BELAJAR dari kasus narkoba Bupati Ogan Ilir yang tertangkap pekan lalu, Badan Narkotika Nasional (BNN) mengusulkan dilakukan tes rambut bagi calon kepala daerah yang akan mengikuti Pilkada 2017. Show Mengapa rambut dipilih sebagai metode uji laboratorium? Seberapa efektifkah deteksi narkoba melalui rambut?Uji forensik rambut menjadi senjata mendeteksi zat kimia, termasuk narkoba. Berbeda dengan tes urine yang hanya mampu mendeteksi narkoba kurun waktu tujuh hari, uji laboratorium rambut mampu memeriksa riwayat pemakaian obat hingga 90 hari ke belakang. Tes darah hanya efektif mendeteksi penggunaan zat narkotika yang terjadi paling lama 5-7 hari. Secara alamiah, keuntungan itu didapat karena rambut kepala tumbuh cukup lama. Rambut memanjang hanya 1 cm per bulan. Jika Anda mengonsumsi obat, bahan-bahan kimia aktif yang terkandung dalam obat masuk ke tubuh. Zat kimia itu lalu akan terakumulasi di folikel rambut. Seiring bertambahnya helai rambut, folikel akan menimbun bahan-bahan kimia tersebut di dalamnya. Zat kimia mampu mengendap secara efektif hingga 3 bulan lamanya. Karena itu, rekam jejak penggunaan narkoba dapat ditelusuri jauh ke belakang. Tes umumnya dilakukan dengan pengambilan sampel rambut 1 sentimeter dari ujung pangkal sebanyak tiga helai. Satu rambut digunakan sebagai sampel, sisanya biasanya disimpan sebagai cadangan. Sampel rambut dimasukkan ke kaca selanjutkan masuk ke alat pendeteksi dengan bantuan zat kimia. Hasil bisa didapat 2-3 hari kemudian. "Tes rambut lebih akurat daripada tes urine. Air dalam tubuh bisa berganti terus. Dalam waktu tiga hari hingga satu minggu itu bisa bersih," kata Direktur Peran Serta Masyarakat BNN Sinta Dame Simanjuntak, Senin (21/3) lalu. Baca juga: BNN Ungkap Sindikat Narkoba Jaringan Malaysia-Madura Struktur deteksi narkoba melalui rambutMeskipun sama-sama akurat, tes urine hanya bersifat situasional. Ketika dalam satu minggu seseorang yang dites tidak menggunakan narkoba, hasilnya bisa negatif karena tidak terindikasi zat narkoba apa pun. Sementara itu, tes rambut mampu mendeteksi zat-zat kimia karena strukturnya tidak berubah meski menyerap zat kimia. "Ada kisaran waktunya (tes rambut), bisa satu bulan sampai tiga bulan dan itu pun dilihat jenis narkoba apa yang mau diperiksa," tutur Sinta. Menurut Sinta, alat pendeteksi rambut hanya tersedia di BNN pusat dan belum tersedia di BNN provinsi karena pihaknya ingin tes rambut dilakukan secara tersentralisasi. Jika tes rambut disetujui KPU untuk Pilkada 2017, ia meminta adanya mekanisme yang jelas dan rapi karena tes rambut memerlukan waktu tiga hari. "Harus ada mekanisme yang benar-benar rapi, dari daerah mestinya waktu pengiriman barang bisa sehari sampai, mengirim kembali sehari tidak ada masalah, karena prosesnya membutuhkan waktu tiga hari," kata dia. Menurut catatan, uji sampel rambut untuk mendeteksi zat berhaya sebetulnya sudah dikembangkan pada abad ke-19. Kasus forensik pertama untuk menguji kandungan zat berbahaya pada rambut dilakukan pada 1850-an. Kala itu, investigasi forensik terhadap rambut jazad yang sudah berusia 11 tahun membuktikan kandungan arsenik. (Ant/Forensic Magz/L-2) Baca juga: BNN Usulkan Tes Rambut untuk Calon Kepala Daerah di Pilkada 2017
Suara.com - Tanya:Selamat siang Dokter,Dalam waktu dekat saya akan tes urine dan darah untuk pengecekan narkoba. Kira-kira berapa lama ya hilangnya narkoba dalam urine dan darah? Saya pemakai aktif, tapi tidak setiap hari pakai. Paling tidak pakai sehari dua hari terus jeda 1 hari dan seterusnya. Mohon penjelasannya, Dok. Terima kasih.MM Jawab: Selamat siang Saudara MM,Metode yang dipilih untuk tes narkoba tergantung pada seberapa banyak sisa kadarnya yang Anda perkirakan masih ada di dalam tubuh. Sebagai contoh, jika Anda hanya sesekali menggunakan mariyuana, obat ini mungkin tidak akan bisa dideteksi dalam beberapa hari. Akan tetapi, jika Anda pecandu atau menyukai kokain, barbiturate, serta beberapa obat-obatan lain, ketahuilah bahwa zat-zat ini masih bisa dideteksi bahkan setelah 15 hingga 30 hari. Jika Anda pengguna mariyuana berat, atau "kronis", hasil tes kemungkinan besar akan menunjukkan tanda positif. Namun, bila hanya pernah menggunakannya beberapa kali, Anda masih bisa membersihkan sisa-sisa obat ini dari sistem tubuh dan mendapatkan hasil negatif. Ingat, jika Anda akan menghadapi tes rambut, apa pun yang Anda gunakan dalam waktu 90 hari terakhir (dengan pengecualian di dua minggu terbaru) akan terdeteksi.Demikian penjelasan yang dapat disampaikan. Terima kasih.Dijawab oleh: dr. Ulil Huda (Dokter Umum)Sumber: http://meetdoctor.com/ Baca Selengkapnya "Berapa Lama Narkoba Hilang dalam Urine dan Darah?"
Peralatan Peralatan dalam mengambil sampel tes narkoba tergantung pada spesimen yang diambil. Peralatan untuk mengambil sampel darah adalah:
Peralatan untuk mengambil sampel urine adalah:
Peralatan untuk mengambil sampel saliva adalah:
Peralatan untuk mengambil sampel keringat adalah:
Peralatan untuk mengambil sampel kuku adalah:
Sampel rambut umumnya tidak membutuhkan peralatan khusus.[5] Prosedural Prosedur dari tes narkoba terdiri dari persiapan pasien, pengambilan sampel, dan pemeriksaan. Prosedur pengambilan sampel disesuaikan dengan jenis sampel yang diinginkan agar menghindari positif palsu atau negatif palsu. Persiapan Pasien Umumnya tidak diperlukan persiapan khusus pada pasien sebelum melakukan pemeriksaan, kecuali pada pemeriksaan saliva. Pada pemeriksaan dengan menggunakan saliva, donor dilarang untuk minum, makan, atau menempatkan sesuatu dalam mulut selama 10-20 menit sebelum pengambilan sampel.[1,5] Pengambilan Sampel Teknik dari tes narkoba dimulai dari pengambilan sampel atau spesimen. Spesimen urine adalah yang paling sering digunakan karena metabolit zat lebih banyak terdeteksi di urine dibandingkan sampel. Namun konsentrasi metabolit zat di urine tidak berkorelasi terhadap kadar zat dalam darah. Untuk mengetahui kondisi intoksikasi, maka dibutuhkan sampel darah. Beberapa sampel lain yang bisa diambil adalah saliva, rambut, keringat, dan kuku. Sampel kuku umumnya digunakan ketika sampel rambut tidak bisa diambil atau analisa postmortem.[4] Sampel diambil berdasarkan jenis sampel yang diperlukan. Sebelum mengambil sampel, penting untuk mengidentifikasi pasien, memberikan penjelasan mengenai prosedur yang akan diambil, dan melakukan persetujuan medis (informed consent). Sample Urine: Tahapan untuk mengambil sampel darah adalah:
Sample Darah: Tahapan untuk mengambil sampel darah adalah:
Sample Saliva: Merupakan salah satu spesimen alternatif yang paling banyak digunakan karena tidak memerlukan keterampilan khusus atau wadah tertentu, dan konsentrasi zat dalam saliva lebih representatif terhadap konsentrasi zat dalam darah dibandingkan dengan sampel urine.
Sample Keringat Tahapan untuk mengambil sampel keringat adalah:
Sample Kuku: Tahapan untuk mengambil sampel kuku adalah:
Sample Rambut: Tahapan untuk mengambil sampel rambut adalah:
Pemeriksaan Pemeriksaan tes narkoba melibatkan tiga metode, yaitu dengan cara immunoassay dan spektrometri massa, dan kromatografi gas.[1] Immunoassay Merupakan pemeriksaan yang paling banyak digunakan, terutama sebagai pemeriksaan skrining. Pemeriksaan ini menggunakan antibodi yang mengenali sebuah metabolik pada sebuah alat analisis otomatis. Waktu pemeriksaan menggunakan metode immunoassay hanya beberapa menit, dan kemudian diinterpretasikan sebagai hasil positif dan negatif. Immunoassay tidak membutuhkan keahlian khusus dan bisa digunakan dalam pemeriksaan bedside atau klinik. Terkait stimulan methamphetamine and amphetamine, beberapa zat bisa menyebabkan reaksi silang dan menghasilkan positif palsu, misalnya pseudoefedrin dan psikotropika. Untuk mengatasi hal ini, pemeriksaan immunoassay harus mendeteksi baik amphetamine dan methamphetamine agar dapat melaporkan hasil positif. Immunoassay juga tidak bisa mendeteksi kebanyakan opioid sintetik sehingga dibutuhkan pemeriksaan konfirmasi dengan kromatografi gas/spektrometri massa.[1,4,7,8] Kromatografi Gas/ Spektrometri Massa Metode yang paling akurat untuk memeriksa obat adiksi dengan sensitivitas dan spesifisitas tinggi untuk mendeteksi metabolit. Metode ini menggunakan saringan elektromagnetik untuk mengarahkan ion kepada detektor tertentu. Meskipun canggih, pemeriksaan ini membutuhkan tenaga yang terampil, instrumen pendukung, dan waktu pemeriksaan yang lebih lama dibandingkan dengan immunoassay. Salah satu kekurangan dalam pemeriksaan kromatografi gas/spektrometri massa adalah ketidakmampuan untuk membedakan isomer yang sama, seperti pada methamphetamine dan levorphanol.[1,4] Assays untuk Substance Cannabis: Pemeriksaan urine terhadap cannabis mendeteksi metabolit delta-9 tetrahydrocannabinol (THC), terutama zat THC carboxylase. Pemeriksaan skrining cannabis umumnya tersedia dalam berbagai fasilitas kesehatan. Meskipun jarang terjadi, beberapa obat bisa menyebabkan hasil positif palsu seperti dronabinol, efavirenz, proton pump inhibitors (contohnya omeprazole, lansoprazole) hemp seed oil, nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAIDs) (contohnya ibuprofen). Batas bawah deteksi cannabis adalah 20-100 ng/mL, tergantung dari jenis pemeriksaan yang digunakan.[1,15] Kokain/ Cocaine: Kokain atau cocaine secara cepat dimetabolisme dalam tubuh. Umumnya kokain hanya sebentar terdeteksi dalam darah dan urine namun hasil metabolit utamanya, benzoylecgonine (BE), bisa terdeteksi di urine antara beberapa hari sampai 10 hari atau lebih dalam pemakaian kronis. Kromatografi gas dan spektrometri massa adalah metode yang paling akurat dalam mendeteksi kokain dan metabolitnya, namun membutuhkan laboratorium khusus. Pemeriksaan standar dengan assay lebih praktis dilakukan sebagai skrining. Pemerksaan ini memiliki spesifisitas yang tinggi terhadap BE dengan kejadian positif palsu yang rendah.[1] Amphetamine: Struktur amphetamine yang mirip dengan beberapa zat lain membuat kejadian positif palsu lebih sering terjadi dibandingkan pemeriksaan zat lain. Zat lain ini diantaranya adalah pseudoefedrine, efedrine, phenylephrine, dan banyak obat bebas serta suplemen herbal lain. l-methamphetamine, isomer amphetamine murni yang terdapat pada inhaler hidung sering menyebabkan positif palsu bahkan pada pemeriksaan baku emas spektrometri massa.[1,3] Benzodiazepine: Secara umum, benzodiazepine terdeteksi dalam 3 jam setelah dikonsumsi dan bertahan hingga 2 minggu. Benzodiazepine tidak terdeteksi dalam pemeriksaan skrining urine, zat yang terdeteksi adalah metabolit benzodiazepine yaitu 1,4-benzodiazepines, misalnya oxazepam dan nordiazepam. Benzodiazepine yang tidak dimetabolisme menjadi zat ini (contohnya clonazepam, lorazepam, midazolam, dan alprazolam) mungkin tidak terdeteksi oleh skrining. Tes urine memiliki spesifisitas yang baik, namun sensitivitasnya cukup bervariasi antar jenis obat. Beberapa faktor yang mempengaruhi adalah banyaknya obat yang dikonsumsi, usia, berat badan, dan coingestant.[1,3,14] Opioids: Banyak opioid, terutama opioid sintetik, tidak terdeteksi dalam skrining urine. Oleh karena itu, pemeriksaan glukosa darah sewaktu harus dilakukan apabila dicurigai terdapat kasus keracunan opioid.[1] Hasil Positif Tes Narkoba Setelah Mengonsumsi Zat Hasil tes yang positif berarti zat atau metabolit yang dicari memang ada pada atau di atas ambang batas konsentrasi ketika sampel diambil. Tidak ada hubungan fisiologis dengan adanya metabolit dalam sampel, misalnya dalam keadaaan intoksikasi, karena obat bisa terdeteksi dalam kadar yang tidak menyebabkan efek klinis. Zat yang dikonsumsi, biasanya dapat dideteksi selang beberapa menit dari paparan dan akan tetap positif selama berhari-hari. Namun, waktu deteksi cukup bervariasi berdasarkan jenis zat. Periode waku positif dari tes narkoba tercantum dalam Tabel 1. Tabel 1. Waktu Hasil Positif Tes Narkoba Setelah Mengonsumsi Zat.
Sumber: dr. Adrian Prasetio, 2021.[1,2,17] Hasil Positif Palsu dan Negatif Palsu Tes narkoba mudah dilakukan dan biasanya dilaporkan sebagai negatif atau positif terhadap obat yang diperiksa. Namun interpretasi hasil tersebut sering menyesatkan apabila tidak memiliki pemahaman yang cukup. Tes narkoba adalah prosedur yang kompleks dan membutuhkan pengetahuan tentang potensi hasil positif negatif dan palsu. Hasil Positif Palsu Pada pasien yang akan diperiksa tes narkoba harus ditanyakan juga zat atau obat yang sedang dikonsumsi. Hal ini dilakukan untuk mencegah ketegangan pada pasien akibat hasil positif palsu. Immunoassay bisa menunjukkan hasil positif palsu pada beberapa reaksi silang seperti:
Hasil Negatif Palsu Demikian pula dengan hasil negatif, tidak berarti seseorang tidak pernah menggunakan zat adiksi di masa lalu, atau kadar obat berada di bawah ambang batas deteksi alat. Hasil pemeriksaan yang negatif bisa berarti:
Tes narkoba bisa menunjukkan hasil negatif palsu pada beberapa situasi seperti:
Pemalsuan Hasil Pemeriksaan Hasil negatif palsu bisa terjadi akibat pemalsuan hasil pemeriksaan. Salah satu cara pemakai zat dalam memalsukan hasil adalah dengan menukar urine dengan milik orang lain. Cara tersebut bisa dicegah dengan menetapkan prosedur pengecekan, dokumentasi, serta pengawasan yang ketat. Beberapa cara lain dalam melakukan hasil tes adalah sebagai berikut: Mengencerkan Sampel dengan Meminum Air: Metode ini adalah salah satu cara termudah untuk menurunkan konsentrasi obat dalam urine. Meminum air dalam jumlah besar mampu menurunkan kadar zat hingga di bawah ambang batas pemeriksaan. Dilusi juga bisa terjadi secara tidak sengaja pada pasien yang mendapatkan cairan infus atau dalam terapi diuretik. Ingesti Zat Penyamar: Mengonsumsi beberapa zat untuk menyembunyikan obat adiksi, misalnya dengan konsumsi niasin atau Goldenseal yang dipercaya bisa “membersihkan” urin. Konsumsi niasin dalam dosis besar bisa menyebabkan toksisitas dan berhubungan dengan morbiditas pasien. Menambahkan Zat Lain ke Sampel Urine: Motivasi dalam menambahkan zat lain tidak hanya untuk mendapatkan hasil negatif, melainkan juga hasil positif. Beberapa zat yang mencegah deteksi obat adiksi adalah zinc sulfat, ammonia, pemutih, hidrogen peroksida, sabun cair, iodin. Zat ini mengganggu proses pemeriksaan dan bisa menyebabkan hasil negatif, terutama pada pemeriksaan cannabis. Sedangkan beberapa pasien lain bisa menggunakan zat lain untuk mendapatkan hasil positif palsu. Umumnya dilakukan berkaitan dengan pemantauan kepatuhan pengobatan agar pasien tampak mengonsumsi obat yang diberikan. Untuk mencegah ini, tes narkoba yang dilakukan untuk pemantauan kepatuhan terap harusi mendeteksi tidak hanya obat utama namun juga metabolitnya.[1] |