Jawaban: Kurang tidur bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga membuat kamu rentan mengalami gangguan kesehatan, salah satunya adalah masalah pernapasan seperti influenza, penyakit paru-paru kronis, dan gangguan sistem pernapasan lainnya. #Semoga Membantu ^_^
Jawaban: masalah pernapasan seperti influenza, penyakit paru-paru kronis, dan gangguan sistem pernapasan lainnya Penjelasan:Gangguan Sistem Pernapasan Kurang tidur bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga membuat kamu rentan mengalami gangguan kesehatan Sleep disorder breathing merupakan gangguan pernapasan yang terjadi pada saat tidur. Sebenarnya penyakit ini telah dikenal secara umum dan berhubungan dengan berbagai masalah medis. Ada beberapa hal yang dikaitkan dengan gangguan pernapasan ini. Seperti Obstructive Sleep Apnea (OSA). Apa itu OSA? Ini merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya sumbatan total atau sebagian pada jalur nafas. Beberapa keadaan yang menjadi faktor risiko OSA antara lain adalah pembesaran kelenjar adenoid dan tonsil (amandel), obesitas, dan kelainan daerah hidung. Obstructive sleep apnea dapat menyebabkan berbagai gangguan yang sangat merugikan –seperti gangguan perkembangan otak pada anak, gangguan kardiovaskular, dan kematian akibat kecelakaan lalu lintas akibat mengantuk. Jika obstructive sleep apnea tidak diobati, maka dapat terjadi kompilkasi pada penderitanya. Komplikasi akibat OSA dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Gangguan tidur Selain itu, gangguan tidur juga dapat membuat penderitanya kehilangan energi sepanjang hari, sakit kepala pada pagi hari, penambahan berat badan, gangguan mood dan depresi, impotensi, dan penurunan nafsu seksual. 2. Kardiovaskular Hipertensi yang terjadi pada pasien yang tidak terdiagnosa ataupun tidak mendapat pengobatan obstructive sleep apnea dapat menjadi sulit diatasi. Pengobatan OSA yang efektif akan membantu mengontrol tekanan darah pada beberapa penderitanya. 3. Gangguan pertumbuhan otak pada anak Terbangun saat malam akan membuat anak menjadi sulit tidur kembali. Pada akhirnya, situasi ini membuat waktu tidur mereka berkurang. Hal ini tentu saja akan mengurangi juga periode emas perkembangan otak mereka. Untuk menentukan diagnosis OSA, dokter akan melakukan pengumpulan informasi terlebih dahulu. Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan. Tes OSA dilakukan melalui pemeriksaan tidur semalam dengan alat polysomnography (PSG). Parameter-parameter yang direkam pada polysomnogram antara lain adalah electroencephalography (EEG), electrooculography (pergerakan bola mata), electrocardiography (EKG), electromyography (pergerakan rahang bawah dan kaki), posisi tidur, aktivititas pernapasan, dan saturasi oksigen. Saat dilakukan PSG, dokter akan melihat apakah terjadi penurunan saturasi oksigen berulang dan sumbatan sebagian atau komplit dari jalan napas atas. Pada beberapa kasus yang berat bisa saja terjadi beberapa ratus kali. Dokter juga akan mengamati jika penurunan saturasi oksigen disertai dengan ≥ 50% penurunan amplitudo pernapasan dan peningkatan usaha pernapasan. Perubahan stadium tidur menjadi lebih dangkal dan terjadi desaturasi oksigen juga menjadi hal yang perlu diperhatikan lewat pemeriksaan ini. Sebelum dilakukan PSG, Anda akan diminta kesediaannya untuk mengisi kuesioner Berlin. Tujuannya adalah untuk mengetahui adanya risiko tinggi terhadap OSA. Kuesioner ini terdiri dari 3 bagian yaitu:
Anda dapat dinyatakan berisiko tinggi terhadap OSA bila memenuhi sedikitnya dua dari tiga kriteria di atas. Hal lain yang juga menentukan seseorang bisa dikatakan menderita OSA adalah jika:
Gejala Obstuctive Sleep Apnea dibagi menjadi dua, yaitu:
Artikel Lainnya: Inilah Teknik Pernapasan untuk Bisa Tidur Lebih Nyenyak Pengobatan obstructive sleep apnea dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
Namun jika keluhan OSA sudah mencapai tahap mengganggu aktifitas sehari-hari, maka sebaiknya segera konsultasikan ke doker. Apalagi jika sudah sampai menyebabkan turunnya produktifitas. Sebenarnya OSA dapat dihindari. Hal-hal yang perlu dilakukan agar Anda tidak mengalami gangguan tidur ini adalah berolahlah raga secara teratur, diet tinggi serat, dan mengatur pola makan yang bergizi seimbang. Bagi penderita asma, perlu dilakukan kontrol terhadap penyakitnya. Selain itu, sebaiknya Anda juga menghindari jenis makanan yang dapat merangsang pembesaran tonsil, Misalnya air dingin dan makanan yang banyak menggunakan msg. Selain itu, ingatlah untuk tidak mengendari kendaraan bermotor jika Anda dalam kondisi kurang tidur. Ada banyak hal yang dapat menyebabkan obstructive sleep apnea. Namun biasanya hal tersebut merupakan keadaan kompleks yang saling memengaruhi –baik neural, hormonal, muskular maupun struktur anatomi. Salah satu penyebab yang paling sering dikaitkan adalah kegemukan –terutama pada tubuh bagian atas. Angka prevalensi OSA pada orang yang sangat gemuk mencapai 42-48% pada laki-laki dan 8-38% pada perempuan. Penambahan berat badan disebut-sebut akan meningkatkan gejala OSA.Terdapat tiga faktor risiko terjadinya OSA: 1. Usia: Kemungkinan terjadinya OSA dan derajat keparahan akan meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. 2. Jenis kelamin Laki-laki lebih bersiko 2 kali lebih tinggi dibandingkan perempuan terhadap OSA.3. Ukuran dan bentuk jalan napas Hal perlu diperhatikan dalam hal ini adalah struktur tulang kepala (langit-langit yang bercelah, gangguan posisi rahang bawah), micrognathia (rahang yang kecil), macroglossia (lidah yang besar), pembesaran kelenjar adenoid dan amandel, dan trakea yang kecil (jalan napas yang sempit). Obstructive sleep apnea juga dapat menimbulkan risiko terhadap penyakit lain yang dikaitkan dengan kegagalan kontrol pernapasan. Beberapa di antaranya adalah: emfisema dan asma, penyakit neuromuscular (polio, myasthenia gravis), sumbatan pada hidung, hipothiroid, akromegali, amyloidosis, paralisis pita suara, sindroma postpolio, dan kelainan neuromuscular. Klikdokter |