Dalam alquran surah al anam ayat 76-78 mengisahkan tentang brainly

Hidayah Allah telah menerangi hati Nabi Ibrahim. Patung-patung yang disembah ayahnya, yang dijadikan Tuhan oleh penduduk, juga oleh Raja Namrud, menggangu pikiran dan perasaannya. Dia selalu termenung dan bertanya-tanya, “Mengapa manusia menyembah Patung atau berhala-berhala itu? Padahal patung-patung itu tidak dapat mendengar dan melihat, apalagi menghidupkan dan mematikan? Kalau berhala-berhala itu adalah Tuhan, yang dibuat manusia, siapakah yang menciptakan manusia?”

Siang dan malam Ibrahim mencari-cari Tuhan yang sebenarnya dengan akalnya sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an. “Ketika hari telah malam, Ibrahim melihat bintang, katanya, “Inilah Tuhanku”, tetapi setelah dilihatnya bintang itu terbenam, ia berkata, aku tidak akan bertuhan kepada yang terbenam. Sesudah itu ia juga meliaht Bulan Purnama yang memancarkan cahayanya gilang gemilaang, ia pun berkata, “Inilah Tuhanku?” tetapi setelah bulan itu lenyap, lenyap pula pendapatnya bertuhan pada Bulan itu, dan ia pun berkata, kalau tidak Tuhanku yang sebenarnya yang menunjukkan, tentu aku akan menjadi sesat. Pada waktu siang dilihatnya Matahari, [Yang lebih besar dan lebih bercahaya daripada apa-apa yang dilihat sebelumnya] maka iapun berkata, “O, inilah Tuhanku yang sebenarnya, inilah yang paling besar, tetapi setelah Matahari terbenam iapun berkata, “Hai kaumku, aku tidak mau menyekutukan Tuhan sepertimu, aku hanya bertuhan kepada yang menjadikan langit dan bumi dengan Ikhlas dan sekali-kali tidak mau mempersekutukan-Nya.” [Al-An’am: 76-78].

Setelah Nabi Ibrahim melakukan dakwahnya, menyiarkan agama Allah, dia berani membersihkan keprcayaan-kepercayaan yang tidak benar. Diapun berani menghancurkan berhala-berhala yang tidak memberi manfaat.

Pada suatu hari penduduk negerinya melakukan upacara agama. Mereka keluar kampung bersama Raja Namrud. Kampung manjadi kosong, saat itulah Nabi Ibrahim pergi ke rumah berhala, menghancurkan benda-benda itu satu persatu. Ia sengaja meninggalkan satu berhala besar utuh dengan sebuah kapak dikalungkan pada lehernya.

Ketika penduduk dan Raja Namrud pulang, mereka melihat berhala-berhala sudah hancur. Mereka menduga Ibrahimlah yang memecahkan tuhan-tuhan mereka itu. Raja Namrud murka. Ibraim dipanggilnya. “Wahai Ibrahim, engkaukah yang memecahkan berhala-berhala itu?” tanya Raja Namrud setelah Nabi Ibrahim menghadap.

“Bukan aku,” jawab Nabi Ibrahim, “Berhala besar itu yang menghancurkan berhala-berhala yang kecil itu, buktinya kapak masih tergantung di lehernya.”

Raja Namrud bertambah marah, “Mana mungkin patung dapat berbuat semacam yang engkau katakan itu!”

“Kalau patung itu tidak dapat berbuat apa-apa, mengapa kalian sembah?” tanya Ibrahim.

Bersambung

naylanirmalak naylanirmalak

Jawaban:

24. C. ibrahim a. s

25. C. ismail a. s

Penjelasan:

24. Suatu malam menjelang hari raya yang dinantikan ayahnya dan para penyembah berhala, Nabi Ibrahim as secara diam-diam menghancurkan berhala di lapangan itu dengan sebuah kapak.

25. Tak ada rasa keberatan dalam diri Nabi Ismail. Ia rela disembelih oleh ayahnya sendiri jika itu merupakan perintah Allah. Akhirnya, tibalah saat di mana Nabi Ibrahim akan menyembelih anaknya.

TAFSIR Al Mishbah episode kelima membahas lanjutan ayat Surah As-Saffat ayat 83-100 yang berisi kisah Nabi Ibrahim yang meneguhkan keesaan Tuhan di hadapan kaumnya yang menyembah berhala-berhala.

Disebutkan, Nabi Ibrahim merupakan pendukung Nabi Nuh. Ia menguatkan ajaran Nabi Nuh, pendahulunya. Allah pun menyebut Nabi Ibrahim terhindar dari segala keburukan, termasuk terhindar dari puncak keburukan, yakni menyekutukan-Nya.

Dikisahkan, Nabi Ibrahim berkata kepada kaumnya, juga ayahnya yang merupakan pembuat berhala/patung untuk disembah, "Hai ayah apa yang kalian sembah? Apakah kamu menghendaki sembahan-sembahan selain Allah dengan jalan berbohong? Bagaimana dugaanmu tentang Tuhan yang memelihara alam raya ini?"

Nabi Ibrahim menolak penyembahan berhala seperti dilakukan kaumnya. Kemudian, dia bertanya-tanya mengenai Tuhan, memandang ke arah bintang-bintang, lalu berkata bahwa dia sakit. Terkait ayat ini, banyak ulama yang berpendapat Nabi Ibrahim sakit karena karena kelakuan kaumnya, tetapi ada juga ulama yang menyampaikan itu alasan Nabi Ibrahim agar tidak perlu ikut ritual menyembah berhala bersama kaumnya.

Saat kaumnya meninggalkan Ibrahim untuk pergi ke sebuah perayaan, Ibrahim diam-diam pergi ke tempat berhala-berhala ditempatkan dan bertanya, "Kamu tidak makan? Kenapa kamu tidak menjawab?"

Saat itu Nabi Ibrahim ingin menegaskan berhala tidak bisa makan, apalagi memberi makan manusia. Diam-diam, berhala-berhala itu dia hancurkan.

Ketika kaumnya datang, Nabi Ibrahim berkata, "Apakah kalian menyembah patung yang kalian buat sendiri. Padahal Allah-lah yang menciptakan kalian dan apa yang kalian kerjakan."

Kaum Nabi Ibrahim yang menentang pernyataan lalu membuat sebuah bangunan. Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalamnya bersama kobaran api. Namun, dengan kuasa Allah, Nabi Ibrahim tidak terbakar.

Dalam Surah Al Anbiya ayat 69 disebutkan, Allah memerintahkan api agar menjadi dingin. "Hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim."

Nabi Ibrahim tercatat sebagai orang pertama yang mengumandangkan Allah sebagai Tuhan semesta alam. Itu sebabnya Nabi Ibrahim amat diagungkan semua agama.

Nabi-nabi sebelum Ibrahim menyebut Allah dengan menyesuaikan keadaan masyarakat pada saat itu. Mereka berkata Allah itu Tuhan kami, Tuhan bangsa kami, Tuhan suku kami. Namun, Nabi Ibrahim berkata Allah ialah Tuhan seru sekalian alam. [Ind/H-2]

Nabi Ibrahim AS merupakan salah satu nabi yang mempunyai ketabahan dan keimanan yang luar biasa. Oleh karena itu Nabi Ibrahim mendapatkan gelar khusus, yaitu Ulul Azmi.

Dalam dakwah untuk menyebarkan agama Allah, Nabi Ibrahim banyak dihadapkan oleh masalah-masalah besar. Seperti kisahnya dengan Raja Namrud, yang juga diabadikan dalam Al Quran Surat Al-Baqarah ayat 258.

"Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya [Allah] karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan [kekuasaan]. Ketika Ibrahim mengatakan, "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan." Ibrahim berkata, "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." [Q.S Al Baqarah : 258]

Sejak kecil Nabi Ibrahim bertempat tinggal di sebuah goa. Hal itu terjadi karena Raja Namrud suatu ketika mendapatkan ramalan, bahwa akan ada seorang laki-laki yang lahir dari negerinya yang akan mengalahkannya. Maka dari itu sang raja mengawasi setiap bayi laki-laki yang lahir.

Hal itu menyebabkan Nabi Ibrahim sejak kecil dibawa oleh sang ayah untuk menetap di sebuah goa yang jauh dari keramaian penduduk.

Ketika sudah dewasa Nabi Ibrahim mencoba keluar dari goa, dan melihat fenomena kehidupan yang sebelumnya belum pernah dilihat. Nabi Ibrahim bingung, melihat banyaknya manusia yang menyembah patung. Padahal jelas-jelas, menurut Nabi Ibrahim itu tidak lebih hanyalah benda mati.

Semakin dewasa Nabi Ibrahim mulai memikirkan tentang berbagai hal termasuk benda-benda mati yang disembah oleh banyak masyarakat saat itu. Selain itu, Beliau memikirkan mengenai batu, matahari, bulan, bintang, dan bahkan patung yang sering dipuja oleh masyarakat. Akhirnya pada suatu saat beliau menyadari bahwa bintang menghilang saat pagi datang, sedangkan matahari tak terlihat saat senja datang.

Nabi Ibrahim ketika itu bingung, siapa yang menciptakan ini semua. Akhirnya Nabi Ibrahim pun menyadari, bahwa Allah SWT lah yang menciptakan ini semua. Bukan berhala yang banyak disembah oleh banyak masyarakat saat itu, termasuk Raja Namrud.

Mulai saat itulah Nabi Ibrahim berpikir untuk menghancurkan berhala-berhala yang dijadikan tuhan oleh mereka.

Suatu ketika Raja Namrud bersama rakyatnya pergi meninggalkan negeri. Saat itu seluruh warganya diwajibkan untuk ikut. "Nabi Ibrahim waktu itu mengaku kalau dirinya sedang sakit, jadi tidak ikut Raja Namrud," ujar Ustadz Rizki Nugroho, ketika dihubungi Okezone.

Di saat itulah, Nabi Ibrahim tidak melewatkan kesempatan tersebut. Beliau menjalankan niat yang telah lama ia pendam yaitu menghancurkan berhala yang dianggap sebagai tuhan.

Ustadz Riski Menceritakan, beliau menghancurkan 72 berhala dan menyisakan satu berhala yang paling besar. Pada patung yang paling besar itu, Nabi Ibrahim meletakan kapak yang digunakan untuk menghancurkan berhala lain dilehernya.

Saat tiba Raja Namrud dan warganya terkejut melihat patung-patung yang mereka sembah sudah hancur berantakan. Sang raja pun bertanya, siapa yang berani menghancurkan patung-patung ini, sedangkan warga seluruhnya ikut sang raja.

Maka hanya ada satu kemungkinan yang menghancurkan ini semua, yaitu Nabi Ibrahim. Karena hanya dialah yang tidak ikut bersama sang raja.

Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: //muslim.okezone.com/alquran

Ketika bertemu dengan Nabi Ibrahim, Raja Namrud bertanya, "Apakah benar engkau yang telah menghancurkan berhala-berhala tersebut?"

Dengan singkat Nabi Ibrahim menjawab, "Bukan." Jawaban itu pun membuat Raja Namrud semakin geram. Raja pun mendesaknya dengan tuduhan hanya Nabi Ibrahim lah saat itu yang tidak ikut bersama Raja Namrud.

Nabi Ibrahim justru menjawab, "Tanyakan saja dengan berhala yang paling besar itu, mungkin saja berhala yang paling besarlah yang melakukannya, karena terdapat kapak di lehernya."

Raja Namrud justru menjawab, "Hai Ibrahim, kau sungguh bodoh. Mengapa patung, di mana otakmu? Masak patung seperti itu saya ajak bicara, mana mungkin dia bisa bicara? Kau jangan mengada-ada!"

Dengan lantang Nabi Ibrahim menjawab, "Hai Raja Namrud, siapa sebenarnya yang bodoh. Mengapa patung yang tak dapat bicara dan bergerak kau jadikan tuhan yang harus disembah. Mengapa patung dan berhala yang tak dapat melindungi dirinya itu kalian puja-puja, bukankah ini kebebodohan yang teramat sangat."

Mendengar jawaban Nabi Ibrahim, sang Raja dan masyarakatnya pun terdiam sejenak. Setelah itu, Raja Namrud dan pengikutnya pun tidak bisa membantah. Sebagian masyarakat pun membenarkan perkataan Ibrahim, namun tidak berani mengatakannya di depan raja.

Akhirnya hanya amarah lah yang timbul di hatinya. Kemudian Raja Namrud memerintahkan untuk menangkap dan mengikat Nabi Ibrahim. Penasihat kerajaan pun menyarankan agar membakar Ibrahim hidup-hidup. Akhirnya usul sang penasihat pun disetuji.

Raja Namrud dan pengikutnya itu pun berfikiran bahwa Nabi Ibrahim akan mati saat itu. Namun setelah api itu padam, Nabi Ibrahim masih segar bugar. Tidak mengalami luka sedikitpunm. Itulah yang menjadi mu'jizat Nabi Ibrahim, Tak mempan di bakar.

  • #kisah nabi ibrahim
  • #Kisah Nabi
  • #Nabi Ibrahim

Video yang berhubungan