BNN.GO.ID, Balangan – Haloo!!!! Sobat BNNK Balangan, zat psikotropika dan obat terlarang juga memiliki durasi seberapa lama mereka bisa “tinggal” dalam tubuh setelah konsumsi pertama. Semakin banyak dan lama suatu zat dapat bertahan dalam tubuh, maka semakin kuat dan tahan lama efek obatnya. Inilah yang mendasari dilakukannya tes urin dan tes darah oleh aparat berwenang terhadap calon tersangka pengguna narkoba, atau bahkan pada calon pegawai/pelajar/mahasiswa di instansi terkait. Show
Pasalnya, tes urin dan darah dapat memberi tahu mereka apakah Anda merupakan pengguna aktif atau bukan — termasuk juga jenis obat yang dipakai. Anda bisa lulus tes jika hasil dari tesnya negatif, yang berarti tidak ditemukan narkoba dalam sistem tubuh Anda. Pernahkah Anda berpikir berapa lama narkoba dalam urin dan darah akan bertahan? Tes urin tidak selalu untuk mendeteksi positif narkobaTes untuk mengecek kadar narkoba dalam tubuh dinamakan dengan tes toksikologi atau skrining toksikologi. Tes teksikologi dilakukan untuk mengecek adanya kandungan obat-obatan atau bahan kimia seperti narkoba dalam urin, darah, dan air liur. Seperti yang Anda telah ketahui, obat-obatan seperti narkoba bisa masuk ke sistem tubuh dengan ditelan, dihirup, disuntikkan, atau diserap melalui kulit. Tes juga bisa dilakukan pada isi lambung serta keringat. Namun kedua terakhir amat jarang dilakukan. Tes toksikologi dapat mengenali hingga 30 jenis obat-obatan berbeda dalam satu kali tes. Jenis obatnya pun tidak terbatas untuk golongan narkotika saja. Tes toksikologi juga dapat mendeteksi resdiu obat resmi untuk keperluan pengobatan medis, misalnya aspirin, vitamin, suplemen, bahkan juga dapat mendeteksi kandungan alkohol dalam darah. Skrining toksikologi akan dilakukan untuk beberapa tujuan seperti berikut ini.
Bagaimana cara kerja tes toksikologi narkoba dalam urin?Tes toksikologi untuk mendeteksi narkoba dalam tubuh bisa berbeda tergantung keperluan dan metode yang dipakai — lewat tes urin atau tes darah. Prosedur tes darah untuk mendeteksi narkoba dalam darahSkrining narkoba dapat dilakukan dengan tes darah di rumah sakit atau klinik kesehatan, dengan cara yang sama seperti saat Anda ambil darah. Tidak ada persiapan khusus sebelum menjalani tes ini. Tenaga medis yang bertugas mengambil darah Anda akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Prosedur tes urin untuk mendeteksi narkoba dalam darahSkrining narkoba dapat dilakukan dengan tes urin di rumah sakit atau klinik kesehatan, dengan cara yang sama seperti saat Anda cek urin untuk penyakit tertentu. Tidak ada persiapan khusus sebelum menjalani tes ini. Tapi biasanya akan ada petugas berjenis kelamin sama dengan Anda yang akan mengawasi dan memastikan Anda tidak memasukkan sesuatu atau mengutak-atik sampel urin yang dapat mengubah hasil aslinya. Begini kira-kira prosedur menjalani tes urin untuk narkoba:
Biasanya, narkoba dalam urin atau air liur lebih mudah untuk dideteksi dibandingkan dengan narkoba yang ada di dalam darah. Berapa lama bertahannya narkoba dalam urin dan darah?Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan berapa lama obat-obatan seperti narkoba akan bertahan dalam sistem tubuh Anda.
Berikut ini adalah berapa lama akan bertahan obat-obatan seperti narkoba dalam urin dan darah. Perlu ditekankan, bahwa informasi yang diberikan di sini bersifat pengetahuan dan tidak bermaksud untuk mengelabui pihak-pihak yang akan melakukan skrining penyalahgunaan narkoba.
Jenis tes yang paling akurat untuk mendeteksi residu narkoba yang tertinggal dalam tubuh sebenarnya adalah lewat analisa rambut. Analisa rambut dapat membeberkan detil riwayat penggunaan alkohol, amfetamin, heroin, ganja, sampai morfin. Terkait
tirto.id - Efek samping sabu dapat menyebabkan perubahan struktural dan fungsional pada otak yang menyebabkan gangguan emosi dan memori. Efek sabu buruk bagi kesehatan. Metafetamin atau yang biasa dikenal di Indonesia sebagai sabu-sabu, merupakan salah satu dari banyak obat-obatan terlarang. Efek kuat yang dihasilkan oleh zat ini membuat banyak orang menyalahgunakannya. Salah satu kasus yang cukup menggemparkan di pertengahan tahun ini adalah ditangkapnya komedian Nunung atas kepemilikan sabu-sabu seberat 0,36 gram. Dari kejadian ini, Nunung terancam hukuman lima tahun penjara atas kasus penyalahgunaan narkotika. Tidak hanya Nunung, ada beberapa publik figur lain yang juga tertangkap atas kasus kepemilikan sabu-sabu, seperti Fachri Albar, Zul ‘Zivillia’, Roro Fitria, dan Steve Emmanuel. Metafetamin dikenal sebagai obat stimulan yang memiliki efek adiktif yang tinggi. Menurut Drug Abuse, zat ini sebetulnya dilegalkan oleh lembaga pengawas obat-obatan Amerika, FDA. Metafetamin diigunakan untuk membuat obat terapeutik yang biasa diresepkan untuk penderita ADHD, narkolepsi, dan obesitas. Metafetamin akhirnya menjadi obat-obatan terlarang setelah banyaknya kasus penyalahgunaan melampaui dosis yang seharusnya. Zat ini hanya bisa digunakan secara terbatas dan dengan persetujuan dokter. Catatan sejarah menyebutkan saat Perang Dunia II, ada banyak tentara yang menggunakan metafetamin untuk mendapatkan efek stimulannya. Zat ini digunakan para tentara untuk tetap terjaga dan fokus pada perang yang berlangsung dalam jangka waktu panjang. Pilot Kamikaze, Jepang bahkan diberikan metafetamin untuk setiap misinya. Saat ini sabu-sabu yang beredar, secara ilegal tentunya, berbentuk serbuk, pil, atau kristal. Sabu biasa dikonsumsi dengan dihirup, dihisap, atau disuntik. Dilansir laman resmi Yayasan untuk Dunia Bebas Narkoba, narkoba jenis ini dapat menyebabkan kecanduan sejak pertama kali digunakan. Bahkan, pengguna sabu-sabu adalah salah satu pengguna paling sulit direhabilitasi. Efek Samping Penggunaan Sabu-SabuSabu-sabu mengandung berbagai zat yang buruk bagi tubuh. Dilansir dari Medical News Today, sabu-sabu yang dibuat secara ilegal biasanya mengandung kafein tinggi, talk, dan racun lainnya. Studi mengatakan, penggunaan sabu-sabu dapat menyebabkan perubahan struktural dan fungsional pada otak yang menyebabkan gangguan emosi dan memori. Sabu-sabu memberikan efek menyenangkan pada penggunanya. Ini bisa terjadi karena saat mengonsumsi sabu-sabu, tubuh akan melepaskan neurotransmiter dopamin dalam jumlah yang besar. Dopamin merupakan zat kimia yang dapat meningkatkan motivasi, kebahagiaan, dan kemampuan motorik. Zat ini akan bekerja pada bagian otak yang menyebabkan seseorang selalu tergoda untuk mengonsumsi lebih banyak sabu-sabu. Dalam banyak kasus 'pesta sabu', para penggunanya akan berpesta dengan hanya mengonsumsi sabu-sabu selama beberapa hari tanpa makan makanan apa pun. Efek dari menggunakan sabu-sabu adalah meningkatnya perhatian, meningkatnya aktivitas, cara bicara yang cepat, penurunan nafsu makan, berkurangnya rasa lelah, kehilangan kontrol diri, dan merasa euforia. Secara fisik, orang yang menggunakan sabu-sabu akan bernapas lebih cepat, jantung berdetak lebih cepat dan tidak teratur, suhu tubuh meningkat, dan tekanan darah tinggi. Orang-orang yang menggunakan sabu-sabu biasanya akan mengalami gejala psikis seperti paranoid, agresif, halusinasi baik pada penglihatan maupun pendengaran, gangguan mood, dan delusi. Penyakit yang Mungkin Muncul Akibat Konsumsi Sabu-SabuSabu-sabu tidak dilegalkan bukan tanpa alasan. Penggunaannya memunculkan berbagai risiko. Seseorang yang mengonsumsi sabu-sabu bisa terserang penyakit tertentu yang bisa menyebabkan kondisi kronis bahkan kematian. Menurut Medical News Today, penggunaan sabu-sabu meningkatkan risiko penyakit jantung seperti nyeri dada, detak jantung abnormal, serta tekanan darah tinggi. Hal ini akan mengarah pada diseksi aorta akut, serangan jantung, atau kematian jantung mendadak bahkan saat pertama kali seseorang menggunakannya. Kandungan zat berbahaya yang ada di dalam sabu-sabu juga dapat menyebabkan seseorang mengalami kerusakan gigi dan gusi. Kerusakan ini sering disebut sebagai “meth mouth" atau pembusukan gigi yang mengharuskan penderitanya mencabut giginya. Sabu-sabu juga bisa menyebabkan efek neurologis yang tidak hilang meskipun seseorang berhenti menggunakannya. Peneliti mengatakan efek jangka panjang dari penggunaanya adalah dapat menyebabkan penyakit parkinson, yakni kondisi gangguan saraf yang memengaruhi saraf gerak. Selain itu penggunaan sabu-sabu dengan suntikan juga dapat meningkatkan risiko terserang penyakit menular tertentu seperti HIV dan hepatitis. Baca juga:
Baca juga artikel terkait NARKOBA atau tulisan menarik lainnya Yonada Nancy Penulis: Yonada Nancy Editor: Dipna Videlia Putsanra Kontributor: Yonada Nancy Subscribe for updates Unsubscribe from updates Skrining narkoba dapat dilakukan dengan tes urin di rumah sakit atau klinik kesehatan, dengan cara yang sama seperti saat Anda cek urin untuk penyakit tertentu. Tidak ada persiapan khusus sebelum menjalani tes ini. Tapi biasanya akan ada petugas berjenis kelamin sama dengan Anda yang akan mengawasi dan memastikan Anda tidak memasukkan sesuatu atau mengutak-atik sampel urin yang dapat mengubah hasil aslinya. Begini kira-kira prosedur menjalani tes urin untuk narkoba:
Biasanya, narkoba dalam urin atau air liur lebih mudah untuk dideteksi dibandingkan dengan narkoba yang ada di dalam darah. Berapa lama bertahannya narkoba dalam urin dan darah?Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan berapa lama obat-obatan seperti narkoba akan bertahan dalam sistem tubuh Anda.
Berikut ini adalah berapa lama akan bertahan obat-obatan seperti narkoba dalam urin dan darah. Perlu ditekankan, bahwa informasi yang diberikan di sini bersifat pengetahuan dan tidak bermaksud untuk mengelabui pihak-pihak yang akan melakukan skrining penyalahgunaan narkoba.
Jenis tes yang paling akurat untuk mendeteksi residu narkoba yang tertinggal dalam tubuh sebenarnya adalah lewat analisa rambut. Analisa rambut dapat membeberkan detil riwayat penggunaan alkohol, amfetamin, heroin, ganja, sampai morfin dalam 90 hari terakhir. Video yang berhubunganBupati Ogan Ilir AW Nofiadi ketika digiring ke dalam mobil untuk dibawa ke Jakarta, Senin [14/3/2016]. Laporan Wartawan TribunSumsel.Com, Mochamad Krisnariansyah TRIBUNSUMSEL.COM,PALEMBANG - Hilangnya kandungan narkoba dalam tubuh terbilang cepat, pasalnya hanya butuh satu sampai dua minggu lebih kandungan zat ini tak ada lagi di urine. Diungkapkan Kepala Unit Rehabilitas Napza RS Ernaldi Bahar, Yatiman S.Kep kepada Tribunsumsel.com Senin [14/3/2016], bila efek kandungan narkoba pada tubuh bisa hilang dalam hitungan minggu. Untuk pemakaian narkoba jenis sabu misalnya akan hilang dalam satu minggu, lalu ganja hilang dua minggu lebih sedangkan pemakaian heroin bisa capai 3 minggu untuk hilang. "Identifikasi sabu sebaiknya dilakukan dalam kurung waktu dibawah satu minggu, sebab bila lebih dari itu maka hasil tes urinenya pun akan negatif," terangnya. Namun dikatakan Yatiman, berbeda untuk tes dengan menggunakan rambut. Efek kandungan narkoba akan tetap bisa dianalisa, karena dalam penggunan tes ini bisa mendeteksi lebih lama atau sekitar 3 bulan semenjak si pemakai menggunakan narkoba dapat diketahui. "Untuk alat pemeriksaan hanya terbatas pada urine dan rambut, namun untuk yang lebih akurat bisa mengunakan analisa darah. Kendalanya alat ini hanya tersedia di Ruma sakit ketergantungan obat [RSKO] Jakarta," jawabnya. Mengenai beberapa hal yang dapat membuat hasil validitas tes urine gagal, dijelaskan Yatiman bisa dikarenakan beberapa hal, seperti dengan mencampurkan urine dengan air sehingga menyamarkan hasil tesnya. Ataupun juga penyalahgunaan beberapa obat yang dapat menganggu hasil tes narkoba tersebut. "Saat diuji dengan strip tes urine, maka hasilnya tidak positif ataupun bila positif hasilnya sedikit mengaburkan [samar-red], maka tidak bisa dipastikan apakah si pemakai ini baru memakai atau sudah lama tak pakai," jawabnya. Yatiman pun menegaskan, bila tak ada obat apapun yang dapat menghilangkan pengaruh narkoba secara cepat dan lansung usai dipakai. Sebab kebanyakan obat yang digunakan hanya membantu proses kelancaran untuk membuang urine lebih banyak sehingga kandungan narkoba bisa cepat keluar dari dalam tubuh. "Dipastikan untuk jenis obat itu tidak ada, yang ada hanya penyalahgunaan obat untuk menyamarkan ataupun membantu cepat proses urine keluar dari tubuh seperti meminum air putih lebih banyak dan soda," tuturnya.[*] Video yang berhubungan |