MUHAMMAD YUNUS
Lihat Foto KOMPAS.com - Ketika HIV/AIDS mulai merebak tahun 1980-an, terinfeksi HIV berarti lonceng kematian. Kini, setelah epidemi AIDS berlangsung lebih dari 30 tahun, orang-orang yang terinfeksi HIV bisa hidup panjang seperti mereka yang tidak tertular virus penyebab AIDS ini. Sejak obat anti-HIV yang disebut antiretroviral (ARV) ditemukan, mereka yang terinfeksi HIV (ODHA) membaik kualitas hidupnya karena tetap sehat sehingga angka kematian pun bisa berkurang hingga setengahnya. Obat ARV berhasil memotong angka kematian dari 18 per 1000 orang di tahun 1999-2001, menjadi 9 per 1000 orang pada tahun 2009-2011. Demikian menurut data dari 200 klinik di Eropa, Amerika Serikat, dan Australia. "Hasil ini menunjukkan bukti penting manfaat ARV. Dengan terapi pengobatan yang efektif, usia harapan hidup orang yang terinfeksi HIV kini mendekati populasi normal," tulis peneliti dalam jurnal kedokteran The Lancet. Obat ARV dikembangkan pada pertengahan tahun 1990. Ini merupakan obat kombinasi yang tidak membunuh Human Immunodeficiency Virus (HIV), tetapi memerlambat perkembangannya sebelum menjadi AIDS. Sebelum ada obat ini, orang yang terinfeksi virus biasanya meninggal beberapa tahun kemudian. Penyebab kematian terutama adalah infeksi oportunis dan kanker yang mengambil kesempatan saat kekebalan tubuh rendah. Penelitian terhadap 50.000 orang dewasa yang positif HIV menunjukkan bahwa komplikasi AIDS, tahap akhir dari infeksi HIV, merupakan penyebab utama kematian (29 persen). Kemudian diikuti dengan kanker non-AIDS (15 persen), penyakit liver (13 persen), serta penyakit kardiovaskular (11 persen). Penurunan kematian pada ODHA akibat penyakit liver dan kardiovaskular bisa disebabkan oleh gaya hidup yang lebih sehat, misalnya tidak merokok dan minum alkohol, atau pun obat ARV yang tidak terlalu toksik. Walau angka kematian bisa ditekan, tetapi bagaimana pun penyakit AIDS masih menjadi salah satu penyebab utama kematian. "Kita harus menggunakan berbagai upaya untuk memastikan orang yang positif HIV disiplin meminum obat mereka sehingga mereka akan mendapatkan manfaatnya," kata Colette Smith, peneliti. Diperkirakan 36 juta orang meninggal dunia akibat AIDS sejak penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada pertengahan tahun 1980. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Baca berikutnya
Lihat Foto KOMPAS.com - Hingga saat ini belum ada obat untuk AIDS. Namun kepatuhan untuk terus mengonsumsi obat rejimen anti-retroviral (ARV), akan memberi harapan hidup tinggi. Antiretroviral (ARV) merupakan obat yang ampuh menekan virus HIV/AIDS dalam tubuh Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Saking ampuhnya, penderita HIV/AIDS bahkan bisa berkeluarga, produktif bekerja, berkeluarga dan virus nya tidak menular ke istri dan anaknya. Dengan kata lain, ODHA yang meminum ARV secara teratur tanpa tertinggal sekalipun dapat hidup layaknya orang yang tidak menderita HIV/AIDS. Di Indonesia sendiri, pemakaian obat ARV dapat menurunkan angka kematian ODHA. Baca juga: Peta Interaktif - Merata se-Indonesia, Sebaran Anak dengan HIV/AIDS Rekam jejak ARVKetua Panli HIV AIDS PIMS Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, Sp.PD menjelaskan, awal pertama HIV/AIDS masuk ke Indonesia dibandingkan dengan sekarang jauh berbeda dari segi jumlah korban. "Karena kehadiran ARV itu, angka kematian akibat HIV/AIDS jadi menurun," kata dr Samsuridjal dalam siaran pers Kementerian Kesehatan RI yang diterima Kompas.com. dr. Samsuridjal mengatakan, pada 1986 ada laporan kasus seorang perempuan Indonesia dirawat di sebuah rumah sakit karena menderita HIV. Kemudian tahun 1987 di Bali terdapat seorang wisatawan asal Belanda yang meninggal karena HIV. "Dari situlah mulai kasus meningkat, dan biasanya adalah pasien datang dalam keadaan sakit berat, sudah dalam infeksi oportunistik entah itu TBC, infeksi otak, entah penyakit lain, kemudian diperiksa HIV dan diketahui positif," katanya.
Sangat wajar untuk bertanya-tanya, berapa lama Anda bisa hidup dengan HIV. Dan jawabannya sederhana walaupun tidak sesederhana itu. Sejatinya dengan kemajuan dalam terapi antiretroviral (ARV), orang dengan HIV (ODHIV) saat ini memiliki harapan umur hidup yang sama dengan mereka yang tidak memiliki HIV — jika pengobatan dimulai lebih awal dan ARV diminum setiap hari sesuai petunjuk. Gia Carangi, Supermodel Pertama Yang Meninggal Karena AIDS
Seorang ODHIV berusia 20-an misalnya, yang disiplin melakukan terapi HIV dapat memiliki harapan hidup hingga usia 70-an, seperti yang dilansir dari situs verywellhealth. Faktor-Faktor Yang Mengurangi Harapan Hidup Tetapi itu tidak berarti bahwa ODHIV “bebas” melakukan apa saja — meski sudah menjalani terapi ARV — yang berkaitan dengan pola hidup sehat. Ya, ada beberapa faktor yang dapat mengurangi harapan umur ODHIV di mana faktor tersebut berada di luar kontrol kita. Dan, bahkan bagi mereka yang mampu mempertahankan viral load yang tidak terdeteksi, risiko penyakit tidak terkait HIV seperti kanker dan penyakit jantung, lebih berisiko mendatangkan kematian di mana ini juga dialami oleh mereka yang tidak terinfeksi HIV. Faktor-faktor yang tidak bisa kontrol atau kita ubah seperti ras dan orientasi seksual, juga berpengaruh terhadap harapan hidup ODHIV. Sebagai contoh, tingkat kemiskinan yang tinggi di komunitas Afrika-Amerika, dikombinasikan dengan kurangnya akses terhadap kesehatan dan stigma HIV yang tinggi, kerap membuat mereka “lalai” dan “abai” terhadap pengobatan HIV. Menurut penelitian dari Bloomberg Public School of Health, orang Afrika-Amerika yang hidup dengan HIV rata-rata memiliki hidup 8,5 tahun lebih sedikit daripada ODHIV yang berkulit putih. Faktor-faktor yang bisa kita kontrol memiliki hubungan sebab-akibat yang dampaknya tidak main-main, misalnya kepatuhan pengobatan terkait langsung dengan perkembangan penyakit. Sehingga semakin kurang kepatuhan seorang ODHIV untuk melakukan terapi ARV, semakin besar juga risiko mereka terhadap resistensi obat dan kegagalan pengobatan. Dan setiap kegagalan sama dengan kehilangan lebih banyak pilihan perawatan. Jumlah CD4 seseorang pada awal pengobatan tetap menjadi salah satu indikator harapan hidup ODHIV, di mana ketika seseorang memulai pengobatan ketika jumlah CD4 di bawah 200, dapat mengurangi sebanyak 15 tahun dari kehidupan seseorang. ODHIV perokok juga kehilangan lebih banyak harapan akan umur panjang karena risiko kematian akibat merokok adalah dua kali lebih tinggi daripada ODHIV non perokok. Bahkan seorang perokok yang tidak terinfeksi HIV, diperkirakan kehilangan 12 tahun usia hidup mereka. Para pengguna narkoba suntikan juga menderita kerugian, baik dalam hal penyakit terkait HIV dan tidak terkait HIV. Faktor yang berkontribusi paling kuat adalah kepatuhan terapi ARV yang buruk dan koinfeksi hepatitis C. Para ahli mengatakan, harapan hidup bagi pengguna narkoba suntikan adalah 20 tahun lebih rendah daripada semua kelompok ODHIV lainnya. |