Berikut ini yang tidak termasuk dari hambatan dalam percobaan suatu benda adalah

Hai Quipperian, bagaimana kabarnya? Semoga selalu sehat dan tetap semangat belajar ya.

Pernahkah Quipperian mendengar komponen listrik bernama potensiometer? Potensiometer adalah alat yang nilai hambatan listriknya bisa siubah-ubah. Potensiometer ini biasa digunakan pada setrika listrik, kipas angin, lampu, dan beberapa perangkat elektronika lain. 

Pada prinsipnya, alat elektronika bisa digunakan jika mendapatkan suplai arus listrik yang tepat. Jika arus yang masuk terlalu kecil, perangkat pasti tidak bisa nyala. Itulah sebabnya perlu adanya potensiometer. Nah, ternyata prinsip kerja potensiometer ini didasarkan pada hukum Ohm, lho. Ingin tahu selengkapnya tentang hukum Ohm? Check this out!

Sejarah Hukum Ohm

Pada tahun 1827, seorang fisikawan asal Jerman, George Simon Ohm berhasil merumuskan suatu hukum kelistrikan yang disebut hukum Ohm. Hukum tersebut termuat dalam paper hasil penelitiannya yang berjudul “The Galvanic Circuit Investigated Mathematically”. 

Pada zaman itu, hukum inilah yang berhasil menjelaskan hubungan antara kuat arus listrik dan beda potensial di ujung-ujungnya. Jika terdapat beda potensial antara dua titik lalu dihubungkan dengan perangkat, maka akan muncul arus listrik.

Rumusan Hukum Ohm

Ohm menyatakan bahwa arus akan naik menjadi dua kali semula saat beda potensial di ujung hambatan dinaikkan dua kali semula. Artinya, kenaikan arus listrik sebandingan dengan kenaikan beda potensial. Secara matematis, pernyataan Ohm ini bisa dituliskan sebagai berikut.

Besarnya kuat arus yang mengalir pada penghantar, ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh beda potensial. Melainkan ada besaran lain yang mampu menghambat aliran elektron pada penghantar. Besaran itu kemudian disebut sebagai hambatan listrik. 

Keberadaan hambatan ini mampu memperlambat aliran elektron karena adanya interaksi dengan atom-atom pada penghantar. Oleh karena itu, semakin besar hambatan listriknya, semakin kecil arus yang akan mengalir. Hal itu menunjukkan bahwa hambatan listrik berbanding terbalik dengan arus listrik.

Dari dua kesimpulan yang berhasil ia peroleh, Ohm berhasil merumuskan persamaan berikut.

Dengan ketentuan sebagai berikut:

i = kuat arus listrik (A);

V = tegangan listrik (volt); dan

R = hambatan listrik/resistivitas (Ohm).

Persamaan di atas menunjukkan bahwa jika hambatan listriknya dibuat tetap, maka tegangan listrik akan sebanding dengan arus. Persamaan itulah yang nantinya dikenal sebagai persamaan hukum Ohm. Rangkaian listrik yang hambatannya memenuhi hukum Ohm, hubungan antara tegangan (V) dan arusnya (i) digambarkan dalam grafik berikut.

Hambatan Jenis

Hambatan jenis erat kaitannya dengan kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik. Beberapa bahan sangat peka terhadap kekuatan menghantarkan arus listrik. Seberapa peka suatu bahan bisa menghantarkan arus listrik bergantung seberapa kecil hambatan jenisnya, contohnya saja konduktor. Konduktor merupakan penghantar listrik yang baik karena memiliki hambatan jenis kecil.

Potensiometer

Di awal artikel kamu sudah dijelaskan tentang potensiometer, ya. Jadi, potensiometer memiliki suatu bagian yang disebut wiper. Kegunaan wiper ini nantinya adalah untuk memilih hambatan agar dihasilkan arus listrik yang sesuai kebutuhan perangkat. 

Contoh potensiometer bisa kamu temukan pada pengatur volume DVD maupun tape. Tidak hanya itu, potensiometer biasa digunakan sebagai pengatur tegangan pada power supply.

Agar pemahamanmu tentang hukum Ohm semakin terasah, simak contoh soal berikut ini.

Contoh Soal 1

Sebuah kawat panjang dihubungkan dengan sumber tegangan. Besar tegangan dibuat bervariasi untuk melihat perbedaan kuat arus listriknya. Dari percobaan tersebut, diperoleh hasil sebagai berikut.

Dari grafik tersebut, tentukan kawatnya!

Pembahasan:

Hambatan merupakan gradien dari grafik tegangan (V) terhadap kuat arus (i). Untuk itu, tentukan terlebih dahulu dua titik yang tepat dilalui oleh garis pada grafik. Berdasarkan gambar, dua titik tersebut adalah (0,0) dan (0,8;20). Kuat arus listrik ditunjukkan oleh sumbu X, sedangkan tegangan listriknya ditunjukkan oleh sumbu Y. Dengan demikian, diperoleh:

Jadi, besar hambatan kawatnya 25 Ohm.

Contoh Soal 2

Ketika arus listrik 0,75 mA mengalir pada suatu hambatan, beda potensial yang terukur adalah 1,5 volt. Ketika arus listrik yang mengalir 0,25 mA, tentukan beda potensial yang terukur pada hambatan tersebut!

Pembahasan:

Diketahui:

i1 = 0,75 mA

V1 = 1,5 volt

i2 = 0,25 mA

Ditanya: V2 = …?

Pembahasan:

Mengingat hambatan yang digunakan sama, berarti R1 = R2.

Jadi, beda potensial yang terukur saat arusnya 0,25 mA adalah 0,5 volt.

Contoh Soal 3

Dua buah hambatan sebesar 3 Ohm dan 5 Ohm dirangkai secara paralel. Lalu, hambatan tersebut dihubungkan dengan sumber tegangan 15 volt. Tentukan kuat arus listrik yang mengalir pada rangkaian!

Pembahasan:

Diketahui:

R1 = 3 Ohm

R2 = 5 Ohm

V = 15 volt

Ditanya: i =…?

Pembahasan:

Mula-mula, Quipperian harus mencari hambatan pengganti totalnya. Oleh karena hambatan dirangkai secara paralel, gunakan persamaan berikut.

Substitusikan nilai hambatan pengganti paralel di atas pada persamaan hukum Ohm, seperti berikut.

Jadi, kuat arus listrik yang mengalir dalam rangkaian tersebut adalah 8 A.

Itulah pembahasan Quipper Blog tentang hukum Ohm. Semoga bermanfaat buat Quipperian, ya. Jangan pernah bosan untuk belajar Fisika karena Fisika itu mudah. Asalkan Quipperian rajin dan tekun mengerjakan latihan soal. 

Berbicara tentang latihan soal, Quipper Video menyediakan ribuan latihan soal yang bisa kamu kerjakan kapanpun dan dimanapun. So, tunggu apa lagi, yuk gabung bareng Quipper Video. Salam Quipper!

[spoiler title=SUMBER]

Penulis: Eka Viandari