Berikut ini yang bukan merupakan contoh cara berpikir sinkronis dalam sejarah yaitu

Dalam hal ini memahami secara umum pengertian sinkronik contohnya dan ciri-cirinya dalam mempelajari sejarah. Yang namanya sejarah termasuk kedalam ilmu hafalan, mulai dari mengingat tanggal kejadian, tempat kejadian, hingga tokoh yang terlibat dalam kejadian suatu peristiwa tersebut.

Berikut ini yang bukan merupakan contoh cara berpikir sinkronis dalam sejarah yaitu

Sejarah ialah hal yang penting untuk diketahui oleh banyak orang karena di dalam sejarah memiliki banyak pengetahuan akan masa lalu. Orang yang berprofesi sebagai sejarawan selalu menerapkan cara berpikir dalam mengenali suatu kebenaran akan peristiwa sejarah yang kadang masih bersifat belum tentu relevan.

Untuk berfikir dan menyimpulkan tentang sejarah umumnya terdapat dua metode yaitu diaktorik dan sinkronik. Nah di pembahasan kali ini kita akan mempelajari apa itu cara berfikir sinkronik, nah berikut ini ulasannya.

Pengertian Sinkronik

Sinkronik memiliki arti meluas dalam ruang akan tetapi memiliki batasan dalam waktu, biasanya metode sinkronik selalu digunakan tehadap ilmu-ilmu sosial. Kata sinkronik sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu kata “Syn” yang artinya “Dengan”, dan “Chronoss” yang artinya “waktu”.

Metode sinkronik lebih menekankan kepada struktur, yang artinya meluas dalam ruang. Sinkronik dapat menganalisa sesuatu saat tertentu, jadi tidak berusaha untuk menarik kesimpulan mengenai perkembangan suatu peristiwa yang berpengaruh pada kondisi saat ini, tapi hanya menganalisa suatu kondisi saat itu.

Jadi pengertian sinkronik ialah cara berfikir dalam mempelajari struktur suatu peristiwa pada sejarah, dalam kurun waktu tertentu. Atau dapat diartikan mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu peristiwa atau kejadian yang terjadi pada suatu massa.

Ciri-Ciri Sinkronik

Nah berikut ini beberapa ciri sinkronik dalam mempelajari suatu peristiwa sejarah, diantaranya:

  1. Mempelajari peristiwa yang terjadi saat masa tertentu.
  2. Dalam mempelajari peristiwa selalu memfokuskan terhadap pola-pola, gejala-gejala dan karakter.
  3. Tidak mempunyai konsep perbandingan.
  4. Memiliki jangkauan yang lebih sempit.
  5. Mempelajari secara mendalam.
  6. Kajiannya yang sistematis.
  7. Sifatnya horizontal.

Maksudnya bersifat horizontal yaitu memanjang pada ruang dan terbatas dalam waktu, jadi umumnya menjelaskan peristiwa hanya intinya saja.

Contoh Sinkronik

Berikut ini salah satu contoh sinkronik dalam mempelajari sejarah seperti:

1. Suasana Pembacaan Teks Proklamasi

Tanggal 17 agustus tahun 1945 teks proklamasi di bacakan, sehingga menjadi peristiwa yang penting dan bersejarah bagi bangsa Indonesia. Peristiwa tersebut terjadi di Jl. Pegangsaan timur No. 56 yang saat ini bernama jalan Proklamasi. Saat pembacaan teks proklamasi di hadiri sekitar 500 orang dari berbagai kalangan dengan membawa apapun yang dapat di jadikan senjata, karena walaupun Jepang telah kalah dari sekutu, tapi tentara Jepang masih ada di Jakarta dan suasana Jakarta masih dalam keadaan kondusif.

Pada awalnya teks proklamasi akan di bacakan dilapangan Ikeda, tapi dipindahkan ke tempat tinggal Ir. Soekarno sebab dikhawatirkan akan terjadi bentrokan dan menimbulkan pertumpuhan daarah. Sehinggga sekitar 100 orang anggota barisan pelopor berjalan dari lapangan ikeda ke tempat tinggal Ir. Soekarno, mereka telat tiba dan menuntut ingin dibacakan ulang teks proklamasi, tapi di tolak dan diberikan amanat oleh Moh. Hatta.

Kesimpulan

Jadi sinkronik yakni cara berfikir dalam mempelajari struktur suatu peristiwa pada sejarah, dalam kurun wakti tertentu. Kata sinkronik sendiri berasal dari bahasa Yunani yakni kata “Syn” yang artinya “Dengan” dan “Chronoss” yang artinya “waktu”.

Jadi disimpulkan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan peristiwa yang terjadi pada suatu masa. Adapun ciri-ciri sinkronik dalam mempelajari suatu peristiwa sejarah seperti:

  • Mempelajari peristiwa yang terjadi saat masa tertentu.

  • Dalam mempelajari peristiwa selalu menfokuskan terhadap pola-pola, gejala-gejala dan karakter.

  • Tidak mempunyai konsep perbandingan.

  • Memiliki jangkauan yang lebih sempit.

2. Keadaan Ekonomi di Indonesia

Keadaan ekonomi di Indonesia pada tahun 1998 sangatlah terpuruk. Terjadi kerusuhan dimana-mana. Bahkan sampai presiden Soeharto mengundurkan diri. Terdapat banyak hutang perusahaan dan negara yang jatuh tempo pada tahun 1998 yang membuat banyak perusahaan gulung tikar. Akibatnya angka pengangguran meningkat pesat. Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat hingga Rp 15.000 per Dolar Amerika Serikat membuat harga-harga barang meningkat pesat. Akibatnya inflasi semakin tidak terkendali. Pendapatan per kapita Indonesia juga menurun drastis dari 1.155 US$/kapita pada tahun 1996 menjadi 610 US$/kapita pada tahun 1998.

3. Suasana Pada Saat Tragedi G30S/PKI

Tragedi G30S/PKI terjadi pada tanggal 1 Oktober. Pada saat itu, terjadi penculikan dan pembunuhan 7 jendral tentara dan beberapa orang lainnya. Soeharto pada saat itu diperintah untuk mengambil alih tentara dan menyelamatkan Soekarno. Soekarno berhasil menuju Istana Presiden di Bogor. Soeharto bersama pasukan yang ia pimpin berhasil mengambil kontrol semua fasilitas yang sebelumnya direbut oleh pelaku G30S/PKI.

4. Pembangunan Pada Era Orde Baru

Orde Baru adalah masa pemerintahan presiden Soeharto. Pembangunan di Indonesia pada masa Orde Baru sangat pesat. Namun angka korupsi juga meningkat. Soeharto membuat program pembangunan jangka pendek yang disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Repelita I berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari rata-rata 3% menjadi 6,7% per tahun, meningkatkan pendapatan per kapita, dan menurunkan laju inflasi. Bahkan pada tahun 1984 Indonesia berhasil mencapai swasembada beras, padahal pada tahun 1970-an Indonesia adalah negara pengimpor beras terbesar di dunia. Namun pada masa ini terjadi kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah.

Demikianlah pembahasan mengenai 4 Contoh Sinkronik – Pengertian dan Ciri-Cirinya Lengkap semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian semua,, terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂

Baca Juga Artikel Lainnya:

  1. Semantik adalah
  2. Report Text Adalah
  3. Diakronik adalah
  4. Komprehensif Adalah

Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Butuhkan

Jakarta -

Belajar sejarah dapat dilakukan dengan cara berpikir sinkronik dan diakronik. Apa itu cara berpikir sinkronik dan diakronik?

Dilansir dari halaman web Rumah Belajar Kemdikbud, cara berpikir sinkronik adalah cara berpikir yang meluas dalam ruang, tetapi terbatas dalam waktu. Sementara itu, cara berpikir diakronik adalah cara berpikir yang memanjang dalam waktu, tetapi terbatas dalam ruang.

Dalam artikel ini, kita akan kupas tuntas cara berpikir sinkronik mulai dari ciri-ciri hingga contohnya.

Berdasarkan e-Modul Sejarah Indonesia Kelas X: Konsep Berpikir Kronologis, Diakronik, Sinkronik, Ruang, dan Waktu dalam Sejarah, kata sinkronik berasal dari bahasa Yunani, yaitu "syn" yang berarti dengan dan "chronoss" yang berarti waktu.

Dengan begitu, cara berpikir sinkronik hanya akan menganalisis sesuatu pada kondisi tertentu dan lebih menekankan pada struktur. Tujuan cara berpikir sinkronik dalam mempelajari sejarah adalah untuk mengkaji pola-pola, gejala-gejala, dan karakter sebuah peristiwa dalam masa tertentu. Cara berpikir ini memang biasa digunakan dalam ilmu-ilmu sosial.

Ciri-ciri dari cara berpikir sinkronik adalah:

1. Mempelajari peristiwa sejarah yang terjadi pada masa tertentu.2. Menitikberatkan kajian peristiwa pada pola-pola, gejala, dan karakter.3. Bersifat horizontal.4. Tidak memiliki konsep perbandingan.5. Jangkauan kajian lebih sempit.6. Memiliki kajian yang sangat sistematis.

7. Kajian bersifat serius dan mendalam.

Contoh Cara Berpikir Sinkronik

Supaya detikers lebih memahami cara berpikir sinkronik, simak contoh yang dikutip dari buku Sejarah Indonesia oleh Windriati, S.Pd., di bawah ini, yuk.

Contoh 1: Keadaan Ekonomi di Indonesia pada 1998

Indonesia berada dalam kondisi ekonomi yang sangat terpuruk pada 1998, bahkan Presiden Soeharto pun mengundurkan diri dari jabatannya. Pada tahun tersebut, Indonesia memiliki banyak utang perusahaan dan negara yang jatuh tempo di tahun yang sama. Hal ini tentu membuat banyak perusahaan gulung tikar.

Akibatnya, angka pengangguran meningkat dan pendapatan per kapita Indonesia turun drastis dari 1.155 USD per kapita pada 1996 menjadi 610 USD per kapita pada 1998. Selain itu, terjadi pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika hingga Rp 15.000 per dollar Amerika. Hal ini membuat harga barang meningkat pesat dan inflasi semakin tidak terkendali.

Contoh 2: Suasana Pembacaan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 di Jakarta

Pembacaan Proklamasi pada 17 Agustus 1945 merupakan peristiwa paling penting bagi seluruh masyarakat Indonesia. Peristiwa bersejarah ini terjadi di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 yang sekarang menjadi Jalan Proklamasi. Pembacaan Proklamasi dihadiri oleh sekitar 500 orang dari berbagai kalangan dengan membawa apa pun yang bisa dijadikan sebagai senjata.

Meskipun Jepang sudah kalah dari Sekutu, tentara Dai Nippon (Jepang) masih berada di Jakarta. Namun, suasana di Jakarta tetap kondusif. Sebelum dibacakan di kediaman Sukarno, Proklamasi rencananya akan dibacakan di Lapangan Ikada.

Namun, karena takut terjadi pertumpahan darah, lokasi pembacaan akhirnya dipindahkan. Perubahan ini membuat sekitar 100 anggota Barisan Pelopor berjalan kaki dari Lapangan Ikada ke kediaman Sukarno. Akibatnya, meraka datang terlambat dan menuntut pembacaan ulang Proklamai. Namun, Mohammad Hatta menolak tuntutan tersebut dan hanya memberikan amanat singkat.

Dengan demikian, dari dengan cara berpikir sinkronik dapat dilihat bahwa kajian yang dipaparkan dalam contoh di atas terbatas dalam waktu, yaitu keadaan ekonomi pada 1998 dan pembacaan Proklamasi pada 17 Agustus 1945, tetapi meluas pada ruang (suasana, karakter, dan pola).

Dua contoh di atas juga sekaligus menutup pembahasan kita mengenai cara berpikir sinkronik dalam belajar sejarah, nih.

Simak Video "Batavia, Kekacauan dan Keserakahan yang Membuat Belanda Runtuh, Jakarta"



(pal/pal)