Dari nama nama tanaman di atas yang bisa digunakan sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN) adalah

Wednesday, 18 December 2019 | 11:10 WIB | Humas EBTKE

Dari nama nama tanaman di atas yang bisa digunakan sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN) adalah

Apakah sobat energi sudah tahu dan paham dengan berbagai istilah bioenergi seperti B20, B30, B100, Biofuel atau Greenfuel? Apakah kamu tahu per Januari 2020, di seluruh SPBU akan tersedia bahan bakar ramah lingkungan yaitu biosolar (nama produk bahan bakar yang dijual oleh PT. Pertamina) yang sudah mengandung biodiesel 30%?

Yuk, kita sama-sama pahami istilah-istilah ini, untuk menambah wawasan dan memahami Program Mandatori B30 yang menjadi salah satu Program Strategis Presiden Jokowi dalam menekan defisit neraca dagang.

Bioenergi merupakan energi terbarukan yang berasal dari bahan baku organik.

Bahan Bakar Nabati (BBN)/Biofuel adalah salah satu energi yang dihasilkan dari bahan baku bioenergi melalui proses/teknologi tertentu.

Bahan Bakar Nabati terdiri dari Biodiesel, Bioetanol dan Minyak Nabati Murni.

B20 adalah program Pemerintah yang mewajibkan pencampuran 20% Biodiesel dengan 80% bahan bakar minyak jenis Solar, yang menghasilkan produk Biosolar B20. Program ini mulai diberlakukan sejak Januari 2016 sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 12 tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri ESDM nomor 32 tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain.

B30 adalah program Pemerintah yang mewajibkan pencampuran 30% Biodiesel dengan 70% bahan bakar minyak jenis Solar, yang menghasilkan produk Biosolar B30. Program ini akan diberlakukan mulai Januari 2020 sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 12 tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri ESDM nomor 32 tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain.

Tahapan Kewajiban Minimal Pencampuran Biodiesel (Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015), yaitu sebagai berikut:

Dari nama nama tanaman di atas yang bisa digunakan sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN) adalah
Unduh Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015

B100 adalah istilah untuk Biodiesel yang merupakan bahan bakar nabati untuk aplikasi mesin/motor diesel berupa ester metil asam lemak (fatty acid methyl ester/FAME) yang terbuat dari minyak nabati atau lemak hewani melalui proses esterifikasi/transesterifikasi. Proses transesterifikasi adalah proses pemindahan alkohol dari ester, namun yang digunakan sebagai katalis (suatu zat yang digunakan untuk mempercepat laju reaksi) adalah alkohol atau methanol.

Proses pembuatan Biodiesel umumnya menggunakan reaksi metanolisis (transesterifikasi dengan metanol) yaitu reaksi antara minyak nabati dengan metanol dibantu katalis basa (NaOH, KOH, atau sodium methylate) untuk menghasilkan campuran ester metil asam lemak dengan produk ikutan gliserol.

Selain Biodiesel, Pemerintah juga telah mengatur BBN jenis lainnya yakni Bioetanol yang dikenal dengan istilah E100 dan Minyak Nabati Murni atau dengan istilah O100 .

Untuk pemakaiannya, Biodiesel dan Bioetanol akan dicampurkan dengan bahan bakar fosil pada persentase tertentu. Dalam hal ini, untuk Biodiesel dicampurkan dengan Solar, sedangkan Bioetanol dicampurkan dengan Bensin.

Saat ini Pemerintah juga aktif mendorong pengembangan BBN biohidrokarbon yang karakteristiknya sama atau bahkan lebih baik daripada senyawa hidrokarbon/BBM berbasis fosil. BBN Biohidrokarbon yang ramah lingkungan ini dapat langsung digunakan (drop-in) sebagai substitusi BBM fosil  tanpa perlu penyesuaian mesin kendaraan. BBN biohidrokarbon ini dapat dibedakan menjadi green-gasoline, green-diesel, dan bioavtur.

Tujuan Implementasi Program Mandatori BBN sebagai berikut:

- Memenuhi komitmen Pemerintah untuk mengurangi emisi GRK sebesar 29% dari BAU pada 2030;

- Meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi;

- Stabilisasi harga CPO;

- Meningkatkan nilai tambah melalui hilirisasi industri kelapa sawit;

- Memenuhi target 23% kontribusi EBT dalam total energi mix pada 2025;

- Mengurangi konsumsi dan impor BBM;

- Mengurangi emisi GRK; dan

- Memperbaiki defisit neraca perdagangan.

Kita patut bangga bahwa Indonesia adalah negara pertama yang berhasil mengimplementasikan B20 dengan bahan baku utama bersumber dari kelapa sawit. Negara yang telah berhasil mengimplementasikan B20 adalah Minnesota, Amerika Serikat mulai Mei 2018. Adapun Kolombia baru pada tahap B10 dari tahun 2011 dan Malaysia baru pada tahap B10 pada tahun 2019.

Dari nama nama tanaman di atas yang bisa digunakan sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN) adalah

Secara garis besar manfaat ekonomi dan sosial dari implementasi B20 dan B30, sebagai berikut:

Dari nama nama tanaman di atas yang bisa digunakan sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN) adalah

(RWS)

JAKARTA - Setelah sukses meluncurkan B100 yang 100% berasal dari kelapa sawit, Kementerian Pertanian terus melakukan penelitian tentang tanaman yang potensial untuk menjadi bahan bakar.

"SobaTani, pertanian juga memiliki potensi untuk menawarkan energi alternatif. Yuk simak tanaman saja saja yang menyimpan potensi tersebut," dikutip dari akun Instagram resmi Kementan, Jakarta, Sabtu (28/9/2019).

Baca Juga: Lebih Cepat dari Target, Penerapan B30 Dimulai Oktober 2019

Berikut 10 tanaman yang berpotensi untuk menjadi penghasil bahan bakar nabati.

1. Aren (Arenga pinnata)

Produksi nira aren pada umur 6-12 berkisar 8-22 liter per pohon per hari. Untuk memperoleh 1 liter etanol (kadar alkohol 70-90%) dibutuhkan 20-25 liter nira aren segar.

2. Bunga Matahari (Helianthus annus L.)

Produksi rata-rata tanaman ini sekitar 2.2 ton/ha untuk penanaman sepanjang musim dan 1.7 ton/hektar untuk penanaman 2 kali. Sementara itu, kadar minyaknya mencapai 25-50%.

Dari nama nama tanaman di atas yang bisa digunakan sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN) adalah

3. Jarak Kepyar (Ricinus communis L.)

Produksi rata-rata komoditas ini sebesar 1,6 ton/ha dengan kadar minyak 53-56%.

4. Kelapa (Cocos nucifera L.)

Daging buah kelapa merupakan salah satu sumber BBN yang diolah menjadi cocodiesel yang dapat secara langsung digunakan atau dicampur dengan solar. Nira dan air kelapa pun juga dapat dibuat bioetanol.

5. Kemiri Sunan (Aleurites trisperma Blanco)

Apabila populasi 100 pohon/hektar, maka dapat dihasilkan sebanyak 25 ton biji kemiri sunan. Jumlah ini setara dengan 9.805 liter minyak kasar.

6. Kesambi (Schleichera oleosa Merr)

Sampai saat ini, tanaman kesambi belum banyak dibudidayakan secara intensif. Padahal ia memiliki daging biji yang mengandung minyak hingga 70%.

7. Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.)

Minyak biji nyamplung memiliki lama pembakaran 2 kali lipat dibanding dengan minyak tanah. Sementara kadar minyaknya mencapai 50%.

Baca Juga: BPPT Monitor Kualitas Bahan Bakar B30

8. Sagu (Metroxyion spp.)

Bila difermentasi, tanamn ini akan menghasilkan 7.5 kilo liter bioetanol.

9. Simalakian (Croton tiglium)

Jenis tanaman ini memiliki rendemen minyak 25-26%. Sedangkan produksi minyaknya dapat mencapai 1.2 hingga 2.5 ton per hektar per tahun

Baca Juga: Lebih Cepat dari Target, Penerapan B30 Dimulai Oktober 2019

10. Wijen (Semamum indicum L.)

Minyak wijen juga berpotensi sebagai biofuel dengan melalui proses transesterifikasi untuk menghasilkan biodiesel. Tanaman ini pun memiliki kadar minyak 45-55%.

Sejalan dengan penelitian ini, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan bahwa diharapkan pengembangan BBN nantinya berhasil dan menuai banyak dampak positif. Salah satunya ialah agar dapat menjadi perwujudan kemandirian energi nasional.

  • #Bahan Bakar B100
  • #kementan
  • #B100
  • #Bahan Bakar Nabati
  • #Biodiesel


Dari nama nama tanaman di atas yang bisa digunakan sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN) adalah
Bahan bakan nabati (BBN)
Salahsatu contoh hasil dari BBN atau Bahan Bakar Nabati adalah Biodiesel dan Bioetanol, Di Indonesia penggunaan Bahan Bakar Nabati sudah mulai dikembangkan. Bahan Bakar Nabati sendiri digunakan untuk menggerakan mesin mobil, penggilingan dan mesin-mesin lainnya yang sesuai dengan bahan bakar yang cocok untuk digunakan.

Ada banyak tanaman yang bisa dijadikan sebagai Bahan Bakar Nabati, dari banyaknya tanaman tersebut blog sampulpertanian hanya merangkumnya menjadi 11 tanaman saja yang bisa dijadikan bahan utama penghasil Bahan Bakar Nabati, adapun 11 tanaman penghasil Bahan Bakar Nabati sebagai berikut :

Tanaman ini sedang banyak dikembangkan sebagai pengganti BBM jenis Diesel, tanaman Jarak Kepyar ini bisa dipanen pada kisaran umur 100-105 hari, Jarak Kepyar pun mempunyai varietas seperti varietas Asb 22, Asb 60, dan Asb 81, namun yang sering ditanam petani adalah varietas Asb 81 dengan kadar minyak kisaran 53-56%. Produksi dari tanaman ini rata-rata 1,6 ton/hektar.

Tanaman ini sering kita kenal sebagai tanaman penghasil gula, namun tanaman tebu ini bisa dijadikan bahan untuk menghasilkan bioetanol, untuk menghasilkan 1 liter bioetnol dibutuhkan 4kg tetes tebu.

Sama halnya dengan tebu, selain digunakan untuk bahan baku gula aren juga bisa digunakan sebagai bahan baku membuan bioetanol, untuk menghasilkan 1 liter bioetanol membutuhkan 20 hingga 25 liter bira aren segar. Tanaman aren sendiri bisa dipanen pada umur 6-7 tahun.

Untuk menghasilkan bioetanol air kelapa harus melewati proses penambahan starter, fermentasi, destilasi, dan dehidrasi. selain air yang bisa digunakan ternyata daging kelapa pun bisa digunakan sebagai cocodiesel.

Bunga matahari bisa digunakan sebagai bahan baku Bahan Bakar Nabati, kadar minyak dari bunga matahari ini sekitar 25 sampai 50%. Tanaman bunga matahari bisa mulai dipanen pada umur 3-4 bulan.

Untuk menghasilkan Bahan Bakar Nabati kebutuhan kemisi cukup banyak, sekitar 25 ton kemiri sunan bisa menghasilkan 9805 liter minyak kasar, sedangkan untuk menghasilkan 25 ton kemiri sunan membutuhkan 100 pohon/hektar nya.

Tanaman sagu bisa dijadikan bahan baku bioetanol, untuk menghasilkan 7,5 kilo liter bioetanol membutuhkan sagu sebanyak 15 ton sagu dengan terlebih dahulu di fermentasikan. Tanaman ini mulai bisa dipanen pada umur 8-10 tahun.

Tanaman yang mempunyai nama latin Zea mays ini ternyata bisa dijadikan bahan baku bioetanol, dengan kebutuhan 1 ton jagung bisa menghasilkan 200 liter bioetanol. Tanaman Jagung sendiri bisa dipanen pada umur 3 bulanan.

Melalui proses transesterifikasi, tanaman wijen bisa menghasilkan biodiesel. dengan mempunyai kadar minyak antara 45 sampai 55%. tanaman wijen sendiri bisa dipanen di umur 2,5 sampai 5 bulan tergantung varietas.

Ubi jalar bisa dijadikan bahan bakar nabati atau BBN, dengan membutuhkan 1 ton ubi jalar bisa menghasilkan 125 liter Bio etanol. tanaman yang mempunyai nama latin Ipomoea batatas L. ini mulai bisa dipanen pada umur 3 - 4 bulan.

Ketela pohon atau singkong bisa dijadikan bahan penghasil bio etanol dengan kebutuhan 1 ton dapat menghasilkan 166 liter bioetanol. Tanaman ini bisa mulai dipanen pada umur 6 sampai 8 bulan.

Demikian 11 Tanaman penghasil Bahan Bakar Nabati (BBN), Dengan bisanya tanaman ini dijadikan bahan baku Bahan Bakar Nabati (BBN) diharapkan bisa menjadi salahsatu alternatif untuk menggantikan BBM yang terus menerus di olah dari perut bumi.