Dalam kritik karya tari memiliki nilai estetis nilai etis dan nilai sosial jelaskan

A. Nilai Estetik Kritik Tari

    Nilai estetis dalam karya seni tari merupakan hal yang sangat penting, dari nilai estetis sebuah karya seni seorang penonton dapat menikmati hal yang sulit diartikan dan memberikan kesenangan bagi penikmatnya. Tarian yang termasuk dalam kelompok pertunjukan merupakan tarian yang ditata secara khusus untuk dapat dinikmati nilai artistiknya. Nilai estetis dalam karya seni tari tidak hanya dilihat dari gerak tari itu sendiri melainkan dilihat dari berbagai aspek seni yang lain sebagai unsur pendukungnya.

  Pemahaman dari seorang kritikus seni nilai estetis sangat dipengaruhi dari kepekaan rasa bagaimana penari dapat membawakan tarian dengan penuh penghayatan atau penjiwaan. Seorang penari dapat terlihat menarik karena kostum yang digunakan menarik, memiliki teknik menari yang baik, memiliki penapilan pribadi yang mengesankan, memilliki kepekaan yang baik dalam ritme dan musik keberhasilan koreografi yang tepat dan dapat menggugah emosi baik pada penari maupun bagi penonton.

B. Membuat Tulisan dalam Kritik Tari

1. Deskripsi 

   Deskripsi adalah suatu proses pengumpulan data karya seni yang tersaji langsung kepada pengamat. Dalam mendeskripsikan karya seni, kritikus dituntut menyajikan keterangan secara objektif yang bersumber pada fakta yang terdapat dalam karya seni. Dalam seni tari, kritikus akan menguraikan bagaimana aspek penari, gerak, ekspresi, dan ilustrasi musik yang mengiringinya.

2. Analisis

 Pada tahap analisis, tugas kritikus adalah menguraikan kualitas elemen seni. Paada seni tari akan menguraikan mengenai gerak, ruang, waktu, tenaga dan ekspresi pada karya seni tari tersebut.

3. Interpretasi

 Interpretasi dalam kritik seni adalah proses mengemukakan arti atau makna karya seni dari hasil deskripsi dan analisis yang cermat. Kegiatan ini tidak bermaksud menemukan nilai verbal yang setara dengan pengalaman yang diberikan karya seni. Juga bukan dimaksudkan sebagai proses penilaian.

4. Evaluasi

    Evaluasi karya seni dengan metode kritis berarti menetapkan rangking sebuah karya dalam hubungannya dengan karya lain yang sejenis, untuk menentukan kadar artistik dan faedah estetiknya.

a. Pendekatan Formalistik

 Kriteria kritik formalis untuk menentukan ekselensi karya seni adalah significant form,yakni kapasitas bentuk seni yang melahirkan emosi estetik bagi pengamat seni. 

b. Pendekatan Ekspresivisme 

  Kritik seni ekpresivisme menentukan kadar keberhasilan seni atas kemampuannya membangkitkan emosi secara efektif, intensif, dan penuh gairah. Intensitas pengalaman mengandung makna, bahwa karya seni yang baik dapat menggetarkan perasaan yang lebih kuat daripada perasaan keseharian pada saat kita melihat relitas yang sama. 

c. Pendekatan Instrumentalistik 

   Para kritikus instrumentalis berpendapat bahwa kreasi artistik tidak terletak pada kemampuan seniman untuk mengelolah material seni ataupun 

pada masalah internal karya seni.

Kunjungi juga : APA ITU KRITIK SENI TARI ?

Temukan saya di instagram

Kritik tari secara umum sepanjang sejarahnya menjadi sebuah wacana yang kurang menyenangkan. Seyogyanya mengkritik dilakukan dengan santun, argumen yang jelas, seimbang dan adil dalam memaparkan potensi seni yang ditulisnya. Posisi seorang kritikus adalah penengah antara seniman dan audiens/ penonton, yang memiliki peran seperti pendidik seni. melalui tulisan kritikus, seorang seniman serta masyarakat umum memahami kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada sebuah karya seni serta tahu solusi untuk merevisinya.

Istilah kritik berasal dari bahasa Yunani yaitu berasal dari kata krities (kata benda) yang bersumber dari kata “kriterion” yaitu kriteria. Sehingga kata itu diartikan sebagai kriteria atau dasar penilaian. Dengan demikian kita memberikan kritik itu harus memiliki dasar kriteria sebagai acuannya. Kritik tari diperlukan oleh koreografer sebagai bagian dari sebuah evaluasi untuk meningkatkan kualitas kreativitas koreografernya. Karena kritik adalah tanda penghargaan audiens terhadap proses kreatifnya.

Tujuan utama dari kritik adalah meningkatkan pengertian dan kenikmatan yang diberikan oleh karya seni melalui pengkajian (penelaahan) yang mendalam tentang sebab-sebab kenikmatan dirasakan oleh hasil karya seni. Seorang kritikus tari akan memberikan pandangan yang rinci sisertai argumen cerdas dalam mengevaluasi karya tari, memberikan pemahaman kepada masyarakat umum mengenai nilai-nilai estetis yang ada pada sebuah karya.dengan demikian kritik yang baik bersifat membangun, memberi evaluasi sekaligus memberi motivasi.

Pengertian kritik menurut beberapa tokoh, antara lain:

  1. C. Kwant dalam bukunya “Mens en Kritiek” (Manusia dan Kritik) mengartikan kritik adalah penilaian atas kenyataan yang dihadapi dalam sorotan norma atau kritik adalah penilaian atas nilai yang intersubjektif (Sudarminto, 1884).
  2. William Henry Hudson dalam bukunya An Introduction to The Study of Literature menyebutkan : Kritik dalam arti yang tajam adalah penghakiman”.

Kritik tari merupakan sebuah disiplin kritik yang memiliki  pengertian  yang  tidak jauh berbeda dengan pengertian kritik pada umumnya. Beberapa ahli telah mendeskripsikan pengertian kritik sebagai berikut:

  1. Edi Sedyawati, bahwa kritik menjadi bagian yang tumbuh secara beriringan untuk meningkatkan proses kreatif. Artinya kritik sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas karya tari (koreografi). Edi Sedyawati memahami kritik tari sebagai sebuah upaya yang mengarahkan disiplin kritik untuk memberikan motivasi, rangsangan, dan sekaligus sebagai sarana meningkatkan mutu koreografi.
  2. Bagong Kussudiardjo mengungkapkan kritik tari adalah memberikan jalan untuk lebih lancar memajukan serta meningkatkan nilai seninya, juga mengingatkan kesalahan yang dibuat oleh seorang penari, pencipta tari, dan ahli tari.
  3. Edmund Burke Feldman dalam bukunya;”Art as image and Idea”. Tujuan utama dari kritik adalah meningkatkan pengertian dan kenikmatan yang diberikan oleh karya seni, melalui pengkajian (penelaahan) yang mendalam tentang sebab-sebab kenikmatan dalam menikmati karya seni.
  4. Stolnitz (1966) yang dikurip oleh HB Sutopo;”Kritik seharusnya berupa aktivitas evaluasi yang memandang seni sebagai objek untuk pengalaman estetik. Pengalaman tersebut dihasilkan lewat kajian teliti atas karya seni.
  5. Flaccus (1981) yang merumuskan kritik sebagai sebuah studi rinci dan apresiatif tentang karya seni. Dari pandangan ini, disatu sisi kritik merupakan keyakinan dan semangat yang lebih besar dari logika seorang pencipta seni yang berusaha mendukung karya. Sedang disisi lain ia merupakan analisis cendekia dan teliti atas karya seni disertai berbagai tafsir dengan alasan-alasannya.
  6. D. Humardani memahami kritik sebagai sebuah penelitian mengenai bermacam-macam gejala dari berbagai sudut terhadap karya atau kekaryaan seni dalam kehidupan seni. Usaha sebuah kritik adalah membuka jalan untuk memahami dan menentukan atau mendudukkan mana yang seharusnya terjadi dalam penyajian sebuah karya seni secara bertanggung jawab.

Wujud Kritik Tari

Kritik dapat diperhatikan berdasarkan dari wujud pengungkapannya, yaitu setidaknya ada 2 antara lain sebagai berikut:

  1. Kritik pra-predikatif, kritik yang belum menemukan predikat yang kongkret. Kritik pra-predikatif tidak dapat dikenali secara jelas, tetapi dapat dirasakan kehadirannya melalui sikap seseorang atau sekelompok orang. Kritik pra-predikatif merupakan sebuah sikap antara sadar dan tidak sadar bereaksi terhadap sesuatu dengan tindakan tertentu, seperti; berdecak, garuk-garuk kepala tanda tidak setuju dengan pernyataan seseorang, dan berbagai bentuk lainnya. Pada intinya, kritik pra-predikatif dilontarkan dalam bentuk tindakan untuk bereaksi terhadap sesuatu, tidak terkecuali anggukan kepala tanda seseorang yang mengagumi sesuatu.
  2. Kritik Predikatif, kritik yang telah terwujud dalam media ungkap tertentu, bisa dalam bentuk wujud lisan (kritik verbal) dan kritik non-verbal, yaitu disampaikan melalui media tulis atau visual lainnya dalam struktur tertentu.

Kritik melalui estetika

Jelatik  mengemukakan  bahwa  pemahaman kritik atau pertimbangan untuk bidang seni secara estetik dihadapkan pada aspek–aspek mendasar yang terdapat pada setiap peristiwa kesenian,, diantaranya:

  1. Wujud ( appearance)
  2. Bobot ( substance) serta
  3. Penampilan ( presentasion)

Nilai Estetis Tari

Estetis dapat diidentikan dengan keindahan yang tidak dapat dilepaskan dengan konsep-konsep  yang  ada  pada  filsafat.  Keindahan dapat  dibagi  menjadi 2, yaitu keindahan ciptaan Tuhan,  diantaranya  pelangi, awan, gunung, lembah, dll.  Dan keindahan ciptaan manusia, diantaranya lukisan,  patung,  karya musik,  tari dll.

Nilai estetik dalam sebuah karya tari harus memiliki tingkat kebaikan dan kegunaan. Nilai estetik tari merupakan ekspresi pengaturan rasa, pengalaman jiwa, dan sikap seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Sebuah karya tari yang di dalamnya mengandung nilai estetis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

  1. Karya tari tersebut dapat mengungkapkan keharmonisan antara bentuk tari dan isi.
  2. Karya tari tersebut menarik atau menggugah.
  3. Karya tari tersebut dapat membawa penonton masuk ke dalam dunia khayal yang ideal.
  4. Karya tari tersebut dapat membebaskan penonton dari suasana ketegangan.
  5. Karya tari tersebut menyajikan suatu kebulatan organik.
  6. Karya tari tersebut dapat mendorong akal penonton menuju perpaduan mental dan spiritual.

Estetis atau estetika dalam nilai keindahan yang terdapat dalam karya seni. Seni tari sebagai bahagian dari seni pada umumnya sudah tentu memiliki nilai estetika untuk kriteria menilai keindahan gerak. Umumnya untuk menilai karya tari dilakukan dengan memperhatikan konsep estetis seperti bagan dibawah ini:

  1. Wiraga : digunakan untuk menilai kompetensi menari, meliputi keterampilan    menari, hafal terhadap gerakan, ketuntasan, kebersihan dan keindahan gerak.
  2. Wirama : digunakan untuk menilai kesesuaian dan keserasian gerak dengan irama (ringan), kesesuaian dan keserasian gerak dengan tempo.
  3. Wirasa : digunakan  untuk  menilai dan menjadi  tolak ukur harmonisasi antara wiraga (sebagai unsur kriteria kemahiran menari) dan wirama (sebagai unsur kesuaiannya dengan irama tari), kesesuaian dengan busana dan ekspresi dalam menarikannya.

Nilai estetik dalam sebuah karya tari harus memiliki tingkat kebaikan dan kegunaan. Nilai estetik tari merupakan ekspresi pengaturan rasa, pengalaman jiwa, dan sikap seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Sebuah karya tari yang di dalamnya mengandung nilai estetis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Karya tari tersebut dapat mengungkapkan keharmonisan antara bentuk tari dan isi.
  2. Karya tari tersebut menarik atau menggugah.
  3. Karya tari tersebut dapat membawa penonton masuk ke dalam dunia khayal yang ideal.
  4. Karya tari tersebut dapat membebaskan penonton dari suasana ketegangan.
  5. Karya tari tersebut menyajikan suatu kebulatan organik.
  6. Karya tari tersebut dapat mendorong akal penonton menuju perpaduan mental dan spiritual.

Sikap tangan dan lengan dengan ruang yang terbuka lebar, dan posisi sikut yang senantiasa sejajar dada Posisi badan cenderung condong dan disertai ekspresi mata yang lincah. Antara badan dan kepala membentuk garis diagonal, Hiasan kepala dan busana  merupakan ciri khas kebyar yang merupakan ciri khas genre legong.

Didalam tari Bali, penilaian wiraga, wirama, wirasa memiliki identitas khusus yang tertuang dalam istilah:

  1. Agem, sikap badan, tangan dan kaki yang harus dipertahankan ditempat
  2. Tandang, cara berpindah tempat
  3. Tangkep, ekspresi mimik wajah yang memberikan penguatan pada penjiwaan tari.

Estetika wiraga tari Bali dibangun dari kekokohan agem dengan posisi badan diagonal dalam tiga bagian, yaitu kepala, badan, dan kaki. Tandang dan tangkep yang ditampilkan dengan baik dan benar menurut kaidah tradisi Bali akan memberikan kesan estetis yang ditumbuhkan dari penampilan tari Bali adalah dinamis, ekspresif, dan energik.

Karakter gerakan dalam tari Jawa pada umumnya bersifat lembut, dan gerakannya bersifat mengalir untuk gerakan wanitanya, namun untuk gerakan laki-laki bersifat atraktif, gagah dengan gerak-gerak yang lebar dan tegas.

Tari Gatot Kaca-Jawa Tengah

Karakter putra alus dari tokoh Arjuna diperlihatkan pada sikap kaki dan tangan dengan ruang yang sedang. Hiasan kepala memakai mahkota wayang untuk ksatria alus. Koreografi yang simetris memberikan kesan tenang, mengalir, menggambarkan karakter putra gagah. Sementara tokoh Gatot Kaca diperlihatkan pada sikap kaki dan tangan dengan ruang yang luas, serta memakai hiasan kepala mahkota wayang untuk ksatria gagah.

Penampilan tari atau wiraga dalam tari Jawa harus sesuai dengan karakter tokoh tari yang ditampilkan. Ruang, waktu dan tenaga menjadi tuntutan dalam  memerankan tokoh yang memiliki karakter. Ruang gerak sempit untuk karakter halus, dan ruang gerak luas untuk memerankan tokoh dengan karakter gagah. Koreografi disusun dengan simetris dan memberikan kesan seimbang, tenang dan mengalun.

Gerakkannya bersifat ringan melayang, dinamis, pergerakan kaki cepat mengikuti rentak pukulan gendang. Tari sumatera memiliki perrbedaan karakter dari masing-masing wilayah, seperti wilayah Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh dan Sumatera selatan. Masing-masing wilayah di Sumatera tersebut mempunyai perbadaan fokus gerak, atau sikap gerak yang dominan, umpamanya, tari Aceh dominan gerak tangan yang serampak, gerak tari melayu dominan gerak gemulai dengan step kaki tari melayu, gerak tari padang memiliki karakter gerak yang keras dan tegas karena umumnya berciri gerakan silat, dll.

Karakteristik gerak tari Melayu adalah penari yang bergerak melayang ringan bagaikan berselancar meniti aliran air,  kadang-kadang meloncat ringan bagaikan riak gelombang yang memecahkan karang kecil. Komposisi berkembang dari tempo yang perlahan merambat cepat, dan mencapai klimaks kecepatan dibagian akhir.

Nilai Etis Pada Tari

Pendekatan   etika adalah  pendekatan  moralitas  serta  perilaku sosial oleh karena itu hendaknya kita mulai saja diskusi ini dengan mencoba mengetahui posisi etika secara keilmuan.  Fokus dan  obyek  kritik  adalah  seniman, Seniman adalah makluh  yang  memiliki  kepekaan  rasa yang paling sensitif,  kesalahan menyampaikan kritikan berakibat munculnya kondisi  yang  kurang  menguntungkan  dan biasanya terjadi penolakan/, pertikaian  atau  lebih  jauh  terjadi  permusuhan.  Dengan  alasan  tersebut marilah kita pahami serta  pelajari  yang  dapat  menampilkan  akibat  buruk  tersebut  melalui pemahaman etika dikaitkan dengan ilmu moralitas.

Kegunaan  tari di Indonesia tentunya beragam, sesuai dengan etnis, agama, dan suku yang dianutnya. Nilai-nilai etika dalam setiap daerah tercermin dalam tari. Tari sebagai produk masyarakat berlandaskan pada nilai-nilai yang dianut masyarakat penyangga budayanya. Nilai estetis tergambar dalam penampilan tarinya, dan nilai etis ini dapat digali dari filosofi tarian tersebut.  Nilai etis antar etnis/suku di Indonesia iti berbeda-beda, diantaranya:

  1. Nilai Etis Pada Tari Bali

Barong dan  Rangda adalah perwujudan simbolis dari kekuatan baik dan kekuatan jahat dalam mitologi Bali. Rwa Bhineda atau dua yang berbeda adalah dua kekuatan yang senantiasa bersaing didunia, dan manusia berada di tengah dua kekuatan besar tersebut.  Oleh karena itu, manusia senantiasa dituntut dinamis dalam menghadapi dan mengantisipasi dua kekuatan yang berbeda dan bertentangan. Konsep budaya Rwa Bhineda tercermin dalam konsep estetis tari Bali yang senantiasa dinamis, energik dalam gerak yang cenderung asimetris. Nilai etis pada tari Bali terungkap dalam tabir konsep budayanya.

  1. Nilai Etis Pada Tari Jawa

Konsep estetis tari Jawa yang tenang mengalun, memiliki korelasi positif dengan konsep etis Jawa yang senantiasa mengutamakan ketenangan, keselarasan, dan harmonisasi dengan alam.

Sealaras dengan konsep budaya Melayu yang terekam dalam Folklore Minang “alam takambang  jadi guru, adat basandi sara, sara basandi kitabullah” artinya alam yang berkembang menjadi guru, adat yang bersendi pada hukum, hukum bersendi pada kitab Allah. Maka tidak mengherankan, apabila budaya melayu itu identik dengan islami yang tampak pada busana para penarinya yang sopan menutupi seluruh tubuh.

Menulis kritik dalam tari juga harus memperhatikan tahapan-tahapan penting, diantaranya:

  1. Tahap pertama, menuliskan atau mendeskripsikan bagian dari tari yang paling mengesankan. Bagaimana keistimewaan gerak tersebut dan bagaimana penari melakukan gerak tersebut, mulai dari detail gerak maupun sikap geraknya.
  2. Tahap kedua, menganalisis gerakannya dengan memberikan argumen dan ulasan secara objektif dan detail tentang keunggulan dan kelemahan tari tersebut atas dasar konsep estetis (wiraga, wirama, wirasa) serta konsep etis dari budaya penyangga tarinya.
  3. Tahap ketiga, mengevaluasi tarinya, berarti mengemukakan pandangan yang mengkritik tentang tari tersebut. apabila menurut versi si pengkritik ada masukan dan ada hal yang perlu diperbaiki yang tujuannya untuk memberi rangsangan dan motivasi sehingga ada perbaikan di karya yang akan datang.

Format Membuat Kritik Tari:

No. Unsur Tari  Kritik 
1. Wiraga
Keterampilan menari ……………………………………………………
Hafal gerakan …………………………………………………..
Ketuntasan …………………………………………………..
Kebersihan …………………………………………………..
Keindahan gerak …………………………………………………..
2. Wirama
Kesesuaian dan keserasian gerak dengan irama (iringan) …………………………………………………..
Kesesuian dan keserasian gerak dengan tempo …………………………………………………..
3. Wirasa
Harmonisasi antara wiraga dan wirama …………………………………………………..
Kesesuaian dengan busana …………………………………………………..
Kesesuaian dengan ekspresi …………………………………………………..

Hasil Pengamatan Pertunjukan Tari

Tulisan hasil pengamatan pertunjukan tari diantaranya berisi data-data yang terdiri atas:

  1. Judul / nama tarian
  2. Penciptanya / koreografernya
  3. Sinopsis
  4. Jumlah penarinya
  5. Rias dan kostum yang digunakan
  6. Iringan yang digunakan ( internal/ eksternal )
  7. Bentuk dan setting panggung
  8. Tata pencahayaan
  9. Lamanya pementasan
  10. Properti yang digunakan
  11. Keunikan-keunikan yang dijumpai selama pertunjukan

Kritik tari disebabkan karena adanya kegiatan apresiasi karya seni tari. Dalam menikmati sebuah karya seni tari perwujudan artistik dibatasi oleh waktu dalam pertunjukan. Pada saat pertunjukan itu selesai maka karya tari itupun menghlang dari pandangan penonton. Seorang penonton yang memiliki bekal pengetahuan dan apresiasi yang baik akan mendapatkan pengalaman batin yang lebih banyak dan ia mampu melihatkarya tari tersebut dengan kritis. 1. Jenis krtik a. Kritik Jurnalistik

Tipe kritik ini ditulis untuk para pembaca surat kabar dan majalah. Tujuannya memberikan informasi tentang berbagai peristiwa dalam dunia kesenian. Isi dari kritik Jurnalistik berupa ulasan ringkasan dan jelas mengenai suatu pameran, pementasan, konser, atau jenis pertunjukan seni lain di tengah mesyarakat. Karakteristik utama kritik Jurnalistik adalah aspek pemberitahuan.