Hadits riwayat Muslim dari Jabir bin Abdillah tentang sifat pemurah dan menjauhi sifat kikir

Hadits riwayat Muslim dari Jabir bin Abdillah tentang sifat pemurah dan menjauhi sifat kikir

ilustrasi manusia /unsplash.com/Derstudi

PORTAL PASURUAN - Sifat pemurah dan kikir dalam Islam, rangkuman materi Al-Quran dan Hadis Kelas 7 Mts dapat dibaca di artikel ini.

Sifat pemurah disebut juga dengan sifat dermawan yang mana seseorang akan dengan senang hati suka memberi, tidak pelit, atau murah hati.

Sementara kikir adalah sifat seseorang yang enggan mengeluarkan sebagian hartanya yang dia punya kepada yang berhak menerimanya.

Baca Juga: 10 Komponen yang Ada di dalam Peta, Rangkuman Materi Pelajaran IPS Kelas 7 SMP dan MTs

Menurut bahasa, pemurah adalah orang yang suka memberi, atau murah hati. Dan menurut istilah, pemurah adalah orang yang suka memberi bantuan, baik berupa harta maupun jasa kepada orang lain.

Sifat pemurah merupakan akhlak terpuji yanh seharusnya dimiliki oleh tiap-tiap mukmin sebab tolong-menolong merupakan perintah dari Allah SWT.

Sifat pemurah hendaknya dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari sebab memiliki begitu banyak manfaat dan keutamaan bagi yang melakukan serta orang yang dikasihi.

Keutamaan sifat pemurah antara lain:

1. Mendapatkan Balasan dan Pahala yang Banyak

Sumber: buku Al-Quran Hadis untuk MTs dan sederajat kelas 7

Rasulullah SAW mengkhawatirkan sifat kikir yang hinggapi umatnya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Salah satu sikap tercela yang tercela dalam Islam adalah sikap kikir dan boros. Bahkan mengenai kikir ini, Rasulullah SAW pun pernah mengungkapkan ketakutannya apabila umatnya menjadi seperti itu.

Dilansir di Islamweb, Sabtu (20/2), perbedaan antara sikap kikir dengan pelit. Sesunggunnya sikap kikir itu adalah minimnya kepedulian terhadap sesuatu. 

Keserakahan jiwa terhadap rezeki yang dimiliki, menjadikan sikap kikir tersebut mencegah seseorang untuk mengeluarkan apa-apa yang telah diperoleh. Allah SWT berfirman dalam Alquran surat Al-Hasyr penggalan ayat 9: 

 وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ “Wa man yuqa syuha nafsihi, fa-ulaa-ika humul-muflihun.” Yang artinya: “Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” 

Karena itu, Nabi Muhammad SAW sangatlah takut apabila terjangkit sikap kikir. Sebab dia akan menjadikan Nabi sebagai tawanan. Dalam sebuah hadits riwyat Abi al-A’war as-Sulamy RA dijelaskan, Rasulullah SAW bersabda: 

عن أبي الأعور السلمي رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : ( إنما أخاف على أمتي ثلاثا : شح مطاع ، وهوى متبع ، وإمام ضال )

“Anna Rasulallah SAW qala: innama akhaafu ala ummati tsalatsan: syuhun muthaa’un, wa hawan muttaba’un, wa imaamun dhaalun.” 

Yang artinya: “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: sungguh aku takut umatku (bersikap) dalam tiga hal: (yakni) kikir, fanatik (menjadi pengikut yang fanatik buta), dan menjadi pemimpin sesat.” (HR al-Bazzar) 

Dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW, beliau memiliki kekhawatiran dan ketakutan apabila umatnya menjadi umat yang kikir. Itu akan membuat Nabi selayaknya seperti tawanan, yang menjadi taat dalam segala hal secara buta. Nabi juga tidak menginginkan umatnya menjadi pemimpin (imam) yang sesat dan menyesatkan orang lain.

Sikap kikir dalam Islam memiliki konsekuensi serius. Hal ini sebagaimana yang ditekankan Nabi dalam hadis, bahwa sikap kikir merupakan sikap tercela yang dapat ‘mematikan’. Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Umar: 

عبد الله بن عمرو رضي الله عنها قال : خطب رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : إِيَّاكم والشّح فإنما هلك من كان قبلكم بالشحّ أمرهم بالبخل فبخلوا وأمرهم بالقطيعة فقطعوا وأمرهم بالفجور ففجروا  

“Iyyakum wasyyuhha fa-innama halaka man kaana qablakum bisyyuhi amarahum bil-bukhli fabakhaluu wa amarahum bil-qathi’ati faqatha-u wa amarahum bil-fujuri fafajaru.” 

Yang artinya: “Jauhilah sikap kikir, sesungguhnya kikir itu (telah) membinasakan orang-orang sebelum kalian. Kikir mengarahkan kepada kebakhilan, mengarahkan untuk memutus tali silaturrahim, dan mengarahkan manusia untuk berbuat kejahatan. Mereka pun (umat terdahulu) melakukannya.” (HR Abu Dawud)  

Sumber: islamweb  

Hadits riwayat Muslim dari Jabir bin Abdillah tentang sifat pemurah dan menjauhi sifat kikir

Selasa, 12 Mei 2020 - 15:41 WIB

Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Ilustrasi/SINDOnews

BAKHIL menurut bahasa adalah Al-bakhil yang artinya menahan sesuatu. Sedangkan menurut istilah, bakhil adalah perbuatan seseorang menahan atau tidak memberikan sesuatu yang semestinya wajib diberikan kepada seseorang yang pantas menerima.Hampir semua manusia mencintai harta benda dan berbagai perhiasan dunia. Namun sayangnya, berbagai perhiasan dunia tersebut sering membuat manusia menjadi sangat bakhil, pelit alias kikir dan hilang arah.

Bakhil atau kikir adalah di antara bentuk kemaksiatan hati yang besar dan dianggap merusak kehidupan manusia. (Baca juga: Ini Salah Satu Kemaksiatan Hati yang Sangat Berbahaya )

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam (SAW) memperingatkan: “Ada tiga hal yang dianggap dapat membinasakan kehidupan manusia, yaitu kekikiran (kebakhilan) yang dipatuhi, hawa nafsu yang diikuti, dan ketakjuban orang terhadap dirinya sendiri.” (Baca juga: Hati Adalah Raja, Amalan Hati Lebih Penting Ketimbang Amal Badan )

Hadis tersebut diriwayatkan oleh Thabrani dalam al-Awsath dari Anas dan Ibn Umar, yang menganggapnya sebagai hadis hasan dalam Shahih al-Jami' as-Shaghir, 3030 dan 3045.Pada tulisan ini kita batasi dulu pembahasan tentang sikap kikir atau bakhil yang dipatuhi. Berikutnya nanti kita bahas tentang hawa nafsu yang diikuti, dan ketakjuban orang terhadap dirinya sendiri.

Kikir atau Bakhil yang Dipatuhi

Islam sangat membenci sifat bakhil karena sifat tercela ini menjadi salah satu dari karakter orang munafik yang tidak mau berkorban untuk kebaikan. Padahal karakter orang yang beriman adalah siap berkorban dengan apa saja demi agamanya. Rasulullah SAW bersabda;

وَعَنْ جَابِرٍ رضى الله عنه أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ((اتَّقُوْا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَاتَّقُوْا الشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ)) رواه مسلم

Diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda: “Jauhilah (takutlah) oleh kalian perbuatan zalim, karena kezaliman itu merupakan kegelapan pada hari kiamat. Dan jauhilah oleh kalian sifat kikir, karena kikir telah mencelakakan umat sebelum kalian, yang mendorong mereka untuk menumpahkan darah dan menghalalkan apa-apa yang diharamkan bagi mereka”. (HR Muslim).Pada awalnya seorang Qarun mungkin berpikir bahwa dengan menghitung-hitung harta dan tidak membagikan hartanya dengan siapapun sebagai langkah tepat menuju kebahagiaan. Namun, apa yang terjadi, Qarun justru ditelan bumi, karena kekikirannya.

Dan, tidak sampai pada kekikiran semata, sikap yang demikian juga mengundang datangnya sifat yang membinasakan berikutnya yakni kesombongan. (Baca juga: Ini Salah Satu Kemaksiatan Hati yang Sangat Berbahaya )

قَالَ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُ ۥ عَلَىٰ عِلۡمٍ عِندِىٓ‌ۚ أَوَلَمۡ يَعۡلَمۡ أَنَّ ٱللَّهَ قَدۡ أَهۡلَكَ مِن قَبۡلِهِۦ مِنَ ٱلۡقُرُونِ مَنۡ هُوَ أَشَدُّ مِنۡهُ قُوَّةً۬ وَأَڪۡثَرُ جَمۡعً۬ا‌ۚ

“Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta?” (QS Al-Qashshash : 78).

Allah Ta’ala berfirman:

وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS Al-Hasyr : 9)

Orang yang memiliki sifat kikir menunjukkan bahwasanya keimanannya kepada Allah dan terhadap akhirat kurang. Rasulullah SAW bersabda:

وَلاَ يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَالإِيمَانُ فِي قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا

“Tidak akan berkumpul sifat kikir dan keimanan dalam hati seorang hamba selama-lamanya.” (HR. An-Nasa’i no. 3110)


Page 2

Selasa, 12 Mei 2020 - 15:41 WIB

(Baca juga: Dengki dan Kebencian: Amalan Hati yang Berbahaya, Ini Dalilnya )

Seandainya dia adalah orang yang beriman dengan iman yang benar maka dia akan yakin bahwasanya harta yang dia keluarkan akan diganti oleh Allah baik di dunia maupun di akhirat. Dia tidak akan khawatir jika menginfakkan sebagian dari hartanya. Dia akan selalu mengusahakan dirinya untuk bersedekah dan bersedekah , karena dia yakin sedekahnya adalah bukti dari keimanannya. (Baca juga: Tantangan bagi Amilin dan Amilat Zakat )

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ

“Bahwa sedekah itu adalah bukti.” (HR Muslim no. 223)

Allah memerintahkan umat Islam untuk gemar bersedekah baik dalam kondisi lapang dan sempit. Dan, mengamalkan perintah sedekah yang dapat membantu diri kita terbebas dari penyakit kikir alias bakhil Allah kategorikan sebagai bukti ketaqwaan seorang hamba (QS. 3: 133 – 134).

(Baca juga: Anjuran Memperbanyak Amalan di 10 Hari Terakhir Ramadhan )

Mungkin pada masa umat Nabi Muhammad, orang yang kikir tidak dihukum sebagaimana Qarun mengalaminya. Tetapi, ingatlah apa yang Allah jelaskan di dalam Al-Qur’an.

وَلَا يَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ يَبۡخَلُونَ بِمَآ ءَاتَٮٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ هُوَ خَيۡرً۬ا لَّهُم‌ۖ بَلۡ هُوَ شَرٌّ۬ لَّهُمۡ‌ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُواْ بِهِۦ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ‌ۗ

“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.” (QS Ali Imran : 180).

Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang diberikan oleh Allah harta kepadanya, kemudian ia tidak mengeluarkan zakat nya, maka ia akan berwujud ular yang sangat besar yang akan menariknya dengan dua tulang rahangnya yang lebar, kemudian ia berkata, “ saya adalah harta simmpanananmu.” Kemudian Rasulullah membacakan ayat ini (Ali Imran: 180), sampai akhir hayat.” (HR. Bukhari).

(Baca juga: Tata Cara Zakat Fitrah: Percepatan Pembayaran dan Niatnya )

Dengan demikian, jauhilah bakhil alias kikir, karena itu bukan jalan keselamatan, sebaliknya justru jalan cepat menuju kebinasaan.“Keburukan yang ada di dalam diri seseorang ialah, kekikiran yang meresahkan dan sikap pengecut yang melucuti.” (HR Ahmad dan Baihaqi dari Abu Hurairah r.a., 9:17. Hafizh al-Iraqi berkata dalam Takhrij al-Ihya': "Isnad hadis ini baik." dan disahihkan oleh Syaikh Syu'aib dalam Takhrij Ibn Hibban; dan diriwayatkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami' as-Shaghir (3709)Para ulama berkata, “Kikir adalah sifat bakhil yang disertai dengan tamak. Ia melebihi keengganan untuk memberikan sesuatu karena kebakhilan. Bakhil hanyalah untuk hal-hal yang berkaitan dengan pemberian harta benda saja, sedangkan kikir berkaitan dengan pemberian harta benda dan juga kebaikan atau ketaatan. Dan kekikiran yang meresahkan (al-syukhkh al-hali’) ialah yang membuat pelakunya selalu resah, dan sangat gelisah. Artinya, dia selalu gelisah dan khawatir bila ada haknya yang diminta orang.” Mereka berkata, kekikiran selamanya tidak pernah akan bertemu dengan pengetahuan terhadap Allah. Karena sesungguhnya keengganan untuk menafkahkan harta benda dan memberikannya kepada orang lain adalah karena takut miskin, dan ini merupakan kebodohan terhadap Allah, dan tidak mempercayai janji dan jaminannya. Atas dasar itulah hadis Nabi saw menafikkan pertemuan antara kekikiran dan keimanan di dalam hati manusia. Masing-masing menolak yang lain.Berangkat dari hal tersebut, hendaknya seorang muslim merenungi akan akibat buruk dari sifat bakhil. Menahan harta tanpa mengeluarkannya untuk kemaslahatan ummat atau minimal diri sendiri adalah salah satu ciri bakhil dan kikir.Seseorang yang diberi harta maka diperbolehkan baginya ia gunakan demi kemaslahatan pribadinya, baik ia gunakan untuk berobat, menafkahi keluarganya dengan cukup, membeli pakaian yang baru agar terlihat rapi dan bersih, membeli kendaraan yang dapat membantunya untuk beribadah dan memudahkannya untuk melakukan aktivitas lainnya, dan lain-lain, selama tidak terjatuh dalam taraf bermewah-mewahan dan bersombong-sombong. Karena Allah juga memotivasi hambanya agar menampakkan nikmat Allah pada dirinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبَّ أَنْ يَرَى أَثَرَ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ

“Sesungguhnya Allah ingin melihat dampak dari nikmat (yang diberikan kepada hambanya) pada diri hambanya tersebut.” (HR. Tirmidzi no. 2819)


Page 3

Selasa, 12 Mei 2020 - 15:41 WIB

Bahkan apabila dia mempunyai harta yang lebih, hendaknya dia menginfakkannya kepada saudaranya yang membutuhkan dan hendaknya dia membelanjakannya di jalan Allah.Perbuatan bakhir dan kikir amatlah tercela. Dan itu juga merugikan diri sendiri.

Pertama, bakhil mengakibatkan pelakunya terjerumus ke dalam berbagai perbuatan dosa.

Seseorang yang terkena penyakit bakhil akan menjauh dari berbagai perbuatan baik. Entah perbuatan baik yang kaitannya dengan Allah Ta’ala atau sesama manusia. Sebaliknya ia akan selalu mendekati perbuatan jelek dan menyibukkan diri dengannya. Nabi SAW telah mewanti-wanti pada kita bahwa kebakhilan akan membawa kita pada berbagai perbuatan dosa dan kehinaan. Beliau bersabda :

إِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالشُّحِّ أَمَرَهُمْ بِالْبُخْلِ فَبَخَلُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْقَطِيعَةِ فَقَطَعُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْفُجُورِ فَفَجَرُوا

“Hendaklah kalian jauhi sifat bakhil, maka sesungguhnya telah celaka orang-orang sebelum kalian dengan kebakhilan: memerintahkan kepada mereka dengan kebakhilan kemudian mereka bakhil, dan memerintahkan kepada merela untuk memutus silaturrahmi kemudian mereka putus, dan memerintahkan kepada mereka dengan perbuatan dosa kemudian ia melakukannya.” [ HR. Abu Daud ]Dalam sebuah riwayat dari Abi Hayyaj al asadi beliau berkata: “suatu hari aku berthawaf di baitullah. Kemudian aku melihat seseorang berdo’a: Allahumma qinii syukha nafsi [ya Allah jagalah diriku dari kebakhilan] tidak menambah dari itu. Aku katakan kepadanya, kenapa? Kemudian ia berkata: sesungguhnya jika diriku terjaga dari kekikiran: tidak akan mencuri, berzina, dan perbuatan dosa lainnya. Dan ternyata seseorang tersebut adalah Abdurrahman bin ‘Auf.” [Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir dalam Jaami’ul bayan: 228/12/28 ].

Kedua, bakhil mendapatkan azab yang pedih di akhirat .

Kebahilan tidak hanya mengimbas pada kehidupan seseorang di dunia dengan keguncangan dan ketidak tenangan. Akan tetapi musibah tersebut terus menyiksa pelakunya hingga ke negeri akhirat dengan azab yang pedih di neraka. Allah Ta’ala berfirman :

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.” [ QS. Ali Imran : 180 ].Orang-orang yang telah diberi harta dan limpahan karunia oleh Allah Ta’ala kemudian mereka bakhil, tidak mau mengeluarkan kewajiban mengenai harta tersebut, seperti zakat dan lain-lain, adalah sangat tercela. Janganlah sekali-kali kebakhilan itu dianggap baik dan menguntungkan bagi mereka.

Ketiga, bakhil dapat dijauhkan dari keimanan pada Allah Ta’ala.

Kekikiran dan keimanan tidak akan berkumpul dalam jiwa seseorang. Kekikiran akan mengikis keimanan seseorang sedikit demi sedikit. Sebaliknya, orang yang gemar berinfak, Allah akan kuatkan keimanannya karena yakin bahwa pahala akan menantinya di akhirat. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah sallallahu alaihi wasallam :

لاَ يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَ اْلإِيْمَانُ فِي قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا

“Sifat kikir dan iman tidak akan berkumpul dalam hati seseorang selama-lamanya.” [Al-Musnad, karya Ahmad 14/202, no. 8512, dan Shahih Ibni Hiban 8/43, no. 3251. Seorang muhaqqiq mengatakan, “Hadits shahih lighairihi.”]. Iman seseorang yang lemah tidak akan terpanggil untuk menyambut seruan dari setiap penyeru untuk berinfak dan sedekah. Bahkah jika dia melihat saudaranya sedang tertimpa musibahpun tidak akan mereka keluarkan hartanya untuk meringankan beban saudaranya tersebut. Ia tidak paham bahwa harta yang ia belanjakan untuk kebaikan itulah yang sebenarnya menjadi harta dia yang akan mengikuti sampai akhirat. Dan tidaklah seseorang bakhil, kecuali bakhilnya ia pada dirinya sendiri.Disamping berusaha, kita juga harus berdo’a agar dijauhkan dari kebakhilan. Di antara do’a yang diajarkan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam adalah :

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الْقَبْرِ

“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari bakhil, aku berlindung kepada-Mu dari penakut, aku berlindung kepada-Mu dari dikembalikan ke usia yang terhina, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia dan siksa kubur.” [HR. Bukhari dalam Fathul Baari: 6/35 ]. Walallahu'alam