Makalah hubungan antara filsafat dan Islam

 HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, ILMU, DAN AGAMADisusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah“FILSAFAT UMUM”Dosen PengampuAinun Naim, M.Pd. IDisusun Oleh:Rina Ainul Hamidah   932117012Syifa Fauziah                932104015Lailatul Maghfiroh   932104315Nita Nur Hisna    932104915PRODI PAI JURUSAN TARBIYAHSEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI(STAIN KEDIRI)

2015

 DAFTAR ISI

Judul………………………………………………………………………….....…i

Kata Pengantar……………………………………………………………..……ii

Daftar Isi…………………...…………………………………………….....……..iii

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang……………………………………………………......….….1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………....…….…1

1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………......…….….1

Bab II Pembahasan

2.1 Pengertian Filsafat, Ilmu, dan Agama……………………….…...............2

2.2 Hubungan antara Filsafat, Ilmu, dan Agama……………………....……4

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan………………………………………………………….......……9

3.2 Saran………………………………………………………………….........…..9

Daftar Pustaka…………………………………………………………………...10  

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayat-Nya yang telah memberi jalan dan pemikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Filsafat Umum dengan judul Hubungan antara Filsafat, Ilmu, dan Agama dengan cukup baik, meskipun dengan bentuk dan isinya yang sangat sederhana. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Rosulullah SAW yang telah membimbing dan mengarahkan umatnya ke jalan kehidupan yang penuh dengan rahmat ini.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Pada kesempatan kali ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu:

Ainun Naim, M. Pd. I selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Umum
Ayah dan Ibu kami yang telah banyak membantu kami baik secara moril maupun materil

Rekan-rekan kelas B Program Studi Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan dukungan pada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini

Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah mendatang akan sangat membantu penulis. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

 Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Kediri, Agustus 2015
Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Filsafat adalah suatu hal (pandangan atau konsep) yang adanya melekat erat secara kodrati pada diri manusia. Menurut etimologi filsafat berasal mula dari kata Yunani “philosophia” (dari kata philein yang artinya mencintai atau philia yang berarti cinta, dan Sophia yang berarti kearifan) yang kemudian menjadi kata “philosophy” (dalam bahasa Inggris). 

Dari filsafatlah muncul dan berkembang ilmu dan pengetahuan yang tercangkup dalam dua bidang yaitu Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Humaniora. Sehingga filsafat memiliki kaitan dengan ilmu karena kodrat yang ada dalam diri manusia salah satunya yaitu memiliki rasa keingintahuan. Keingintahuan itu dapat berkembang dan dapat memunculkan yang namanya ilmu dan pengetahuan. Selain keingintahuan yang ada dalam diri manusia, manusia memiliki unsur-unsur hakikat pribadi yaitu sebagai makhluk yang sadar akan keberadaan Tuhan atau bersifat rohaniyah, kebutuhan ini hanya dapat terpenuhi dengan beribadah, sehingga hal ini tidak lepas kaitannya dengan berkembangnya agama-agama di dunia.

Dengan demikian, antara filsafat, ilmu, dan agama dapat saling mengisi dan saling melengkapi. Ketiganya memiliki peranan masing-masing yang penting dalam kehidupan manusia.


1.2 Rumusan Masalah
  1. Apa pengertian ilmu, filsafat, dan agama?
  2. Bagaimana hubungan antara ilmu, filsafat, dan agama?

1.3 Tujuan Pembahasan
  1. Mengetahui pengertian ilmu, filsafat, dan agama.
  2. Mengetahui hubungan antara ilmu, filsafat, dan agama.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu, Filsafat, dan Agama
2.1.1 Pengertian Ilmu

Ilmu adalah pengetahuan yang pasti, sistematis, metodik, ilmiah dan mencangkup kebenaran umum mengenai objek studi.  Menurut Endang Saifudin Anshari (1987:49-50) ilmu pengetahuan atau ilmu adalah usaha pemahaman manusia mengenai kegiatan, stuktur, pembagian, hukum tentang ihwal yang diselidiki melalui pengindraan dan dibuktian kebenarannya melalui riset. Ilmu memiliki dua objek yaitu objek materi dan objek formal.

Tidak semua pengetahun dapat dikatakan ilmu, sebab kalau semua pengetahuan dikatakan ilmu tentu banyak yang bisa dikatakan ilmu, karena pengetahuan itu sifatnya baru sebatas tahu, akan tetapi sebaliknya semua ilmu adalah pengetahuan, akan tetapi yang dikatakan. 

Dikalangan masyarakat umum Indonesia, dipahami bahwa ilmu itu adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan itu, dan yang lebih awam lagi mengartikan ilmu itu dengan pengetahuan dan kepandaian tentang sesuatu persoalan, baik itu persoalan sosial kemasyarakatan maupun persoalan ekonomi, persoalan agama dan lain-lain sebagainya, seperti soal pergaulan, soal pertukangan, soal duniawi, soal akhirat, soal lahir, soal batin, soal dagang, soal adat istiadat, soal pertanian, soal gali sumur dan lain-lain sebagainya. 


2.1.2 Pengertian Filsafat

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan segala sesuatu secara sungguh-sungguh guna menemukan hakikat yang sebenarnya. Kata filsafat yang terambil dari Bahasa Yunani, yaitu philosophia yang berarti kebijaksanaan atau mencintai kebijaksanaan.   Objek filsafat terdiri dari dua objek yaitu objek materi dan objek formal. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa yang menjadi objek filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. 

Menurut Poedjawijatna, filsafat itu juga dapat dikatakan adalah

suatu ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Selanjutnya beliau mengkategorikan filasafat itu kedalam golongan ilmu, maka oleh karena itu filsafat harus bersifat ilmiah, yaitu menuntut kebenaran, memilki metode, bersistem dan harus berlaku umum.  


2.1.3 Pengertian Agama

Kata agama berasal dari Bahasa Sansekerta berasal dari kata a dan gama. A berarti “tidak” dan gama berarti “kacau”. Jadi kata agama diartikan tidak kacau, tidak semrawut hidup menjdi lurus dan benar.

Pengertian agama menunjukkan kepada jalan atau cara yang ditempuh untuk mencari keridhoan Allah.

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. 


Agama pada umumnya dipahami sebagai :
  1. Satu sistem credo ( tata keimanan atau tata keyakinan ) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia.
  2. Satu sistem siyus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu.
  3. Satu sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan  manusia dan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaksud diatas.

2.2 Hubungan antara Ilmu, Filsafat, dan Agama

Anshari (dalam Kompasiana 2012) menyatakan, baik ilmu maupun filsafat atau agama, bertujuan (sekurang-kurangnya berurusan dengan hal yang sama), yaitu kebenaran. Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri mencari kebenaran tentang alam dan manusia. Filsafat dengan wataknya sendiri pula menghampiri kebenaran, baik tentang alam, manusia dan Tuhan. Demikian pula agama, dengan karakteristiknya pula memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia tentang alam, manusia dan Tuhan. Masih menurutnya, baik ilmu maupun filsafat, keduanya hasil dari sumber yang sama, yaitu ra’yu manusia.

Sebenarnya hakikat manusia itu adalah mahkluk pencari kebenaran, karena ia dibekalikan oleh Allah Swt dengan akal pikiran, akan tetapi akal pikiran yang suci yang tidak terkontaminasi dengan yang lain, yang dibimbing oleh nilai-nilai agama, karena dengan akal pikiran yang dibimbing oleh nilai-nilai agama itulah yang bisa mencapai kebenaran.

Paling tidak ada tiga sarana atau jalan untuk mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran itu, yaitu: melalui filsafat, melalui ilmu pengetahuan dan melalui agama, yaitu melalui wahyu dari Sang Pencipta Kebenaran yang Mutlak dan Abadi. Ketiga sarana atau jalan itu masing-masing mempunyai ciri-ciri tersendiri di dalam mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran itu. Ketiga sarana tersebut juga mempunyai titik persamaan, titik perbedaan dan titik singgung (hubungan) antara yang satu dengan yang lainnya

2.2.1 Jalinan Fisafat dengan Agama
  1. Agama adalah unsur mutlak dan sumber kebudayaan, sedangkan filsafat adalah salah satu unsurkebudayaan.
  2. Agama adalah ciptaannya Tuhan, sedangkan filsafat hasil spekulasi manusia.
  3. Agam adalah sumber-sumber asumsi dari filsafat dan ilmu pengetahuan (science), dengan filsafat menguji asumsi-asumsi science.
  4. Agamamendahulukan kepercayaan daripada pemikiran, sedangkan filsafat mempercayakan sepenuhnya kekuatan daya pikiran.
  5. Agama mempercayai akan adanya kebenaran dan yang kenyataan dogma-dogma agama, sedangkan filsafat tidak mengakui dogma-dogma sebagai kenyataan tentang kebenaran.
Dengan demikian,  terlihat jelas bahwa peran agama terhadap filsafat ialah meluruskan filsafat yang spekulatif kepada kebenaran mutlak yang ada pada agama. Sedangkan peran filsafat terhadap agama ialah membantu keyakinan manusia terhadap kebenaran mutlak itu dengan pemikiran yang kritis dan logis. Hal ini di dukung pernyataan yang menyatakan bahwa filsafat yang sejati haruslah berdasarkan agama, malahan filsafat yang sejati itu adalah terkandug dalam agama (Hamzah Abbas, 1981:29).

2.2.2 Jalinan Filsafat dengan Ilmu


Filsafat berbicara tentang ilmu, begitulah Kattsoff (1996:1905) mengutarakan jalinan filsafat dengan ilmu. Bahasa yang dipakai dalam filsafat berusaha untuk berbicara mengenai ilmu dan bukannya di dalamnya ilmu. Antara filsafat dan ilmu memiliki persamaan, dalam hal bahwa keduanya merupakan hasil ciptaan kegiatan pikiran manusia, yaitu berpikir filosofis, spekulatif, dan empiris ilmiah. Perbedaaan antara keduanya, terutama untuk filsafat menentukan tujuan hidup dan ilmu menentukan sarana untuk hidup. Karenanya, filsafat inilah kemudian disebut sebagai induknya ilmu pengetahuan.


2.2.3 Persamaan Ilmu, Filsafat, dan Agama

Yang paling pokok persamaan dari ketiga bagian ini adalah sama-sama bertujuan untuk mencari kebenaran.  Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri, mencari kebenaran tentang alam dan termasuk di dalamnya manusia. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, menghampiri kebenaran, baik tentang alam, maupun tentang manusia, yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu, karena diluar atau diatas jangkauannya, ataupun tentang Tuhan. Agama dengan karakteristiknya sendiri pula memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam, manusia, atau tentang Tuhan.


2.2.4 Perbedaan Ilmu, Filsafat, dan Agama

Terdapat perbedaan yang mencolok antara ketiga aspek tersebut, dimana ilmu dan filsafat bersumber dari akal budi atau rasio manusia. Sedangkan agama bersumber wahyu dari Tuhan.

Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan cara penyelidikan (riset), pengalaman (empiri), dan percobaan (eksperimen). Filsafat menemukan kebenaran atau kebijakan dengan cara penggunaan akal budi atau rasio yang dilakukan dengan cara mendalam, menyeluruh, dan universal. Kebenaran yang diperoleh atau ditemukan oleh filsafat adalah murni hasil pemikiran (logika) manusia, dengan cara perenungan (berpikir) yang mendalam (radikal) tentang hakikat segala seuatu (metafisika). Sedangkan agama mengajarkankebenaran atau memberi  jawaban tentang berbagai masalah asasi melalui wahyu atau kitab suci yang berupa firman Tuhan.

Kebenaran yang diperoleh melalui ilmu pengetahuan adalah kebenaran positif yaitu kebenaran yang masih berlaku sampai dengan ditemukan kebenaran atau teori yang lebih kuat dalilnya atau alasannya. Kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif, berupa dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, riset, dan eksperimen. Baik kebenaran ilmu maupun kebenaran filsafat keduanya nisbi (relatif). Sedangkan kebenaran agamabersifat mutlak (absolut), karena ajaran agama adalah wahyu yang diturunkan oleh yang Maha Benar, yang Maha Mutlak.


2.2.5 Titik Singgung

Tidak semua masalah yang dipertanyakan manusia dapat dijawab secara positif oleh ilmu pengetahuan, karena ilmu terbatas, terutama oleh subjeknya (sang penyelidik), oleh objeknya (baik objek material maupun objek formalnya) dan juga oleh metodologinya. 

Agama memberikan jawaban tentang banyak (pelbagai) soal asasi yang sama sekali tidak terjawab oleh ilmu yang di pertanyakan, namun tidak terjawab secara bulat oleh filsafat. Allah telah menganugerahkan kepada manusia : alam, akal budi, dan wahyu. Dengan akal budi manusia dapat lebih memahami, baik ayat qur’aniyah (wahyu) maupun ayat kauniyah (alam) untuk kebahagiaan mereka yang hakiki. 

Selain itu, masih dalam kaitan antara ilmu, filsafat, dan agama, bahwa filsafat mengkaji tentang kebijaksanaan. Manusia berusaha untuk mencari kebijaksanaan, dengan cara yang ilmiah tentang kebenaran akan tetapi manusia tidak akan sampai derajat bijaksana, karena hanya Tuhanlah yang bersifat bijaksana. Filsafat sama halnya dengan agama, sama-sama mengkaji tentang kebajikan, tentang Tuhan, baik dan buruk dan lain-lain. Itulah sebabnya maka filsafat mempunyai hubungan yang dekat dengan agama di satu sisi dan ilmu pengetahuan di sisi lain. 

Hubungan yang lebih dekat lagi, dapat disaksikan bahwa hal-hal yang tidak terjangkau oleh akal pikiran (filsafat) akan terjawab melalui wahyu atau agama. Begitu juga dengan filsafat, membahas persoalan-persoalan yang tidak terjawab oleh ilmu pengetahuan. 

Dengan demikian, antara ilmu, filsafat, dan agama dapat saling mengisi dan saling melengkapi. Sehingga menjadi lengkaplah sudah kebutuhan manusia untuk memahami keberadaan alam, manusia, dan Tuhan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada prinsipnya antara ilmu, filsafat, dan agama memiliki kaitan yang erat dan saling terkait satu sama lain. Dimana dalam diri manusia terdapat daya yang menggerakkan ilmu, filsafat, dan agama yang melalui akal pikiran, rasa, dan keyakinan.  Hubungan ketiganya juga memiliki persamaan dan perbedaan.  Sehingga menjadi lengkaplah sudah kebutuham manusia untuk memahami keberadaan alam, manusia, dan Tuhan.

3.2 Saran

Ketiga aspek ini sama-sama mencari kebenaran. Dengan lebih memahami arti ilmu, filsafat, dan agama maka kehidupan manusia akan semakin tertata, dan mengetahui serta memahami pentingnya mencari jawaban atas segala persoalan perihal alam, manusia, dan Tuhan.

Daftar Pustaka 

Anshari, Endang Saifuddin. 1987. Ilmu, Filsafat dan Agama. Cet. VII. Surabaya:PT Bina Ilmu.
Bakar, Osman. 1997. Hirarki Ilmu. Bandung : Mizan.
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Jakarta :Balai Pustaka.
Hamzah, Abbas. 1981. Pengantar Filsafat Alam. Surabaya:Al-Ikhlas.
Kattsoof, Louis O. 1953. Elements Of Philosofy. New York:The Ronald Press Co.
Suhar. 2009. Filsafat Umum. Jambi:Sulthan thaha press IAIN STS JAMBI.
Suhartono, Suparlan. 2008. Dasar-Dasar Filsafat. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media Group.
Susanto, A. 2011. Filsafat Ilmu:Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologisme, Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta:PT Bumi Aksara.