VIVA – Mungkin manusia yang terlahir di abad ke-21 ini masih ada yang belum mengetahui tentang negara yang sudah lenyap atau hilang sepenuhnya dari peta dunia. Mayoritas dari hilangnya negara-negara ini karena adanya peperangan. Sebagian lainnya lantaran ada perpecahan yang terjadi di dalam negara tersebut sampai akhirnya membuat negara baru dengan luas wilayah yang lebih kecil. Memasuki abad ke-20, keamanan sebuah wilayah atau negara memang sangat penting bila tidak ingin terpecah belah dari ancaman internal. Seperti yang kita ketahui bahwa Perang Dunia II sudah berlangsung mulai dari tahun 1939 sampai tahun 1945. Jerman adalah negara yang memulainya dengan menginvasi Polandia tanggal 1 September 1939 silam. Nah, menyadur dari News18, berikut adalah beberapa negara yang sudah lenyap dari peta dunia. Lalu, Apa Saja Negara yang Sudah Lenyap dari Peta Dunia?1. Uni SovietSetelah kekuasaan monarki Romanov runtuh tahun 1921, negara Uni Soviet kemudian terbentuk. Negara ini menganut ideologi marxisme-komunisme, kemudian menjadi sebuah negara yang memiliki kekuatan terkuat di dunia. Uni Soviet berhasil menduduki setidaknya ? dari wilayah yang ada di bumi sebelum akhirnya runtuh tahun 1991. Runtuhnya negara tersebut dimulai dengan kemerosotan ekonomi di sana yang terjadi sekitar tahun 1980. Kemerosotan ekonomi tentu saja berdampak negatif pada semua aspek kehidupan di negara Uni Soviet, termasuk keamanan negara. Sejumlah negara pecahan Uni Soviet adalah Armenia, Azerbaijan, Belarus, Estonia, Georgia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Latvia, Lithuania, Moldova, Russia, Tajikistan, Turkmenistan, Ukraina, dan Uzbekistan.
Saat Yugoslavia akhirnya runtuh, negara tersebut kembali jadi sorotan dunia karena proses keruntuhannya yang dipenuhi oleh aksi-aksi pembantaian antar etnis.
YUGOSLAVIA DI ERA KERAJAAN Negara Muda yang Penuh Pergolakan Sebelum Perang Dunia I, wilayah yang kelak menjadi cikal bakal negara Yugoslavia adalah wilayah milik kekaisaran Austria-Hongaria. Pasca berakhirnya Perang Dunia I, Austria-Hongaria mengalami keruntuhan & wilayahnya terpecah menjadi negara-negara yang lebih kecil. Beberapa negara pecahan tersebut adalah Serbia, Kroasia, & Slovenia yang semuanya berlokasi di Semenanjung Balkan. Ketiga negara tadi kemudian sepakat untuk melebur membentuk negara baru yang bernama "Kraljevina Srba, Hrvata, i Slovenaca" (SHS; Kerajaan Serbia, Kroasia, & Slovenia) pada tanggal 1 Desember 1918. SHS memiliki bentuk pemerintahan monarki konstitusional dengan Beograd (Belgrade) yang terletak di negara bagian Serbia sebagai ibukotanya. Tidak lama sesudah pembentukannya, SHS langsung dihadapkan pada masalah mengenai gaya pemerintahan yang hendak diambil. Komunitas etnis Serbia ingin supaya SHS mengadopsi gaya pemerintahan sentralistik, sementara komunitas Kroasia ingin supaya SHS memberikan otonomi luas kepada daerah-daerah bawahannya. Tahun 1920, Majelis SHS yang didominasi oleh komunitas Serbia akhirnya berhasil mengesahkan undang-undang (UU) baru yang mengubah SHS menjadi negara dengan gaya pemerintahan sentralistik. Hal tersebut tidak membuat komunitas Kroasia patah arang. Lewat partai politiknya yang bernama Hrvatska Seljacka Stranka (HSS; Partai Petani Kroasia), komunitas Kroasia tetap mencoba mengupayakan otonomi luas bagi daerah yang sedang mereka tinggali. Tahun 1928, Stjepan Radic yang menjabat sebagai ketua HSS ditembak oleh anggota partai saingannya yang pro-Serbia. Peristiwa penembakan Radic langsung memicu kemarahan dari orang-orang Kroasia sehingga aktivitas perpolitikan di SHS sempat memasuki masa-masa krisis. Supaya bisa mengembalikan stabilitas dalam negeri, Raja Alexander memutuskan untuk mengambil langkah-langkah radikal pada tahun 1929. Majelis SHS dibubarkan, aktivitas pemerintahan dipusatkan di tangan raja, & negara-negara bagian penyusun SHS dipecah menjadi provinsi-provinsi kecil. Raja juga mengubah nama resmi negara menjadi "Kerajaan Yugoslavia" (Kraljevina Jugoslavija). Baru pada tahun 1939, Kroasia akhirnya mendapatkan status otonomi khusus.Dijajah Oleh Negara-Negara Fasis Tahun 1941, di tengah-tengah berkecamuknya Perang Dunia II, Jerman yang dibantu oleh Italia & Hongaria melakukan invasi militer ke Yugoslavia. Pasca invasi, Jerman & negara-negara sekutunya melakukan pembagian atas wilayah Yugoslavia. Yugoslavia utara menjadi milik Jerman & Hungaria. Pantai barat Yugoslavia menjadi milik Italia. Yugoslavia tenggara menjadi milik Bulgaria. Sementara wilayah Kroasia, Serbia, Montenegro, & Makedonia dimerdekakan sebagai negara boneka yang tunduk pada Jerman.
Di negara-negara boneka itulah, terjadi aksi-aksi pembantaian etnis yang dilakukan oleh kelompok ekstrimis setempat. Jika kelompok Ustasa yang pro-Kroasia melakukan pembantaian kepada etnis Serbia, maka kelompok Chetnik yang pro-Serbia melakukan pembantaian kepada etnis Kroasia & Bosniak. Penjajahan yang dilakukan oleh Jerman & sekutu-sekutunya jelas tidak disukai oleh penduduk Yugoslavia. Sebagai akibatnya, muncullah pemberontakan di wilayah Yugoslavia yang dilakukan oleh Partisan, kelompok berhaluan komunis yang dipimpin oleh Josip Broz Tito. YUGOSLAVIA DI ERA REPUBLIK Dari Kawan Menjadi Lawan Bulan Januari 1946, Majelis Konstituen Yugoslavia mengesahkan UU baru yang konsepnya menyerupai UU yang dijalankan di Uni Soviet. Lewat UU tersebut, 6 negara bagian yang menyusun Yugoslavia (Bosnia-Herzegovina, Kroasia, Makedonia, Montenegro, Serbia, & Slovenia) dijadikan negara bagian komunis yang tunduk pada pemerintah pusat yang berbasis di Beograd. Untuk mencegah Serbia selaku etnis mayoritas di Yugoslavia menjadi terlampau dominan, wilayah Makedonia & Montenegro yang merupakan bagian dari Serbia dijadikan negara bagian sendiri. Sementara daerah Kosovo & Vojvodina yang juga berlokasi di Serbia diberikan otonomi khusus karena kedua daerah tersebut memiliki populasi etnis non-Serbia yang berjumlah besar.
Sukses menstabilkan kondisi dalam negeri, Yugoslavia mencoba ikut ambil bagian dalam percaturan politik internasional yang saat itu sedang didominasi oleh persaingan antara Blok Barat & Blok Timur. Bersama dengan pemimpin negara-negara berkembang lainnya seperti Nehru (India), Nkrumah (Ghana), Nasser (Mesir), & Sukarno (Indonesia), Tito merintis pendirian Gerakan Non-Blok (GNB) dalam sebuah konferensi internasional di Beograd pada tahun 1961. Tujuan pendirian GNB adalah untuk mencegah timbulnya perang berskala global akibat persaingan antara Blok Barat & Blok Timur. Tahun 1963, Yugoslavia mengganti nama resmi negaranya menjadi "Republik Federal Sosialis Yugoslavia". Empat tahun kemudian, Yugoslavia membuka perbatasan negaranya untuk warga negara asing manapun.
Munculnya Benih-Benih Perpecahan Tahun 1971, sebagai akibat dari melemahnya perekonomian Yugoslavia & memburuknya hubungan antara etnis Kroasia dengan Serbia, muncul demonstrasi yang dilakukan oleh kelompok nasionalis Kroasia di Zagreb, ibukota negara bagian Kroasia. Demonstrasi tersebut pada akhirnya memang berhasil ditumpas, namun Tito juga sadar kalau peristiwa serupa akan terulang lagi di masa yang akan datang jika dia tidak melakukan perubahan. Maka, di tahun yang sama, dibentuklah lembaga Kepresidenan yang beranggotakan ketua SKJ (dalam hal ini Tito) & 23 orang perwakilan dari seluruh negara bagian serta daerah otonomi Yugoslavia. Tahun 1974, Tito dinobatkan menjadi presiden seumur hidup Yugoslavia & jumlah anggota Kepresidenan dipangkas menjadi hanya 9 orang (termasuk Tito). Tanggal 4 Mei 1980, Tito akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya akibat menderita penyakit kronis. Sepeninggal Tito, pemerintah Yugoslavia dihadapkan pada masalah pelik berupa semakin menggunungnya jumlah hutang negara & semakin lebarnya kesenjangan sosial antara negara-negara bagian utara yang makmur dengan negara-negara bagian selatan yang tertinggal. Semakin parahnya krisis yang menimpa Yugoslavia pada gilirannya turut berdampak pada melonjaknya inflasi & membludaknya pengangguran. Perdebatan panas pun mulai muncul di antara sesama anggota pemerintahan mengenai solusi untuk mengatasi krisis. Dikombinasikan dengan dendam lama warisan Perang Dunia II, hubungan antar etnis yang menghuni Yugoslavia semakin lama semakin memanas. Tahun 1989, Slobodan Milosevic terpilih menjadi presiden negara bagian Serbia setelah ia menyatakan dukungannya pada etnis Serbia dalam konflik antara etnis Albania & Serbia di provinsi Kosovo. Tak lama kemudian, Milosevic berhasil menempatkan sekutunya menjadi perwakilan Montenegro, Vojvodina, & Kosovo dalam Kepresidenan sehingga mereka bersedia mendukung rencana Milosevic memperkuat kontrol pemerintah pusat atas negara-negara bagian Yugoslavia.
Tidak semua anggota Kepresidenan mendukung rencana Milosevic tersebut. Sebagai akibatnya, Kepresidenan Yugoslavia pun terpecah menjadi 2 kubu utama : kubu pro-Milosevic & kubu kontra-Milosevic yang terdiri dari perwakilan Kroasia, Slovenia, Makedonia, serta Bosnia-Herzegovina. Bulan Januari 1990, di tengah-tengah berlangsungnya kongres luar biasa SKJ, perwakilan Kroasia & Slovenia menarik diri dari ruang sidang sebagai bentuk protes atas keinginan Milosevic mencabut otonomi negara-negara bagian Yugoslavia. Bulan Desember 1990, pemerintah negara bagian Slovenia menggelar referendum yang berhasil dimenangkan oleh golongan pendukung kemerdekaan. Beberapa bulan kemudian atau tepatnya pada bulan Mei 1991, giliran pemerintah negara bagian Kroasia yang menggelar referendum yang juga dimenangkan oleh golongan pendukung kemerdekaan. Tidak ingin melihat Slovenia & Kroasia merdeka, pemerintah pusat Yugoslavia lalu mengirimkan pasukannya ke 2 negara bagian tersebut sehingga periode penuh darah di bumi Yugoslavia pun dimulai. YUGOSLAVIA DI TAHUN-TAHUN TERAKHIRNYA Bulan September 1991, Makedonia memisahkan diri dari Yugoslavia. Namun pasukan Yugoslavia tidak melakukan invasi militer ke Makedonia karena Makedonia merupakan negara bagian termiskin di Yugoslavia & hanya sedikit penduduk Makedonia yang berasal dari etnis Serbia.
Negara bagian berikutnya yang menjadi arena pertumpahan darah adalah Bosnia-Herzegovina, setelah pada tahun 1992 pecah konflik segitiga antara etnis Bosniak, etnis Kroasia yang didukung oleh negara bagian Kroasia, & etnis Serbia yang didukung oleh pemerintah pusat Yugoslavia. Timbulnya perang kemerdekaan di Bosnia praktis tinggal menyisakan Serbia & Montengro sebagai 2 negara bagian penyusun Yugoslavia. Bulan April 1992, keduanya setuju untuk mengubah nama resmi Yugoslavia menjadi "Republik Federal Yugoslavia". Tahun 1994, komunitas etnis Bosniak & Kroasia yang awalnya saling memerangi setuju untuk bekerja sama pasca perundingan yang dilakukan di Zagreb. Bersatunya kedua etnis tersebut mulai membuat pasukan Yugoslavia kepayahan. Pada bulan Agustus 1995 contohnya, pasukan Yugoslavia dipaksa mundur dari Kroasia setelah tidak sanggup lagi menahan gempuran demi gempuran yang dilancarkan pasukan Kroasia. Sementara di Bosnia-Herzegovina, kondisinya tidak jauh berbeda karena selain harus berperang melawan pasukan gabungan Bosniak-Kroasia, Yugoslavia juga harus menerima embargo internasional & serangan udara bertubi-tubi dari pasukan koalisi NATO. Sebagai akibatnya, pada bulan Desember 1995 Yugoslavia terpaksa setuju untuk mengakui kemerdekaan Bosnia-Herzegovina. Tahun 1999, Yugoslavia kembali bergolak menyusul timbulnya pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok separatis Ushtria Clirimtare e Kosoves (UCK; Tentara Pembebasan Kosovo) yang seluruh anggotanya berasal dari etnis Albania. Seperti halnya konflik di tahun-tahun awal perpecahan Yugoslavia, pemerintah pusat Yugoslavia juga mengirimkan tentaranya untuk menumpas pemberontakan tersebut.
Total, ada 6 negara baru yang lahir pasca runtuhnya Yugoslavia. Keenam negara tersebut adalah Bosnia-Herzegovina, Kroasia, Serbia, Slovenia, Makedonia, & Montenegro. Selain keenam negara tersebut, ada pula Kosovo yang baru saja memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 2008 lalu. Namun, status Kosovo sebagai negara merdeka masih diperdebatkan karena proklamasi kemerdekaannya tidak diakui oleh Serbia selaku negara induknya. Sebagai akibatnya, hingga sekarang masih banyak negara yang belum mau mengakui kemerdekaan Kosovo & Indonesia termasuk salah satunya. - © Rep. Eusosialis Tawon BIODATA Nama resmi : Kerajaan Yugoslavia; Republik Sosialis Federal Yugoslavia Tahun aktif : 1918 - 2003 Ibukota : Beograd / Belgrade Bentuk pemerintahan : monarki konstitusional (1918 - 1941), republik federal (1945 - 1992) Luas wilayah : 247.542 km persegi (monarki), 255.804 km persegi (republik) Mata uang : dinar Yugoslavia Bahasa nasional : Serbo-Kroasia, Sloven, Makedonia ARTIKEL TERKAIT - Makna Bendera Negara-Negara Pecahan Yugoslavia - Perang Bosnia - Perang Kroasia - Perang Kosovo - Perang Slovenia REFERENSI Allcock, J.B.. 2008. "Milosevic, Slobodan". Encyclopaedia Britannica, Chicago.Allcock, J.B.. 2008. "Yugoslavia". Encyclopaedia Britannica, Chicago.Bracewell, C.W.. 2008. "Croatia". Encyclopaedia Britannica, Chicago.Curtis, G.E.. 1992. "Yugoslavia : A Country Study".(www.loc.gov/item/91040323/)Judah, T.. 2011. "Yugoslavia: 1918 - 2003".(www.bbc.co.uk/history/worldwars/wwone/yugoslavia_01.shtml)PBS. "A Kosovo Chronology".(www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/shows/kosovo/etc/cron.html)Wikipedia. "International recognition of Kosovo".(en.wikipedia.org/wiki/International_recognition_of_Kosovo)Wikipedia. "Josip Broz Tito".(en.wikipedia.org/wiki/Josip_Broz_Tito)Wikipedia. "Socialist Federal Republic of Yugoslavia".(en.wikipedia.org/wiki/Socialist_Federal_Republic_of_Yugoslavia)
COBA JUGA HINGGAP KE SINI... |