Berikut ini yang bukan tujuan pengujian produk teknik komputer dan informatika adalah

Jika berencana meluncurkan produk baru atau mengembangkan yang sudah ada, pengujian kesesuaian fungsi prototipe produk merupakan langkah penting dalam proses riset pasar. Pengujian terhadap sifat dan kinerja prototipe produk akan membantu wirausahawan mendapatkan informasi yang berharga tentang sikap dan persepsi konsumen terhadap produk dan layanan yang akan dirilis serta membantu dalam menentukan bagaimana memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Pengujian awal yang telah dilakukan dalam pengembangan prototipe produk baru atau yang sudah ada dapat juga membantu dalam menentukan biaya produksi dengan lebih tepat.

Berikut ini yang bukan tujuan pengujian produk teknik komputer dan informatika adalah

Wirausahawan perlu menilai apakah produk mendapatkan penerimaan pasar yang memuaskan. Sangat penting untuk menguji apakah produk dan konsep pemasaran memuaskan konsumen di pasar, karena adanya interaksi langsung dengan konsumen serta wirausahawan bisa mendapatkan sejauh mana kinerja produk yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen melalui testimoni yang mereka sampaikan baik lisan maupun tulisan.

Suatu perusahaan dapat melakukan pengujian produk pada setiap tahap pengembangan produk baik untuk produk baru maupun untuk produk yang telah ada, termasuk fase ide, pengembangan dan produksi. Alangkah lebih baiknya wirausahawan melakukan setidaknya satu putaran atau beberapa putaran pengujian, sebelum merilis produk baru ke pasar.

Konsep Pengujian Prototipe Produk

Pengujian prototipe produk merupakan salah satu kegiatan penting untuk menjamin kualitas produk di pasaran dan konduksi dari berbagai pengujian untuk mengukur kinerja atau sifat suatu produk.

Produk yang telah dibuat dalam bentuk prototipe akan terlebih dahulu diuji untuk mendapatkan umpan balik dari konsumen yang menjadi sasaran atau segmen pasar. Pengujian prototipe produk dilakukan sebelum produk dipasarkan. Kegiatan pengujian prototipe produk dilakukan pada sifat dan kinerja produk tersebut apakah sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Dengan melakukan kegiatan pengujian prototipe produk, dapat membantu wirausahawan dapat lebih memperkaya konsep produknya dan dapat membantunya dalam proses pemilihan produk terbaik yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Proses pengujian prototipe produk ini dapat diterapkan dalam berbagai jenis produk baik barang maupun jasa.

Gagasan atau ide yang diwujudkan dalam bentuk prototipe, tidak akan sempurna sebelum dilakukan pengujian pada prototipe produk tersebut. Karena produk yang belum teruji akan sulit untuk masuk ke pasaran. Terutama untuk produk baru yang belum dikenal oleh masyarakat luas. Pengujian produk dapat dilakukan oleh pabrik, laboratorium independen, lembaga pemerintah, dan lainnya, tergantung pada kondisinya. Seringkali metode pengujian formal yang ada digunakan sebagai dasar untuk pengujian.

Dalam pengujian prototipe produk, standar yang digunakan dapat bersifat sukarela dan wajib. Standar sukarela artinya pengusaha atau wirausahawan membuat aturan atau standar sendiri dan mempraktikkannya. Sedangkan standar wajib artinya standar-standar yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Standar sukarela yang dibuat untuk beberapa jenis produk biasanya disesuaikan dengan standar yang dikembangkan oleh asosiasi perdagangan, misalnya IDEA sebagai asosiasi perdagangan secara online (E-commerce) yang menaungi lebih dari 100 pedagang atau pengusaha yang bergerak di bidang perdagangan secara online.

Manfaat Pengujian Kesesuaian Fungsi Prototipe Produk

Pengujian kesesuaian fungsi prototipe dengan produk barang atau jasa yang dibuat merupakan proses yang penting dalam sebuah usaha atau bisnis. Beberapa manfaat dari proses pengujian fungsi prototipe tersebut, diantaranya sebagai berikut.

Pelanggan akan lebih percaya diri pada produk yang telah diuji, terutama jika pengujain dilakukan oleh lembaga tertentu, seperti kementrian keagamaan untuk uji kehalalan dan BPOM untuk uji kelayakan produk makanan dan lain-lain. Pengujian memberikan bukti kepada pelanggan bahwa produk tersebut aman dan dapat melakukan fungsi sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Selain itu, dapat membuka kesempatan untuk dapat mengembangkan usaha dengan mitra ketiga atau investor.

Pengujian terhadap suatu prototipe produk sebelum dipasarkan, selain menambah kepercayaan diri wirausahawan dalam memasarkan produknya tetapi dapat juga membantu dalam meningkatkan kualitas produk tersebut. Menguji banyak ide dan desain dapat membantu wirausahawan untuk memilih jenis pengujian desain produk dan prototipe yang paling efektif dan membantu mengungkap dan memperbaiki kekurangan untuk meningkatkan kualitas produk. Sehingga produk yang dikenalkan ke pasaran adalah produk yang sudah matang dan berkualitas serta sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.

Pengujian fungsi prototipe juga dapat membantu wiruasahawan untuk mengurangi biaya produksi. Dari hasil pengujian tersebut, wirausahawan dapat menghitung dan memperkirakan biaya produksi yang harus dikeluarkan dengan begitu wirausahawan dapat mengefisienkan biaya produksi yang harus dikeluarkan. Selain itu, dengan pengujian fungsi prototipe sebelum produk di pasarkan secara luas, membantu wirausahawan terhindar dari pembayaran garansi yang berlebihan dan kemungkinan biaya hukum.

Produk yang telah melewati proses pengujian fungsi prototipenya akan lebih unggul dengan pesaing, karena dari pengujian tersebut akan menghasilkan produk yang berkualitas.

Selain kualitas produk, informasi mengenai kadaluarsa produk pun sangat penting bagi konsumen terutama produk makanan dan minuman. Dengan pengujian prototipe produk, wirausahawan dapat menentukan dengan pasti masa kadaluarsa produk, sehingga selain aman untuk konsumen juga dapat menambah kepercayaan konsumen terhadap produk yang dipasarkan.

Pada proses pengujian produk, selain menguji kualitas produk. Hal lain yang dapat diperoleh dari hasil pengujian produk adalah informasi-informasi dalam penentuan harga, nama merek dan kualitas kemasan produk dan gambaran daya terima konsumen terhadap produk. Dengan adanya informasi tesebut, seorang wirausaha dapat mencari solusi dari permasalahan-permasalahan yang muncul dari aspek-aspek tersebut. Karena jika permasalahan-permasalahan tersebut tidak di atasi dari awal, maka dapat memberikan dampak negatif bagi usaha atau bisnis yang sedang dijalankan bahkan dapat terbentur oleh masalah hukum seperti plagiasi dan lain-lain, terutama pada saat proses promosi dan pemasaran.

Tujuan Pengujian Kesesuaian Fungsi Prototipe Produk

Bagi wirausahawan, hasil pengujian kesesuaian fungsi prototipe produk dapat digunakan untuk mendapatkan hak paten atas produk yang dibuat. Selain itu, pengarsipan data hasil pengujian produk dapat digunakan untuk meakukan pengembangan produk baru, sehingga siklus hidup produk dapat lebih lama. Tujuan lain dari pengujian produk, antara lain sebagai berikut.

  1. Memastikan produk tersebut telah memenuhi persyaratan standar tertentu, misalnya sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
  2. Memastikan produk berfungsi sesuai dengan standar yang telah ditentukan melalui kegiatan demonstrasi produk.
  3. Menjadi data standar dan komunikasi teknis bagi kepentingan ilmiah dan kegiatan penjaminan mutu produk.
  4. Sebagai sarana perbandingan dengan produk lain.
  5. Memecahkan masalah yang terkait dengan kendala produk.
  6. Mengidentifikasi efesiensi biaya dalam proses produksi.
  7. Memastikan keamanan.

Pengujian produk merupakan syarat ketika suatu produk menjadi produk

jadi. Produk jadi mengalami pengujian untuk mengetahui kelebihan dan

keurangan suatu produk. Pengujian produk sangat penting karena hal tersebut

berkaitan dengan perlindungan konsumen. Berikut penjelasan mengenai

pengujian produk dan perlindungan konsumen dalam produk perangkat



A. Pengujian Produk

Pengujian produk merupakan bagian dari aspek pengembangan

produk. Pengujian produk juga dapat berfungsi sebagai alat untuk

mengetahui kelayakan produk di mata konsumen.

Pengujian produk dilakukan karena produsen ingin mengetahui nilai

dan daya guna barang tersebut sebelum dilempar ke pasaran. Pengujian

produk adalah strategi untuk meningkatkan aspek perlindungan

konsumen. Pengujian produk merupakan tonggak awal datangnya era

konsumsi modern.

Pengujian produk dapat dilakukan oleh pembuat produk yang bekerja

sama dengan peneliti independen atau peneliti yang ditunjuk oleh

pemerintah. Pengujian produk memakai dasar metode pengujian ilmiah.

Namun, terdapat pula beberapa pihak yang melakukan pengujian produk

dengan metode ciptaannya sendiri demi memenuhi kriteria-kriteria

tertentu. Dalam tes perbandingan, dua atau lebih sampel produk vang

sama dijadikan objek eksperimen dalam suatu kondisi yang sama.

1. Tujuan Pengujian Produk

Pengujian produk dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan

tertentu, seperti:

a Memastikan bahwa persyaratan spesifikasi, regulasi, dan kontrak

   produk dapat terpenuhi.

b Memutuskan apakah produk tersebut sudah berjalan di jalur yang 

   semestinya.

c. Alat demonstrasi produk.

d Menetapkan kesesuaian produk terhadap penggunaan akhir.

e. Menyediakan dasar komunikasi teknis suatu produk.

f. Menyediakan informasi perbandingan dengan produk-produk lain.

g. Upaya menciptakan produk yang bias dipertanggungjawabkan

    secara hukum.

h. Membantu pemecahan masalah terhadap kendala produk

i. Menentukan potensi penghematan dalam produksi suatu produk

2. Keuntungan dan Kerugian Pengujian Produk

Pengujian produk sering kali dikritisi karena pengujian produk

dirasa gagal dalam memperbaiki kegagalan produk lama. Pihak

manajemen dirasa bertanggung jawab karena mereka melakukan

pengujian produk dengan cara-cara yang kaku dan tidak sesuai dengan

perkembangan zaman. Banyak yang menganggap manajemen penguji

produk justru akan merugikan suatu produk, alih-alih menyukseskan

suatu produk. Alasan lain atas kritik terhadap pengujian produk adalah bahwa pengujian produk hanya mengurusi masalah-masalah yang kurang penting atas suatu produk. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa pengujian produk dapat membawa keuntungan, baik bagi produk itu sendiri ataupun bag konsumen. Berikut keuntungan dan kerugian pengujian produk. a. Keuntungan Pengujian Produk Berikut adalah keuntungan dalam pengujian produk 1) Menjajal Strategi Pemasaran Jika produsen produk perangkat keras hanya menjual satu produk saja, misalnya produksi keyboard, maka perusahaan tersebut akan mengalami masalah dalam aspek pemasaran, karena setiap perawat memiliki standard dan selera sendiri dalam memilih merek keyboard yang mereka kira cocok digunakan. Dengan adanya pengujian produk, kita bisa mengetahui strategi pemasaran mana yang bisa diterapkan. Dengan adanya pengujian produk, produsen produk perangkat keras bisa membuang fitur-fitur yang tidak diutuhkan oleh konsumen, yang dalam hal ini adalah masyarakat umum, sehingga produsen produk perangkat keras bisa menghemat biaya produksi. Selain itu, produsen produk perangkat keras mengetahui konsumen jenis apa yang bisa dijadikan sasaran penjualan. 2) Memberikan Informasi mengenai Produk Dengan melakukan pengujian produk, perusahaan produsen perangkat keras akan mendapatkan masukan dari para konsumen mengenai produk yang akan diluncurkan. Mengapa demikian? Karena konsumen dan penguji adalah pihak yang paling mengetahui performa dari perangkat keras tersebut. 3) Sebagai Upaya untuk Mengatur Strategi Merek Konsumen membeli produk perangkat keras karena produsen tersebut memiliki merek yang terkenal atau memiliki reputasi dalam aspek keamanan dan performa produk. Dengan melakukan pengujian produk, perusahaan bisa mengetahui persepsi konsumen mengenai produk perangkat keras dalam kaitannya dengan keamanan dan performanya. 4) Membantu Produsen Mencermati Kesalahan Perusahaan tidak akan pernah tahu cacat apa yang ada di dalam suatu produk sampai produk tersebut dipegang oleh para konsumen dan penguji. Dengan adanya pengujian produk, produsen produk perangkat keras bisa mengerti cacat apa saja yang menyebabkan terjadinya pengembalian barang atau penggunaan garansi produk. b. Kerugian Pengujian Produk Berikut adalah risiko dan potensi kerugian dalam melakukan pengujian produk. 1) Pengujian Produk Cenderung dapat Membuat Perusahaan Membayar Biaya Ekstra Pengujian produk selalu memberikan risiko bagi suatu perusahaan. Risiko-risiko dalam proses pengujian produk biasanya berupa sampel, ukuran sampel yang tak sesuai, kesalahan pengukuran, dan kesalahan dalam mendeskripsikan produk yang diuji kepada konsumen. Tapi, potensi kesalahan- kesalahan yang timbul akan dapat diatasi oleh metode analisis yang tepat. Masalah yang lebih besar akan timbul jika pengujian produk bersinggungan dengan tujuan bisnis perusahaan. Sebagai contoh, pengujian produk yang memakan waktu sangat lama akan menurunkan tingkat permintaan suatu produk, sehingga perusahaan akan merugi akibat turunnya permintaan atas produk tersebut. 2) Permasalahan-permasalahan dalam penerapan pengujian produk Banyak pihak yang khawatir akan permasalahan-permasalahan yang timbul dalam penerapan pengujian produk. Permasalahan- permasalahan yang dapat timbul dalam pengujian produk antara lain: a) Menguji Produk yang Salah Maksudnya adalah para penguji produk melakukan pengujian pada aspek yang salah dalam suatu produk (hanya fisiknya saja, padahal nilai produk yang sesungguhnya bukan berasal dari aspek fisik). b) Melakukan perbandingan dengan produk yang salah Melakukan pengujian dengan pesaing bisnis yang lebih lemah. c) Menanyai pihak yang salah Melakukan wawancara yang tidak mengetahui seluk- beluk atas produk tersebut. d) Melakukan pengujian pada lingkungan pasar yang berbeda dari lingkungan pasar asli produk tersebut. e) Melakukan pengujian kepada segmen konsumen yang tidak sesuai dengan produk t) Melakukan pengujian dengan penerapan harga yang keliru. 3. Pihak-Pihak yang Berperan dalam Pengujian Produk Perangkat Keras Berikut adalah pihak-pihak yang berperan dalam pengujian produk. a. Pemerintah Peran umum yang dilakukan pemerintah dalam pengujian adalah menetapkan hukum yang menyatakan kewajian produsen untuk menjelaskan dan menjamin keamanan produknya. Sehubungan dengan perangkat keras, pemerintah mengatur standardisasi perangkat keras dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2012 tentang "Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik" b. Perusahaan Peran perusahaan dalam pengujian produk adalah menyediakan produk dan layanan yang sesuai dengan standar perusahaan. Biasanya, standar yang diterapkan adalah standar fakultatif (artinya, perusahaan tersebut menetapkan aturan untuk dirinya sendiri), dan standar wajib (dikeluarkan pemerintah). Dalam kaitannya dengan perangkat keras, pengujian produk harus dilakukan sesuai dengan ISO 27001. ISO/IEC 27001, atau lengkapnya "ISO/IEC 27001:2005 Security techniques -- Information security management systems - - Requirements", adalah suatu standar sistem manajemen keamanan informasi (ISMS, information security management system) yang diterbitkan oleh ISO dan IEC pada Oktober 2005. Standar yang berasal dari BS 7799-2 ini ditujukan untuk digunakan bersama Information technology dengan ISO/IEC 27002, yang memberikan daftar tujuan pengendalian keamanan dan merekomendasikan suatu rangkaian spesifik Organisasi pengendalian mengimplementasikan ISMS sesuai dengan pedoman praktik terbaik pada ISO/IEC 27002 kemungkinan juga akan memenuhi persyaratan pada ISO/IEC 27001 walaupun sertifikasinya tetap opsional dan terlepas satu sama lain, kecuali jika diminta oleh para pemangku kepentingan organisasi. keamanan 4. Konsep Benchmarking pada Pengujian Perangkat Keras Benchmark atau benchmarking merupakan tindakan pengujian sebuah komputer dengan cara menjalankan beberapa program, kumpulan program, atau operasi lain yang bertujuan untuk mengetahui performansi dari komputer tersebut. Biasanya diasosiasikan dengan mengevaluasi karakteristik performansi dari hardware komputer, seperti operasi floating point CPU. Benchmark menyediakan metode perbandingan performansi dari berbagai subsistem lintas arsitektur chip/sistem. Benchmarking bukan hanya diterapkan ke dalam pengujian hardware semata. Benchmarking dapat diterapkan di dalam setiap lini usaha. Secara umum, proses benchmarking biasanya terdiri dari enam langkah, yaitu: a. Menentukan Apa yang akan Di-benchmark Hampir segala hal dapat di-benchmark: suatu proses lama yang memerlukan perbaikan; suatu permasalahan yang memerlukan solusi; suatu perancangan proses baru; suatu proses yang upaya- upaya perbaikannya selama ini belum berhasil. Perlu dibentuk suatu Tim Peningkatan Mutu yang akan menyelidiki proses dan permasalahannya. Tim ini akan mendefinisikan proses yang menjadi target, batas-batasnya, operasi-operasi yang dicakup dan urutannya, dan masukan (input) serta keluarannya (output). b. Menentukan Apa yang alkan Diukur Ukuran atau standar yang dipilih untuk dilakukan benchmark- nya harus yang paling kritis dan besar kontribusinya terhadap perbaikan dan peningkatan mutu. Tim yang bertugas me-review elemen-elemen dalam proses dalam suatu bagan alir dan melakukan diskusi tentang ukuran dan standar yang menjadi fokus. Contoh- contoh ukuran adalah misalnya durasi waktu penyelesaian, waktu penyelesaian untuk setiap elemen kerja, waktu untuk setiap titik pengambilan keputusan, variasi-variasi waktu, jumlah aliran balik atau pengulangan, dan kemungkinan-kemungkinan terjadinya kesalahan pada setiap elemennya. Jika memang ada pihak lain (internal dan eksternal) yang berkepentingan terhadap proses ini maka tuntutan atau kebutuhan (requirements) mereka harus dimasukkan atau diakomodasikan dalam tahap ini. Tim yang bertugas dapat pula melakukan wawancara dengan pihak yang berkepentingan terhadap proses tersebut (dapat pula dipandang sebagai pelanggan) tentang tuntutan dan kebutuhan mereka dan menghubungkan atau mengaitkan tuntutan tersebut kepada ukuran dan standar kinerja proses. Tim kemudian menentukan ukuran-ukuran atau standar yang paling kritis yang akan secara signifikan meningkatkan mutu proses dan hasilnya. Juga dipilih informasi seperti apa yang diperlukan dalam proses benchmarking ini dari organisasi lain yang menjadi tujuan benchmarking c. Menentukan kepada Siapa akan Dilakukan Benchmark Tim Peningkatan Mutu menentukan organisasi yang akan menjadi tujuan benchmarking ini. organisasi lain yang dipandang mempunyai reputasi baik bahkan terbaik dalam kategori ini. Pertimbangan memilih d. Pengumpulan Data/Kunjungan Tim Peningkatan Mutu mengumpulkan data tentang ukuran dan yang telah dipilih terhadap organisasi yang akan di-benchmark. Pencarian informasi ini dapat dimulai dengan yang telah dipublikasikan, misalkan hasil-hasil studi, survei pasar, survei pelanggan, jurnal, majalah dan lain-lain. Barangkali juga ada lembaga yang menyediakan bank data tentang benchmarking untuk beberapa aspek dan kategori tertentu. Tim dapat juga merancang dan mengirimkan kuesioner kepada lembaga yang akan di- benchmark, baik itu merupakan satu-satunya cara mendapatkan data dan informasi atau sebagai pendahuluan sebelum nantinya dilakukan kunjungan langsung. Pada saat kunjungan langsung (site visit), tim benchmarking mengamati proses yang menggunakan ukuran dan standar yang berkaitan dengan data internal yang telah diidentifikasi dan dikumpulkan sebelumnya. Tentu akan lebih baik jika ada beberapa objek atau proses yang dikunjungi sehingga informasi yang didapat akan lebih lengkap. Asumsi yang perlu diketahui adalah bahwa organisasi atau lembaga yang dikunjungi mempunyai keinginan yang sama untuk mendapatkan informasi yang sejenis dari lembaga yang mengunjunginya, yaitu adanya keinginan timbal balik untuk saling mem-benchmark Para pelaku benchmarking telah dapat menyimpulkan bahwa kunjungan langsung kepada organisasi dengan praktik terbaik dapat menghasilkan pandangan dan pemahaman yang jauh lebih dalam dibandingkan dengan cara-cara pengumpulan data manapun. Kunjungan ini memungkinkan kita untuk secara langsung berhubungan dengan "pemilik proses" yaitu orang-orang yang benar-benar menjalankan atau mengelola proses tersebut. e. Analisis Data Tim Peningkatan Mutu kemudian membandingkan data yang diperoleh dari proses yang di-benchmark dengan data proses yang dimiliki (internal) untuk menentukan adanya kesenjangan (gap) di antara mereka. Tentu juga perlu membandingkan situasi kualitatif misalnya tentang sistem, prosedur, organisasi, dan sikap. Tim mengindentifikasi mengapa terjadi kesenjangan (perbedaan) dan apa saja yang dapat dipelajari dari situasi ini. Satu hal yang sangat penting adalah menghindari sikap penolakan; jika memang ada perbedaan yang nyata maka kenyataan itu harus dapat diterima dan kemudian disadari bahwa harus ada hal-hal yang diperbaiki. f. Merumuskan Tujuan dan Rencana Tindakan Tim Peningkatan Mutu menentukan target perbaikan terhadap proses. Target-target ini harus dapat dicapai dan realistis dalam pengertian waktu, sumber daya, dan kemampuan yang ada saat ini; juga sebaiknya terukur, spesifik, dan didukung oleh manajemen dan orang-orang yang bekerja dalam proses tersebut. Kemudian, tim dapat diperluas dengan melibatkan multidisiplin yang akan memecahkan persoalan dan mengembangkan suatu rencana untuk memantapkan tindakan spesifik yang akan diambil, tahapan- tahapan waktunya, dan siapa saja yang harus bertanggung jawab. Hasil ini akan diserahkan kepada para pelaksana penjaminan t(executive) untuk kemudian memantau kemajuan dan mengidentifikasi persoalan-persoalan yang timbul. Ukuran dan standar dievaluasi secara bertahap, barangkali diperlukan penyesuaian-penyesuaian terhadap rencana untuk dapat mengatasi halangan dan persoalan yang muncul. Juga para pelaksana memerlukan umpan balik dari mereka yang berkepentingan terhadap proses dan hasilnya (stakeholders). Resenjangan standar mungkin saja tidak dapat dihilangkan karena target organisasi terus saja berkembang dan memperbaiki diri. Yang lebih penting dari semata-mata mengejar kesenjangan adalah menjadikan benchmarking sebagai suatu kebiasaan, yang akan mendorong untuk terus memperbaiki diri. Jika perlu bahkan dapat dibuat atau dibentuk suatu departemen atau divisi tersendiri yang bertanggung jawab melaksanakan benchmarking secara terus- menerus (berkelanjutan). 5. Pengujian Ketahanan dalam Perangkat Keras Ketahanan produk adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan kegiatan seperti yang diinginkan oleh konsumen tanpa kegagalan dan sesuai dengan batas performa suatu produk. Agar suatu produk bisa mendapatkan ketahanan produk, perusahaan harus melakukan pengujian berupa serangkaian tugas. Tugas-tugas yang diberikan akan berpengaruh pada ketahanan produk perangkat keras. Pengujian tersebut dapat berupa pengunian pemilihan material, struktur geometri, toleransi desain, proses manufaktur, teknik perakitan, pengiriman dan penanganan dalam pengiriman, kondisi operasional dan petunjuk perawatan. Berikut adalah hal-hal yang berkiatan dengan pengujian ketahanan produk. a. Pengujian atas Persyaratan dan Batasan Produk Pengujian tersebut dimulai dari identifikasi serangkaian syarat dan batasan produk yang ditentukan dari aktivitas pasar atau subsistem-subsistem mana yang cocok dengan produk tersebut Setelah itu, hasil dari pengujian persyaratan dan batasan produk akan dibuat menjadi dokumen. Dokumen tersebut harus disahkan oleh beberapa pihak yang berwenang, mulai dari ahli rekayasa, manajemen, sampai konsumen. Setelah disahkan, maka pihak pembuat perangkat keras akan membuat serangkaian deskripsi mengenai spesifikasi produk yang dirasa sesuai dengan dokumen persyaratan dan batasan yang telah disahkan. Langkah selanjutnya adalah mempertemukan antara dokumen persyaratan dan batasan dengan dokumen spesifikasi yang diajukan oleh pihak pembuat perangkat keras. Modifikasi dokumen persyaratan dan batasan akan dilakukan apabila terdapat isi dari dokumen tersebut yang tidak dapat diimplementasikan pada produk perangkat keras yang dibuat. Setelah adanya kesepakatan antara pihak penguji dengan pembuat perangkat keras, maka pihak pembuat perangkat keras boleh lanjut ke tahap desain terakhir. b. Deskripsi Material, Komponen, dan Proses Manufaktur Desain hardware harus dilakukan berdasarkan pemilihan komponen, material, dan proses manufaktur yang sesuai dengan dokumen persyaratan dan batasan yang telah disetujui sebelumnya. Setiap material, komponen, dan proses harus dinilai dan diuji sebelum dimasukkan ke dalam proses produksi. c. Pengujian Performa Tujuan pengujian performa adalah untuk mengevaluasi kemampuan komponen-komponen perangkat keras agar dapat memenuhi syarat fungsional, mekanis, dan elektronik yang telah ditetapkan pada dokumen persyaratan dan batasan. Untuk meningkatkan performa produk, pihak pembuat perangkat keras sering kali menggunakan fitur-fitur yang dapat mengurangi daya tahan produk tersebut. Mengapa demikian? Karena dengan menambahkan fitur pada perangkat keras juga dapat menambah kerumitan produk yang nantinya akan berpengaruh pada daya tahan produk dan harga produk. d. Penilaian Ketahanan Penilaian ketahanan dapat memberikan informasi mengenai kemampuan komponen perangkat keras dalam memenuhi persyaratan performa yang telah ditentukan. Penilaian ketahanan dilakukan dengan menggunakan data tes integritas, hasil kualifikasi virtual atau hasil tes akselerasi. Proses penilaian ketahanan produk ditunjukkan pada bagan di bawah ini. Ketahanan produk tidak berkaitan dengan nasib baik penggunanya, namun lebih kepada konsekuensi rasional atas usaha yang dilakukan oleh pembuat perangkat keras pada tahap desain, pengembangan, dan manufaktur. Produk yang memiliki ketahanan tinggi dapat diperoleh dari desain yang kuat dan tingkat toleransi komponen yang tinggi. Pemahaman kuantitatif dan kemampuan untuk memetakan kegagalan mekanisme dalam pengujian produk dapat menjadi alat bagi pembuat produk perangkat keras untuk membuat desain, proses, dan spesifikasi komponen yang efektif B. Standardisasi dalam Kaitannya dengan Pengujian Perangkat Keras 1. Pengertian Standardisasi Standardisasi merupakan penentuan ukuran yang harus diikuti dalam memproduksi sesuatu. Standardisasi juga merupakan proses pembentukan standar teknis, yang bisa menjadi standar spesifikasi, standar cara uji, standar definisi, prosedur standar (atau praktik), dan lain-lain Istilah standardisasi berasal dari kata standar yang berarti satuan ukuran yang dipergunakan sebagai dasar pembanding kuantitatif, kualitatif, nilai, dan hasil karya yang ada. Dalam arti yang lebih luas maka standar meliputi spesifikasi baik produk, bahan, maupun proses. Suatu produk tidak boleh tidak standar, namun harus atau sedapat mungkin diikuti agar kegiatan maupun hasilnya boleh dikatakan dapat diterima umum oleh penggunaan standee atau ukuran ini adalah hasil kerja sama pihak-pihak yang berkepentingan dalam industri di mana perusahaan itu berada. Misalnya, jika seluruh dunia memproduksi keran dan pipa air dalam bentuk dan ukuran yang berbeda-beda, maka tidaklah mungkin berbagai pipa saling bersambung karena masing- masing pipa tidak serasi dengan pipa lainnya, untuk itu diperlukan adaptor. Bilamana setiap produsen pipa dan keran air boleh memproduksi pipa semaunya tanpa memerhatikan ukuran pipa produsen lain, maka hasilnya terjadi kekacauan. Standardisasi diimplementasikan ketika perusahaan mengeluarkan produk baru ke pasar. Dengan menggunakan standardisasi, kelompok dapat dengan mudah berkomunikasi melalui pedoman yang ditetapkan dalam rangka untuk menjaga fokus. Metode ini dibuat untuk memfasilitasi proses dan tugas, inilah mengapa interlocks dengan lean manufacturing. Terdapat empat teknik yang berbeda untuk standardisasi, yaitu penyederhanaan atau variasi kontrol, kodifikasi, nilai rekayasa, dan statistik proses kontrol. 2. Proses Standardisasi Proses standardisasi meliputi proses perencanaan kegiatan dan fungsi untuk mempersiapkan seperangkat rencana dan instruksi untuk menghasilkan bagian-bagian dalam sebuah produk. Perencanaan dimulai dengan gambar teknik, spesifikasi, bagian atau daftar bahan, dan ramalan permintaan. Berikut hasil dari perencanaan tersebut. a. Rute produksi adalah rute yang menetapkan operasi, operasi urutan, pusat-pusat kerja, standar, dan perkakas. Rute ini yang menjadi masukan utama untuk sistem manufaktur perencanaan sumber daya untuk mendefinisikan operasi untuk tujuan pengendalian produksi aktivitas dan menentukan sumber daya yang diperlukan untuk persyaratan kapasitas perencanaan tujuan. b. Proses rencana yang biasanya menyediakan lebih rinci, instruksi kerja langkah demi langkah termasuk dimensi yang terkait dengan operasi individu, parameter pemesinan, setup instruksi, dan pemeriksaan jaminan kualitas. c. Fabrikasi dan perakitan untuk mendukung pembuatan gambar (sebagai lawan dari gambar teknik untuk menentukan bagian) Gambar 3.14 Perakitan laptop Sumber: vosizmeias.com Perencanaan proses manual didasarkan pada pengalaman seorang insinyur manufaktur dan pengetahuan tentang sarana produksi, peralatan, kemampuan mereka, proses, dan perkakas. Proses perencanaan sangat memakan waktu dan hasil bervariasi berdasarkan orang yang melakukan perencanaan. 3. Standardisasi dalam Produk Perangkat Keras Standardisasi produk perangkat keras dan lunak diatur dalam dokumen bernama IT Hardware and Software Standrads dan ISO. a. IT Hardware and Software Standards IT Hardware and Software Standards adalah dokumen yang berisi tentang spesifikasi apa saja yang wajib ada pada suatu produk perangkat keras dan lunak. Standardisasi tersebut berguna untuk memastikan ketahanan dan efisiensi perangkat keras dan lunak b. ISO Dalam hubungannya dengan perangkat keras, perusahaan- perusahaan perangkat keras harus bisa memenuhi spesifikasi perangkat keras sesuai dengan ISO 9001. ISO 9001 adalah keluarga dari sistem standar manajemen mutu yang dirancang untuk membantu organisasi dalam memastikan bahwa organisasi dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dan stake holder-nya serta dapat memenuhi persyaratan perundangan, hukum, dan peraturan yang terkait dengan produk atau jasanya. ISO 9001 berkaitan erat dengan dasar dasar dari sistem manajemen mutu. Badan sertifikasi adalah pihak ketiga yang memberikan konfirmasi secara independen yang menyatakan bahwa organisasi sudah memenuhi persyaratan ISO 9001. Ada Lebih dari satu juta perusahaan atau organisasi di seluruh dunia yang telah disertifikasi dan menjadikan ISO 9001 salah satu alat manajemen yang paling banyak digunakan di dunia saat ini. ISO 9001: 2015 adalah standard dokumen (standard persyaratan) yang mencantumkan persyaratan yang harus dijalankan oleh organisasi dan harus dijaga implementasinya. Ada beberapa dokumen standard yang berbeda dalam family ISO 9000, tapi hanya ISO 9001-2015 yang bisa disertifikasi. ISO 9001: 2015 adalah standar terbaru dari Sistem Manajemen Mutu ini, dan pada 2015 adalah tahun revisi terbaru dari sistem Manajemen Mutu pada ISO 9001 Sertifikasi ISO 9001: 2015 adalah suatu standar internasional untuk Sertifikasi Sistem Manajemen mutu atau sertifikasi sistem manajemen Kualitas, sertifikasi ISO 9001: 2015 menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sertifikasi Sistem Manajemen Kualitas, yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk (barang dan atau jasa) yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh badan standar dunia ( ISO). Bila sudah lulus audit dan meraih sertifikasi ISO 9001:2015 berarti organisasi atau perusahaan tersebut telah memenuhi Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan. Hal ini dapat memenuhi kebutuhan spesifik dari pelanggan, di mana organisasi yang dikontrak itu bertanggung jawab untuk menjamin kualitas dari produk-produk tertentu, atau merupakan kebutuhan dari pasar tertentu, sebagaimana ditentukan oleh organisasi. Sertifikasi ISO 9001: 2015 bukan merupakan standar produk, karena tidak menyatakan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh produk (barang dan/atau jasa). Tidak ada kriteria penerimaan produk dalam Klausul Sertifikasi ISO 9001:2015, sehingga kita tidak dapat menginspeksi suatu produk terhadap standar-standar produk. Sertifikasi ISO 9001:2015 hanya merupakan standar sertifikasi Sistem Manajemen mutu atau sertifikasi sistem manajemen kualitas. Dengan demikian apabila ada perusahaan yang mengiklankan bahwa produknya telah memenuhi standar internasional, merupakan hal yang salah dan keliru, sebab manajemen perusahaan hanya boleh menyatakan bahwa sertifikasi Sistem Manajemen kualitasnya yang telah memenuhi standar internasional, bukan produknya yang berstandar internasional, karena tidak ada kriteria pengujian produk dalam Sertifikasi ISO 9001:2015. Bagaimanapun diharapkan bahwa produk yang dihasilkan dari suatu sertifikasi Sistem Manajemen Kualitas Internasional akan berkualitas baik (standar) juga memenuhi harapan pelanggan. Persyaratan-persyaratan dan rekomendasi dalam ISO 9001 diterapkan pada manajemen organisasi yang memasok produk, sehingga akan memengaruhi bagaimana produk itu didesain, diproduksi, dirakit, ditawarkan, dan lain-lain. 1) Beberapa Prinsip Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu Berdasarkan Sertifikasi ISO 9001:2015 Sertifikasi Sistem Manajemen Kualitas Mutu atau sertifikasi sistem manajemen kualitas internasional berdasarkan Sertifikasi ISO 9001:2015 lahir berlandaskan delapan prinsip sertifikasi sistem manajemen mutu atau sertifikasi sistem manajemen kualitas. Di mana prinsip-prinsip ini dapat digunakan olen manajemen senior sebagai suatu kerangka kerja (framework) yang membimbing organisasi menuju peningkatan kinerja. Prinsip-prinsip ini diturunkan dari pengalaman kolektif dan pengetahuan dari ahli-ahli internasional yang berpartisipasi dalam komite teknik ISO/TC 176, yang bertanggung jawab untuk mengembangkan dan mempertahankan standar-standar Sertifikasi ISO 9001:2015. 2) Lima Bagian Utama yang Menjabarkan Sistem Manajemen Organisasi Sebagaimana Diatur dalam Sertifikasi ISO 9001:2015 Sertifikasi ISO 9001:2015 juga menjabarkan bagaimana seharusnya sebuah sistem manajemen organisasi memenuhi standar Sertifikasi ISO 9001:2015, yaitu: a) Sistem Manajemen Kualitas b) Tanggung Jawab Manajemen c) Manajemen Sumber Daya yang d) Realisasi Produk e) Pengukuran, Analisis, dan Peningkatan C. Pengendalian Mutu Pengendalian Mutu atau Quality control, adalah proses penilaian dan pengawasan kualitas atas hal-hal yang berkaitan dengan produksi. ISO 9000 mendefinisikan pengendalian mutu sebagai "Bagian dari manajemen kualitas yang berfokus pada pemenuhan standar kualitas suatu produk." Pendekatan pengendalian mutu ditekankan pada aspek aspek berikut. 1. Elemen-elemen produksi seperti pengendalian, manajemen pekerjaan, proses produksi, performa pekerjaan, dan kriteria integritas 2. Kompetensi produksi, mislanya pengetahuan, keahlian, pengalaman dan kualifikasi pekerjaan 3. Elemen lunak, seperti pegawai, integritas, kebiasaan di dalam perusahaan, motivasi, semangat tim, dan hubungan kualitas 4. Pengendalian produksi, meliputi inspeksi visual. Inspeksi visual dilakukan oleh pihak pengendali mutu. Setelah diinspeksi, pengendali mutu akan membuat daftar dan deskripsi mengenai kecacatan produk, seperti retak dan goresan. Daftar tersebut lalu digunakan sebagai contoh produk yang tak lolos kualifikasi mutu. 1. Tujuan Pengendalian Mutu Penekanan pada pengendalian mutu terletak pada pengujian produk untuk mendapatkan produk yang cacat. Dalam pemilihan produk yang akan diuji, biasanya dilakukan pemilihan produk secara acak (menggunakan teknik sampling). Setelah menguji produk yang cacat, hal tersebut akan dilaporkan kepada manajemen pembuat keputusan apakah produk dapat dirilis atau ditolak. Hal ini dilakukan guna menjamin kualitas dan merupakan upaya untuk meningkatkan dan menstabilkan proses produksi (dan proses-proses lainnya yang terkait) untuk menghindari atau setidaknya meminimalkan isu-isu yang mengarah kepada kecacatan-kecacatan di tempat pertama, yaitu pabrik. 2. Pendekatan dalam Pengendalian Mutu Di bawah ini merupakan pendekatan pendekatan dalam pengendalian mutu yang banyak digunakan di berbagai perusahaan. 3. Pengendalian Mutu pada Produk Hardware Perangkat masih menjadi hal yang penting walaupun dunia ini sedang dikuasai oleh perangkat lunak. Maka dari itu, perusahaan harus selalu melakukan pengendalian mutu terhadap perangkat keras di dalam lingkungan virtual untuk menghindari penghentian sementara (outage) Dalam rekayasa dan manufaktur, pengendalian mutu atau pengendalian kualitas melibatkan pengembangan sistem untuk memastikan bahwa produk dan jasa dirancang dan diproduksi untuk memenuhi atau melampaui persyaratan dari pelanggan. Sistem-sistem ini sering dikembangkan bersama dengan disiplin bisnis atau rekayasa lainnya dengan menggunakan pendekatan lintas fungsional. ISO 9000 dan TQM (Total Quality Management) adalah contoh standar dan pendekatan yang digunakan untuk pengendalian mutu. Beberapa teknik telah dikembangkan untuk memelihara pengendalian mutu, di antaranya adalah pemeriksaan total, mengecek noda, pengendalian mutu secara statis, dan nol cacat. Sebagai teknik pengendalian mutu, pemeriksaan total melibatkan kelengkapan dan pemeriksaan total pekerjaan yang diproduksi oleh masing-masing karyawan untuk menentukannya atau tidaknya standar mutu minimum telah dicapai. Jika bukan, ukuran mengoreksi barangkali akan diambil. Pemeriksaan total diinginkan untuk tertentu jenis pekerjaan ketatausahaan. Seperti contoh yang umum pemeriksaan total adalah koreksi cetakan pekerjaan diketik. Lain contoh pekerjaan ketatausahaan yang sering menerima total pemeriksaan adalah verifikasi kalkulasi seperti ilmu hitung penting dan hasil menyusun data statistik. Oleh karena itu, sifat alami beberapa bentuk pekerjaan ketatausahaan, pemeriksaan total mungkin tidak perlu. Keberhasilan pengendaliam mutu dapat diukur dari indikator- indikator sebagai berikut. a. Relevansi, yakni hubungan kegiatan perusahaan dan produk yang dihasilkannya dengan kebutuhan masyarakat pengguna yang menjadi target kegiatan. b. Efisiensi, yakni kehematan penggunaan sumber daya dana, tenaga, waktu, untuk produksi dan penyajian produk perangkat keras yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna. c. Efektivitas, yakni kesesuaian perencanaan dengan hasil yang dicapai, atau ketepatan sistem, metode, dan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan produk yang direncanakan. dapat d. Akuntabilitas, yakni tidaknya kinerja tersebut dipertanggungjawabkan. e. Kreativitas, yakni kemampuan mengadakan inovasi, pembaharuan, atau menciptakan sesuatu yang sesuai dengan perkembangan zaman, termasuk kemampuan evaluasi diri. f. Empati, yakni kemampuan perusahaan memberikan pelayanan sepenuh dan setulus hati kepada semua khalayak sasaran. g. Ketanggapan, yakni kemampuan perusahaan memerhatikan dan memberikan respons terhadap keadaan serta kebutuhan masyarakat pengguna dengan cepat dan tepat. h. Produktivitas, yakni kemampuan perusahaan untuk menghasilkan produk persangkat keras yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat

pengguna.


Page 2