasi, suatu miniatur, memuat, kelengkapan indonesia, raya, bogor bandar, udara, internasional soekarno hatta, kabupaten bogor, kemudian, mendapat status kota, center of, studies, portal utama ensiklopedia, dunia agama, astronomi, bahasa portal


Page 20

Selamat Datang di
PORTAL JAWA

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Jawa yaitu sebuah pulau di Indonesia dengan masyarakat 136 juta. Pulau ini yaitu pulau berpenduduk terpadat di dunia dan yaitu salah satu wilayah berpenduduk terpadat di dunia. Pulau ini dihuni oleh 60% masyarakat Indonesia. Ibu kota Indonesia, Jakarta, terletak di Jawa bidang barat. Banyak catatan sejarah Indonesia berlokasi di Jawa, dahulu Jawa yaitu pusat kerajaan-kerajaan Hindu-Budha, Kesultanan Islam, Jantung Hindia Belanda Timur kolonial, dan yaitu pusat kampanye kemerdekaan Indonesia. Pulau ini mendominasi kehidupan sosial, politik, dan ekonomi bangsa Indonesia.

Jawa terbentuk oleh peristiwa-peristiwa vulkanik, Jawa yaitu pulau ketiga belas paling akbar di dunia dan paling akbar kelima di Indonesia. Rantai gunung-gunung vulkanik membentuk tulang belakangan yang terbentang sepanjang timur sampai barat pulau ini. Jawa memakai tiga bahasa utama, meskipun bahasa Jawa dominan dan yaitu bahasa asli dari 60 juta masyarakat di Indonesia, jumlah paling akbar yang mendiami Jawa. Sebagian akbar dari mereka memahami dua bahasa, bahasa Indonesia adil sebagai bahasa pertama maupun ke dua. Sementara itu sebagian akbar masyarakat Jawa yaitu Muslim. Jawa mempunyai percampuran beragam kepercayaan-kepercayaan religius, kesukuan dan budaya.

Pulau ini dibagi menjadi empat provinsi: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten, serta dua wilayah khusus, Jakarta dan Yogyakarta.

Tentang Jawa....


Artikel pilihan

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yaitu negara dependen yang bermodel kerajaan. Kedaulatan dan kekuasaan pemerintahan negara diatur dan dilakukan menurut perjanjian/kontrak politik yang diciptakan oleh negara induk Kerajaan Belanda bersama-sama negara dependen Kesultanan Ngayogyakarta. Kontrak politik terakhir selang negara induk dengan kesultanan yaitu Kontrak Politik 1940 (Staatsblad 1941, No. 47). Sebagai konsekuensi dari bentuk negara kesatuan yang dipilih oleh Republik Indonesia sebagai negara induk, maka pada tahun 1950 status negara dependen Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (bersama-sama dengan Kadipaten Pakualaman) dijadikan susut menjadi daerah istimewa setingkat provinsi dengan nama Daerah Istimewa Yogyakarta.

Selengkapnya....

Gambar pilihan

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Bus Transjakarta di Bundaran Hotel Indonesia.

Kredit gambar: Gunkarta

Biografi pilihan

Tahukah anda....

Pembagian wilayah

Peta

Peta Jejaring Transportasi

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Peta Topografi
Peta menurut provinsi
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
Banten
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
DKI Jakarta
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
Jawa Barat
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
Jawa Tengah
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
DI Yogyakarta
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
Jawa Timur

Kategori

Topik

Portal Utama di Ensiklopedia Dunia


edunitas.com


Page 21

Selamat Datang di
PORTAL JAWA
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Jawa yaitu sebuah pulau di Indonesia dengan penduduk 136 juta. Pulau ini yaitu pulau berpenduduk terpadat di dunia dan yaitu salah satu wilayah berpenduduk terpadat di dunia. Pulau ini dihuni oleh 60% penduduk Indonesia. Ibu kota Indonesia, Jakarta, terletak di Jawa anggota barat. Banyak catatan sejarah Indonesia berlokasi di Jawa, dahulu Jawa yaitu pusat kerajaan-kerajaan Hindu-Budha, Kesultanan Islam, Jantung Hindia Belanda Timur kolonial, dan yaitu pusat kampanye kemerdekaan Indonesia. Pulau ini mendominasi kehidupan sosial, politik, dan ekonomi bangsa Indonesia.

Jawa terbentuk oleh peristiwa-peristiwa vulkanik, Jawa yaitu pulau ketiga belas paling akbar di dunia dan paling akbar kelima di Indonesia. Rantai gunung-gunung vulkanik membentuk tulang belakangan yang terbentang sepanjang timur sampai barat pulau ini. Jawa memakai tiga bahasa utama, meskipun bahasa Jawa dominan dan yaitu bahasa asli dari 60 juta penduduk di Indonesia, banyak paling akbar yang mendiami Jawa. Sebagian akbar dari mereka memahami dua bahasa, bahasa Indonesia adil sebagai bahasa pertama maupun ke dua. Sementara itu sebagian akbar masyarakat Jawa yaitu Muslim. Jawa mempunyai percampuran beragam kepercayaan-kepercayaan religius, kesukuan dan budaya.

Pulau ini dibagi menjadi empat provinsi: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten, serta dua wilayah khusus, Jakarta dan Yogyakarta.

Tentang Jawa....


Artikel pilihan

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yaitu negara dependen yang bermodel kerajaan. Kedaulatan dan kekuasaan pemerintahan negara diatur dan dilakukan menurut perjanjian/kontrak politik yang diciptakan oleh negara induk Kerajaan Belanda bersama-sama negara dependen Kesultanan Ngayogyakarta. Kontrak politik terakhir selang negara induk dengan kesultanan yaitu Kontrak Politik 1940 (Staatsblad 1941, No. 47). Sebagai konsekuensi dari bentuk negara kesatuan yang dipilih oleh Republik Indonesia sebagai negara induk, maka pada tahun 1950 status negara dependen Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (bersama-sama dengan Kadipaten Pakualaman) dijadikan susut menjadi daerah istimewa setingkat provinsi dengan nama Daerah Istimewa Yogyakarta.

Selengkapnya....

Gambar pilihan

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
Bus Transjakarta di Bundaran Hotel Indonesia.

Kredit gambar: Gunkarta

Biografi pilihan

Tahukah anda....

Pembagian wilayah

Peta

Peta Jejaring Transportasi

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Peta Topografi


Peta menurut provinsi
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Banten
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

DKI Jakarta
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Jawa Barat
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Jawa Tengah
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

DI Yogyakarta
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Jawa Timur

Kategori

Topik


edunitas.com


Page 22

Selamat Datang di
PORTAL JAWA
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Jawa yaitu sebuah pulau di Indonesia dengan penduduk 136 juta. Pulau ini yaitu pulau berpenduduk terpadat di dunia dan yaitu salah satu wilayah berpenduduk terpadat di dunia. Pulau ini dihuni oleh 60% penduduk Indonesia. Ibu kota Indonesia, Jakarta, terletak di Jawa anggota barat. Banyak catatan sejarah Indonesia berlokasi di Jawa, dahulu Jawa yaitu pusat kerajaan-kerajaan Hindu-Budha, Kesultanan Islam, Jantung Hindia Belanda Timur kolonial, dan yaitu pusat kampanye kemerdekaan Indonesia. Pulau ini mendominasi kehidupan sosial, politik, dan ekonomi bangsa Indonesia.

Jawa terbentuk oleh peristiwa-peristiwa vulkanik, Jawa yaitu pulau ketiga belas paling akbar di dunia dan paling akbar kelima di Indonesia. Rantai gunung-gunung vulkanik membentuk tulang belakangan yang terbentang sepanjang timur sampai barat pulau ini. Jawa memakai tiga bahasa utama, meskipun bahasa Jawa dominan dan yaitu bahasa asli dari 60 juta penduduk di Indonesia, banyak paling akbar yang mendiami Jawa. Sebagian akbar dari mereka memahami dua bahasa, bahasa Indonesia adil sebagai bahasa pertama maupun ke dua. Sementara itu sebagian akbar masyarakat Jawa yaitu Muslim. Jawa mempunyai percampuran beragam kepercayaan-kepercayaan religius, kesukuan dan budaya.

Pulau ini dibagi menjadi empat provinsi: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten, serta dua wilayah khusus, Jakarta dan Yogyakarta.

Tentang Jawa....


Artikel pilihan

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yaitu negara dependen yang bermodel kerajaan. Kedaulatan dan kekuasaan pemerintahan negara diatur dan dilakukan menurut perjanjian/kontrak politik yang diciptakan oleh negara induk Kerajaan Belanda bersama-sama negara dependen Kesultanan Ngayogyakarta. Kontrak politik terakhir selang negara induk dengan kesultanan yaitu Kontrak Politik 1940 (Staatsblad 1941, No. 47). Sebagai konsekuensi dari bentuk negara kesatuan yang dipilih oleh Republik Indonesia sebagai negara induk, maka pada tahun 1950 status negara dependen Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (bersama-sama dengan Kadipaten Pakualaman) dijadikan susut menjadi daerah istimewa setingkat provinsi dengan nama Daerah Istimewa Yogyakarta.

Selengkapnya....

Gambar pilihan

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
Bus Transjakarta di Bundaran Hotel Indonesia.

Kredit gambar: Gunkarta

Biografi pilihan

Tahukah anda....

Pembagian wilayah

Peta

Peta Jejaring Transportasi

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Peta Topografi


Peta menurut provinsi
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Banten
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

DKI Jakarta
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Jawa Barat
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Jawa Tengah
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

DI Yogyakarta
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Jawa Timur

Kategori

Topik


edunitas.com


Page 23

Selamat Datang di
PORTAL JAWA

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Jawa adalah sebuah pulau di Indonesia dengan masyarakat 136 juta. Pulau ini merupakan pulau berpenduduk terpadat di dunia dan merupakan salah satu wilayah berpenduduk terpadat di dunia. Pulau ini dihuni oleh 60% masyarakat Indonesia. Ibu kota Indonesia, Jakarta, terletak di Jawa bidang barat. Banyak catatan sejarah Indonesia berlokasi di Jawa, dahulu Jawa merupakan pusat kerajaan-kerajaan Hindu-Budha, Kesultanan Islam, Jantung Hindia Belanda Timur kolonial, dan merupakan pusat kampanye kemerdekaan Indonesia. Pulau ini mendominasi kehidupan sosial, politik, dan ekonomi bangsa Indonesia.

Jawa terbentuk oleh peristiwa-peristiwa vulkanik, Jawa merupakan pulau ketiga belas paling akbar di dunia dan paling akbar kelima di Indonesia. Rantai gunung-gunung vulkanik membentuk tulang belakangan yang terbentang sepanjang timur sampai barat pulau ini. Jawa memakai tiga bahasa utama, meskipun bahasa Jawa dominan dan merupakan bahasa asli dari 60 juta masyarakat di Indonesia, banyak paling akbar yang mendiami Jawa. Sebagian akbar dari mereka memahami dua bahasa, bahasa Indonesia adil sebagai bahasa pertama maupun ke dua. Sementara itu sebagian akbar masyarakat Jawa adalah Muslim. Jawa mempunyai percampuran beragam kepercayaan-kepercayaan religius, kesukuan dan budaya.

Pulau ini dibagi menjadi empat provinsi: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten, serta dua wilayah khusus, Jakarta dan Yogyakarta.

Tentang Jawa....


Artikel pilihan

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat adalah negara dependen yang bermodel kerajaan. Kedaulatan dan kekuasaan pemerintahan negara diatur dan dilakukan menurut perjanjian/kontrak politik yang diciptakan oleh negara induk Kerajaan Belanda bersama-sama negara dependen Kesultanan Ngayogyakarta. Kontrak politik terakhir selang negara induk dengan kesultanan adalah Kontrak Politik 1940 (Staatsblad 1941, No. 47). Sebagai konsekuensi dari bentuk negara kesatuan yang dipilih oleh Republik Indonesia sebagai negara induk, maka pada tahun 1950 status negara dependen Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (bersama-sama dengan Kadipaten Pakualaman) dijadikan susut menjadi daerah istimewa setingkat provinsi dengan nama Daerah Istimewa Yogyakarta.

Selengkapnya....

Gambar pilihan

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Bus Transjakarta di Bundaran Hotel Indonesia.

Kredit gambar: Gunkarta

Biografi pilihan

Tahukah anda....

Pembagian wilayah

Peta

Peta Jejaring Transportasi

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Peta Topografi
Peta menurut provinsi
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
Banten
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
DKI Jakarta
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
Jawa Barat
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
Jawa Tengah
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
DI Yogyakarta
Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara
Jawa Timur

Kategori

Topik

Portal Utama di Ensiklopedia Dunia


edunitas.com


Page 24

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu kawasan wisata budaya di Jakarta yang menggambarkan wilayah Indonesia yang akbar dalam susunannya yang kecil. Gagasan pembangunan suatu miniatur yang berisi kelengkapan Indonesia dengan segala isinya ini dicetuskan oleh Ibu Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien Soeharto. Menempuh miniatur ini diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta tanah cairan pada seluruh bangsa Indonesia. Maka dimulailah suatu proyek yang dikata Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita.

(Selengkapnya..... )

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Wisma 46 adalah nama sebuah gedung setinggi 262 meter di Jakarta, Indonesia. Gedung ini merupakan gedung tertinggi di Jakarta dan Indonesia ketika ini.

Foto oleh: Andri.h.


Page 25

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu kawasan wisata budaya di Jakarta yang menggambarkan wilayah Indonesia yang akbar dalam bangunnya yang kecil. Gagasan pembangunan suatu miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia dengan segala isinya ini dicetuskan oleh Ibu Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien Soeharto. Menempuh miniatur ini diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta tanah air pada seluruh bangsa Indonesia. Maka dimulailah suatu proyek yang dikata Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita.

(Selengkapnya..... )

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Wisma 46 adalah nama sebuah gedung setinggi 262 meter di Jakarta, Indonesia. Gedung ini merupakan gedung tertinggi di Jakarta dan Indonesia ketika ini.

Foto oleh: Andri.h.


Page 26

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu kawasan wisata budaya di Jakarta yang menggambarkan wilayah Indonesia yang akbar dalam bangunnya yang kecil. Gagasan pembangunan suatu miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia dengan segala isinya ini dicetuskan oleh Ibu Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien Soeharto. Menempuh miniatur ini diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta tanah air pada seluruh bangsa Indonesia. Maka dimulailah suatu proyek yang dikata Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita.

(Selengkapnya..... )

Hipotesis harus dapat dijabarkan ke dalam pengukuran secara

Wisma 46 adalah nama sebuah gedung setinggi 262 meter di Jakarta, Indonesia. Gedung ini merupakan gedung tertinggi di Jakarta dan Indonesia ketika ini.

Foto oleh: Andri.h.