Berapa rasio yang paling efektif untuk pengomposan?

Handayani, A. (2018). EFEKTIVITAS PENGOMPOSAN PUPUK ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN ORGADEC . Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, 16(2), 183-190. Retrieved from https://ejournal.bappeda.jatengprov.go.id/index.php/jurnaljateng/article/view/777


Page 2

/

Artikel

udin abay | Rabu, 20 Mei 2020 , 20:48:00 WIB

Berapa rasio yang paling efektif untuk pengomposan?

Swadayaonline.com - Rumah tangga menjadi salah satu penyumbang sampah terbesar di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2019 jumlah sampah organik di Indonesia mencapai 50% dari total sampah keseluruhan.  Namun, menurut Badan Pusat Statistik tahun 2018 hanya 1,2 % saja yang mendaur ulang sampahnya. Salah satu cara untuk mendaur ulang sampah organik rumah tangga yaitu dengan mengomposkan sampah organik tersebut.

Kompos merupakan bahan organik yang mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Kompos mengandung unsur hara yang jenis dan jumlahnya  bervariasi tergantung bahan baku kompos tersebut. Kompos dapat menyediakan unsur hara secara lambat dalam jumlah terbatas. Kompos berguna untuk memperbaiki kesuburan dan kesehatan tanah.

Prinsip dari pengomposan yaitu untuk menurunkan kadar rasio C/N bahan organik mendekati rasio C/N  dari tanah agar bisa diserap tanaman. Makin tinggi rasio C/N bahan baku kompos maka proses pengomposan makin lama. Rasio C/N adalah rasio massa karbon terhadap massa nitrogen dalam suatu zat. Bahan-bahan yang mengandung C (karbon) adalah bahan-bahan berwarna coklat seperti daun kering, sekam,  serbuk gergaji, dan kayu. Bahan-bahan yang mengandung N (nitrogen) dari sampah rumah tangga yang dapat dijadikan kompos diantaranya adalah sisa sayur dan buah, ampas kopi, teh celup, cangkang telur, rumput dan bahan hijauan lainnya. Untuk menghasilkan rasio C/N ideal, perbandingan sampah coklat dan sampah hijau untuk kompos yang baik yaitu 3 : 1. Pada saat ini banyak teknik yang dapat digunakan untuk membuat kompos skala rumah tangga, diantaranya dengan menggunakan metode Takakura dan compostbag. Bahan-bahan yang dibutuhkan yaitu bahan coklat, bahan hijauan, air, dan bakteri pengompos (MOL atau EM4).  

1. Metode TakakuraTakakura merupakan metode pengomposan yang ditemukan oleh peneliti Jepang yaitu Mr. Koji Takakura . Metode Takakura ini menggunakan  keranjang yang berlubang-lubang. Keranjang yang digunakan biasanya keranjang laundry yang memiliki lubang-lubang kecil di seluruh bagian permukaan. Keranjang ini berukuran sekitar 40 cm x 25 cm x 70 cm.  Pengomposan metode Takakura ini memiliki kelebihan yaitu bentuknya yang praktis, bersih, dan tidak berbau. Pengomposan dengan menggunakan metode Takakura ini dilakukan secara aerob sehingga dapat meminimalisir bau, karena adanya oksigen.

Metode Takakura ini sangat cocok digunakan untuk sampah dapur yang dihasilkan rumah tangga sehari-hari. Jumlah sampah yang dapat diolah dengan keranjang ini sekitar 1,5 kg per hari.

Bahan-bahan dan alat yang dibutuhkan untuk membuat kompos dengan metode Takakura antara lain: keranjang Takakura (keranjang laundry yang berlubang dan memiliki tutup), jarum jahit, jaring, benang, kertas kardus, kain hitam berpori, sprayer, sendok semen, batu bata atau penyangga, sekam, mikrorganisme cair, dan kompos jadi.

Cara pengomposan metode Takakura adalah sebagai berikut:a. Menyiapkan keranjang Takakura atau keranjang laundry yang berlubang yang bisa dibeli di toko perabotan atau peralatan dapur, dengan meletakkan di atas batu bata di kedua sisinya agar udara bisa keluar masuk dari bagian bawah keranjang.b. Mencampur mikrorganisme pengurai/bioaktivator dengan air (sesuai petunjuk kemasan) dan memasukkannya kedalam botol spray.c. Menyiapkan sekam dalam ember untuk dua bantalan, tinggi untuk setiap bantalan sekam sekitar 10-15 cm. Kemudian sekam disemprot dengan cairan mikroorganisme hingga rata.d. Bantalan sekam dibuat dengan cara menggunting jaring sesuai ukuran bawah dan atas keranjang Takakura. Kemudian jaring dijahit tepinya hingga membentuk seperti sarung bantal. Sekam yang sudah dicampur mikrorganisme dimasukkan kedalam sarung bantal dan jahit tepinya. Bantalan dibuat dua untuk bagian dasar dan atas.e. Memotong kardus bekas sesuai dengan ukuran keranjang Takakura, lalu ditempelkan di sekeliling keranjang Takakura.f. Permukaan luar dalam kardus disemprot dengan cairan mikroorganisme hingga merata.g. Bantalan sekam dimasukkan di dasar keranjang Takakura, kemudian disemprot dengan cairan mikrorganisme hingga basah.h. Kompos yang sudah jadi atau setengah jadi dimasukkan kedalam keranjang Takakura.i. Kompos dibuat lubang dengan menggunakan sendok semen, kemudian sampah rumah tangga yang ingin dikomposkan (lebih baik sampah dipotong kecil-kecil agar cepat terurai) dimasukkan kedalam lubang. Selanjutnya sampah diaduk merata dan ditambahkan kompos kembali.j. Bantalan sekam diletakkan diatas kompos, lalu disemprot dengan cairan mikrorganisme.k. Mulut keranjang ditutup dengan kain hitam berpori dan penutup keranjang.

l. Prosedur diatas dilakukan sampai keranjang penuh. Jika sudah penuh, 1/3 bagian kompos diambil dan dimatangkan di karung atau di compostbag.

2. Metode Compostbag
Metode selanjutnya yang dapat digunakan untuk skala rumah tangga adalah metode pengomposan dengan menggunakan Compostbag. Compostbag memang dirancang khusus untuk mengomposkan sampah limbah rumah tangga. Compostbag ini sangat mudah digunakan dan dapat dibeli di e-commerce dengan harga yang terjangkau.

Cara penggunaan compostbag adalah sebagai berikut:a. Compostbag diisi dengan sekam/sekam bakar/daun kering pada dasar compostbag dengan tinggi sekitar 15 cm.b. Sampah organik seperti sisa sayuran, sisa buah, bekas ampas kopi, yang telah dipotong kecil-kecil dimasukkan compostbag.c. Compostbag ditutup dengan tanah dan disemprot dengan cairan bioactivator.d. Ditutup kembali dengan sekam, dan diaduk seminggu sekali untuk aerasi.e. Prosedur dilakukan berulang (sampah organik-tanah-bioactivator-sekam) hingga compostbag penuh.

f. Kompos dapat digunakan setelah 1 – 3 bulan, dengan cara membuka lubang kompos yang berada di bagian bawah compostbag.

Dalam pembuatan kompos perlu diperhatikan kelembaban dari bahan-bahan kompos tersebut, baik pada metode Takakura ataupun compostbag. Hal ini berguna bagi optimalnya aktivitas mikroorganisme pengurai. Jika kompos terlalu kering maka proses pengomposan akan berlangsung lama, dan apabila terlalu basah maka akan terjadi pembusukan. Ciri-ciri pengomposan yang baik adalah naiknya suhu dari kompos tersebut.
Sekam dalam proses pengomposan berperan sebagai bahan coklatan yang berfungsi sebagai sumber karbon dan memiliki fungsi sebagai absorben pembusukan (air lindi) dan membantu menyerap gas/bau. Sementara itu penambahan tanah bertujuan untuk mempercepat pembusukan dan menyerap bau. Bioaktivator/mikroorganisme efektif berperan untuk mempercepat pembusukan.

Demikian beberapa teknik pembuatan kompos skala rumah tangga. Dengan melakukan pengomposan limbah rumah tangga, kita sudah membantu mengurangi sampah dan membantu menjaga lingkungan. Lebih jauh dari itu, kompos limbah rumah tangga dapat dimanfaatkan untuk budidaya tanaman yang sehat dan ramah lingkungan di pekarangan rumah, sehingga memberikan kontribusi dalam menjaga ketahanan pangan keluarga. SY/SRA

Istilah kompos sudah tidak asing lagi bagi petani, bahkan masyarakat umum sudah sangat familiar dengan istilah kompos. Kompos diartikan sebagai hasil akhir dari perombakan bahan-bahan organik baik dari tumbuhan maupun hewan.

Apa manfaat kompos?

Kompos sangat bermanfaat bagi kesuburan tanah antara lain:

1. Memperbaiki struktur dan tekstur tanah;

2. Meningkatkan kapasitas serap air tanah;

3. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah;

4. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman;

5. Meningkatkan ketersediaan hara di dalam tanah

Faktor apa saja yang mempengaruhi proses pengomposan?

Kecepatan proses pengomposan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain;

1. Nilai C/N bahan: Semakin rendah nilai C/N bahan, waktu yang diperlukan untuk pengomposan semakin singkat.

2. Ukuran bahan: Bahan yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat proses pengomposannya karena semakin luas bahan yang bersentuhan dengan mikroba pengurai

3. Jumlah mikroorganisme: Proses pengomposan melibatkan berbagai mikroorganisme seperti bakteri, fungi, Actinomycetes, dan protozoa. Semakin banyak jumlah mikroorganisme maka semakin cepat proses pengomposan

4. Kelembapan: Umumnya mikroorganisme dapat bekerja dengan kelembapan sekitar 40—60%. Kelembapan yang lebih rendah atau lebih tinggi dapat menyebabkan mikroorganisme tidak berkembang atau mati.

5. Suhu: Suhu optimal untuk pengomposan sekitar 30—50° C. Suhu yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kematian mikroorganisme. Bila suhu relatif rendah, mikroorganisme belum dapat bekerja atau berada dalam keadaan dorman. 

6. Keasaman (pH): Keasaman atau pH dalam tumpukan kompos juga mempengaruhi aktivitas mikroorganisme. Kisaran pH yang baik untuk pengomposan sekitar 6,5—7,5 (netral).

Pentingkah C/N Rasio?

C/N Rasio diartikan sebagai perbandingan massa Carbon (C) terhadap massa Nitrogen (N) dalam suatu zat. Jika kandungan karbon terlalu tinggi maka proses pengomposan akan berlangsung lama sebaliknya apabila kandungan nitrogen terlalu tinggi maka proses pengomposan akan berlangsung cepat namun sebagian nitrogen akan terlepas/menguap ke udara. 

Dalam proses pengomposan terlibat berbagai mikroorganisme yang dalam aktivitasnya membutuhkan carbon dan nitrogen sebagai sumber energi dan pembentukan sel. Untuk itu, C/N Rasio merupakan faktor penting dalam proses pengomposan. 

Besarnya nilai C/N tergantung dari jenis bahan yang akan dikomposkan. Proses pengomposan yang baik akan menghasilkan rasio C/N yang ideal sebesar 20 – 30.

Bagaimana Menghitung C/N Ratio?

Kematangan kompos yang baik memiliki C/N Rasio berkisar antara 25 - 30. Mengatur kadar C/N rasio tidaklah mudah dikarenakan begitu kompleksnya limbah/sampah yang akan didegradasi atau diurai. Untuk itu perlu digunakan pendekatan yang dapat memudahkan dalam menghitung C/N rasio agar sesuai yang diharapkan. Rumus matematika sederhana ini bisa dijadikan alternatif pendekatan dalam menghitung C/N rasio.

Rumusnya adalah :

aX + bY = c

a = C/N rasio bahan X

X = massa bahan X

b = C/N rasio bahan Y

Y = massa bahan Y

c = C/N rasio yang diharapkan

Misalkan, kita akan membuat kompos dari sampah basah rumah tangga (bahan X) dimana diketahui kandungan C/N rasionya 15. Untuk menaikkan C/N rasio menjadi 30 (sesuai yang dipersyaratkan), maka sampah harus dicampur dengan bahan yang mempunyai kandungan C/N rasio tinggi, misalnya serbuk gergaji (bahan Y ) sehingga perhitungannya sesuai rumus menjadi :

X = bagian sampah basah (bahan X)

Y = bagian serbuk gergaji (bahan Y)

A = C/N rasio sampah basah = 15

B = C/N rasio serbuk gergaji, = 450

C = C/N rasio yang diharapkan = 30

Kita ambil permisalan X = 1 bagian, maka :

(15 x 1) + (450 x Y) = 30

15 + 450Y = 30

450Y = 15

Y = 0.03

Artinya untuk mengolah sampah basah seberat 1 kg akan diolah menjadi kompos, maka dibutuhkan sekitar 30 gram serbuk gergaji untuk mendapat kandungan C/N rasio sebesar 30.

Demikian sedikit penjelasan tentang arti penting C/N Rasio dan cara menghitungnya, semoga bermanfaat.

Penulis: 

Heru Chandra

Penyuluh Pertanian Madya