Berapa kali pemilu dilakukan di masa orde baru sebutkan

Berapa kali pemilu dilakukan di masa orde baru sebutkan

Berapa kali pemilu dilakukan di masa orde baru sebutkan
Lihat Foto

(pemilu.kompas.com)

Pelaksanaan Pemilihan Umum 1955

KOMPAS.com - Indonesia merupakan negara demokrasi menganut sistem pemilihan pemerintah dengan jalan pemilihan umum (Pemilu).

Melansir laman diy.kpu.go.id, pemilu adalah mekanisme pergantian kekuasaan yang merupakan salah satu pilar utama dari sebuah proses akumulasi kehendak masyarakat sekaligus merupakan prosedur demokrasi untuk memilih pemimpin.

Baca juga: KPU Segera Terbitkan SK Waktu Pemungutan Suara Pemilu 2024

Sejarah pemilu di Indonesia dimulai sepuluh tahun setelah proklamasi dikumandangkan pada tahun 1945.

Baca juga: Setelah Tetapkan Waktu Pemilu 2024, DPR-Pemerintah Akan Bahas Tahapan-Jadwal Lebih Rinci

Berikut adalah ringkasan sejarah pemilu di indonesia dari awal sampai sekarang.

Pemilu 1955 merupakan pemilu yang tertunda karena faktor belum adanya undang-undang, tidak stabilnya keamanan, serta fokus pemerintah dan rakyat mempertahankan kedaulatan.

Baca juga: Fakta-fakta Pemilu Presiden, Legislatif, dan Kepala Daerah yang Akan Digelar pada 2024

Pemilu dilaksanakan dua kali yaitu untuk memilih anggota DPR pada 29 September 1955 dan pemilihan anggota Konstituante pada 25 Desember 1955.

Pemilu 1955 diikuti oleh lebih 30-an partai politik dan lebih dari seratus daftar kumpulan dan calon perseorangan

Pemilu ini adalah pemilu pertama yang berhasil dilaksanakan secara demokratis dan dijadikan pedoman bagi pelaksanaan pemilu selanjutnya.

Melansir laman kpu.go.id, ada 5 Juli 1959 Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden di mana UUD 1945 dinyatakan sebagai Dasar Negara, serta penggantian Konstituante dan DPR hasil Pemilu dengan DPR-GR.

Adapun kabinet yang ada diganti dengan Kabinet Gotong Royong dan Ketua DPR, MPR, BPK dan MA diangkat sebagai pembantu Soekarno dengan jabatan menteri.

KOMPAS.com -Di penghujung masa Orde Baru, dilakukan pemilihan umum (pemilu) tahun 1997.

Pemilu 29 Mei 1997 merupakan pemilu keenam selama masa pemerintahan Orde Baru, dengan Golkar keluar sebagai pemenangnya.

Kemenangan Golkar pada Pemilu 1997 mempunyai arti bahwa dukungan terhadap Soeharto untuk menjabat kembali sebagai presiden Indonesia.

Tujuan dan peserta Pemilu 1997

Pemilu 1997 diselenggarakan pada tanggal 29 Mei 1997 dengan tujuan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD Tingkat I Provinsi maupun DPRD Tingkat II Kabupaten/Kotamadya) periode 1997-1999.

Pemilu 1997 diikuti oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Pemilu 1997 dilaksanakan dengan asas Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia, serta menganut sistem perwakilan berimbang.

Baca juga: Pemilu Tahun 1977: Peserta, Tujuan, dan Pemenang

Pelaksanaan Pemilu 1997

Lembaga yang melaksanakan pemilu pada tahun 1997 adalah Lembaga Pemilihan Umum (LPU), yang menentukan partai-partai yang dapat ikut pemilu, mengadakan pemilu, dan mengumumkan hasilnya.

LPU dibubarkan pada 1999 dan digantikan oleh KPU (Komisi Pemilihan umum).

Situasi pemilu 1997 berbeda dari yang sebelum-sebelumnya, karena pada saat itu banyak dilayangkan protes terhadap rezim Soeharto.

Selain karena adanya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, protes juga disebabkan oleh adanya peranan politik dari ABRI.

Rezim Soeharto pun berusaha meredakan kerusuhan dengan membuat UU No. 5/1995 tentang Susunan dan Kedudukan MPR Baru.

Dalam UU ini jumlah kursi untuk ABRI juga dikurangi, dari 100 menjadi 75. Namun, upaya ini masih belum mengubah apapun.

Usut punya usut, Golkar masih menjadi tonggak politik Orde Baru. Golkar juga terus mendapat kemenangan karena ada campur tangan dari pemerintah di dalamnya.

Baca juga: Pemilu: Pengertian, Alasan, Fungsi, Asas dan Tujuan

Golkar pun masih menyampaikan materi kampanye yang sama, yakni tentang pembangunan dan prestasi yang bias.

Sementara itu, PDI dan PPP terus melancarkan kritik mereka terhadap rezim Soeharto, meskipun belum berani menyuarakan perubahan.

Pemenang Pemilu 1997

Pada 29 Mei 1997 pemungutan suara dilangsungkan. Hasil menunjukkan bahwa Golkar kembali unggul.

Berikut hasil Pemilu 1997:

Partai Suara Persen Kursi
Golkar 84.187.907 74,51 325
PPP 25.340.028 22,43 89
PDI 3.464.225 3,06 11

Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Golkar kembali menang dengan perolehan suara naik sebanyak 6,41 persen.

Sedangkan perolehan kursinya meningkat menjadi 325 kursi, atau bertambah 43 kursi dari pemilu sebelumnya.

PPP juga mengalami peningkatan perolehan suara. Sedangkan PDI, yang mengalami konflik internal, perolehan suaranya merosot hingga 11,84 persen.

PDI hanya mendapat 11 kursi dan kehilangan 45 kursi dibandingkan Pemilu 1992.

Referensi:

  • Haris, Syamsuddin. (1999).Kecurangan dan Perlawanan Rakyat Dalam Pemilihan Umum 1997.Yogyakarta: Yayasan Obor Indonesia dan PPW-LIPI.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Setelah 1971, pelaksanaan Pemilu yang periodik dan teratur mulai terlaksana. Pemilu ketiga diselenggarakan 6 tahun lebih setelah Pemilu 1971, yakni tahun 1977, setelah itu selalu terjadwal sekali dalam 5 tahun. Dari segi jadwal sejak itulah pemilu teratur dilaksanakan.

Satu hal yang nyata perbedaannya dengan Pemilu-pemilu sebelumnya adalah bahwa sejak Pemilu 1977 pesertanya jauh lebih sedikit, dua parpol dan satu Golkar. Ini terjadi setelah sebelumnya pemerintah bersama-sama dengan DPR berusaha menyederhanakan jumlah partai dengan membuat UU No. 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golkar. Kedua partai itu adalah Partai Persatuan Pembangunan atau PPP dan Partai Demokrasi Indonesia atau PDI) dan satu Golongan Karya atau Golkar. Jadi dalam 5 kali Pemilu, yaitu Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997 pesertanya hanya tiga tadi.

Hasilnya pun sama, Golkar selalu menjadi pemenang, sedangkan PPP dan PDI menjadi pelengkap atau sekedar ornamen. Golkar bahkan sudah menjadi pemenang sejak Pemilu 1971. Keadaan ini secara langsung dan tidak langsung membuat kekuasaan eksekutif dan legislatif berada di bawah kontrol Golkar. Pendukung utama Golkar adalah birokrasi sipil dan militer. Berikut ini dipaparkan hasil dari 5 kali Pemilu tersebut secara berturut-turut.

 

Hasil Pemilu 1977

Pemungutan suara Pemilu 1977 dilakukan 2 Mei 1977. Cara pembagian kursi masih dilakukan seperti dalam Pemilu 1971, yakni mengikuti sistem proporsional di daerah pemilihan. Dari 70.378.750 pemilih, suara yang sah mencapai 63.998.344 suara atau 90,93 persen. Dari suara yang sah itu Golkar meraih 39.750.096 suara atau 62,11 persen. Namun perolehan kursinya menurun menjadi 232 kursi atau kehilangan 4 kursi dibandingkan Pemilu 1971.

Pada Pemilu 1977 suara PPP naik di berbagai daerah, bahkan di DKI Jakarta dan DI Aceh mengalahkan Golkar. Secara nasional PPP berhasil meraih 18.743.491 suara, 99 kursi atau naik 2,17 persen, atau bertambah 5 kursi dibanding gabungan kursi 4 partai Islam dalam Pemilu 1971. Kenaikan suara PPP terjadi di banyak basis-basis eks Masjumi. Ini seiring dengan tampilnya tokoh utama Masjumi mendukung PPP. Tetapi kenaikan suara PPP di basis-basis Masjumi diikuti pula oleh penurunan suara dan kursi di basis-basis NU, sehingga kenaikan suara secara nasional tidak begitu besar.

PPP berhasil menaikkan 17 kursi dari Sumatera, Jakarta, Jawa Barat dan Kalimantan, tetapi kehilangan 12 kursi di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Secara nasional tambahan kursi hanya 5.

PDI juga merosot perolehan kursinya dibanding gabungan kursi partai-partai yang berfusi sebelumnya, yakni hanya memperoleh 29 kursi atau berkurang 1 kursi di banding gabungan suara PNI, Parkindo dan Partai Katolik. Selengkapnya perolehan kursi dan suara tersebut bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

No. Partai Suara % Kursi % (1971) Keterangan
1 Golkar 39.750.096 62,11 242 62,80 - 0,69
2 PPP 18.743.491 29,29 99 27,12 + 2,17
3 PDI 5.504.757 8,60 29 10,08 - 1,48
  Jumlah 63.998.344 100,00 360 100,00  

 

Hasil Pemilu 1982

Pemungutan suara Pemilu 1982 dilangsungkan secara serentak pada tanggal 4 Mei 1982. Pada Pemilu ini perolehan suara dan kursi secara nasional Golkar meningkat, tetapi gagal merebut kemenangan di Aceh. Hanya Jakarta dan Kalimantan Selatan yang berhasil diambil Golkar dari PPP. Secara nasional Golkar berhasil merebut tambahan 10 kursi dan itu berarti kehilangan masing-masing 5 kursi bagi PPP dan PDI Golkar meraih 48.334.724 suara atau 242 kursi. Adapun cara pembagian kursi pada Pemilu ini tetap mengacu pada ketentuan Pemilu 1971.

No. Partai Suara % Kursi % (1977) Keterangan
1 Golkar 48.334.724 64,34 242 62,11 + 2,23
2 PPP 20.871.880 27,78 94 29,29 - 1,51
3 PDI 5.919.702 7,88 24 8,60 - 0,72
  Jumlah 75.126.306 100,00 364 100,00  

 

Hasil Pemilu 1987

Pemungutan suara Pemilu 1987 diselenggarakan tanggal 23 April 1987 secara serentak di seluruh tanah air. Dari 93.737.633 pemilih, suara yang sah mencapai 85.869.816 atau 91,32 persen. Cara pembagian kursi juga tidak berubah, yaitu tetap mengacu pada Pemilu sebelumnya.

Hasil Pemilu kali ini ditandai dengan kemerosotan terbesar PPP, yakni hilangnya 33 kursi dibandingkan Pemilu 1982, sehingga hanya mendapat 61 kursi. Penyebab merosotnya PPP antara lain karena tidak boleh lagi partai itu memakai asas Islam dan diubahnya lambang dari Ka'bah kepada Bintang dan terjadinya penggembosan oleh tokoh- tokoh unsur NU, terutama Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Sementara itu Golkar memperoleh tambahan 53 kursi sehingga menjadi 299 kursi. PDI, yang tahun 1986 dapat dikatakan mulai dekat dengan kekuasaan, sebagaimana diindikasikan dengan pembentukan DPP PDI hasil Kongres 1986 oleh Menteri Dalam Negeri Soepardjo Rustam, berhasil menambah perolehan kursi secara signifikan dari 30 kursi pada Pemilu 1982 menjadi 40 kursi pada Pemilu 1987 ini.

No. Partai Suara % Kursi % (1982) Keterangan
1 Golkar 62.783.680 73,16 299 64,34 + 8,82
2 PPP 13.701.428 15,97 61 27,78 - 11,81
3 PDI 9.384.708 10,87 40 7,88 + 2,99
  Jumlah 85.869.816 100,00 400 100,00  

 

Hasil Pemilu 1992

Cara pembagian kursi untuk Pemilu 1992 juga masih sama dengan Pemilu sebelumnya. Hasil Pemilu yang pemungutan suaranya dilaksanakan tanggal 9 Juni 1992 ini pada waktu itu agak mengagetkan banyak orang. Sebab, perolehan suara Golkar kali ini merosot dibandingkan Pemilu 1987. Kalau pada Pemilu 1987 perolehan suaranya mencapai 73,16 persen, pada Pemilu 1992 turun menjadi 68,10 persen, atau merosot 5,06 persen. Penurunan yang tampak nyata bisa dilihat pada perolehan kursi, yakni menurun dari 299 menjadi 282, atau kehilangan 17 kursi dibanding pemilu sebelumnya.

PPP juga mengalami hal yang sama, meski masih bisa menaikkan 1 kursi dari 61 pada Pemilu 1987 menjadi 62 kursi pada Pemilu 1992 ini. Tetapi di luar Jawa suara dan kursi partai berlambang ka’bah itu merosot. Pada Pemilu 1992 partai ini kehilangan banyak kursi di luar Jawa, meski ada penambahan kursi dari Jawa Timur dan Jawa Tengah. Malah partai itu tidak memiliki wakil sama sekali di 9 provinsi, termasuk 3 provinsi di Sumatera. PPP memang berhasil menaikkan perolehan 7 kursi di Jawa, tetapi karena kehilangan 6 kursi di Sumatera, akibatnya partai itu hanya mampu menaikkan 1 kursi secara nasional.

Yang berhasil menaikkan perolehan suara dan kursi di berbagai daerah adalah PDI. Pada Pemilu 1992 ini PDI berhasil meningkatkan perolehan kursinya 16 kursi dibandingkan Pemilu 1987, sehingga menjadi 56 kursi. Ini artinya dalam dua pemilu, yaitu 1987 dan 1992, PDI berhasil menambah 32 kursinya di DPR RI.

No. Partai Suara % Kursi % (1987) Keterangan
1 Golkar 66.599.331 68,10 282 73,16 - 5,06
2 PPP 16.624.647 17,01 62 15,97 + 1,04
3 PDI 14.565.556 14,89 56 10,87 + 4.02
  Jumlah 97.789.534 100,00 400 100,00  

 

Hasil Pemilu 1997

Sampai Pemilu 1997 ini cara pembagian kursi yang digunakan tidak berubah, masih menggunakan cara yang sama dengan Pemilu 1971, 1977, 1982, 1987, dan 1992. Pemungutan suara diselenggarakan tanggal 29 Mei 1997. Hasilnya menunjukkan bahwa setelah pada Pemilu 1992 mengalami kemerosotan, kali ini Golkar kembali merebut suara pendukungnnya. Perolehan suaranya mencapai 74,51 persen, atau naik 6,41. Sedangkan perolehan kursinya meningkat menjadi 325 kursi, atau bertambah 43 kursi dari hasil pemilu sebelumnya.

PPP juga menikmati hal yang sama, yaitu meningkat 5,43 persen. Begitu pula untuk perolehan kursi. Pada Pemilu 1997 ini PPP meraih 89 kursi atau meningkat 27 kursi dibandingkan Pemilu 1992. Dukungan terhadap partai itu di Jawa sangat besar.

Sedangkan PDI, yang mengalami konflik internal dan terpecah antara PDI Soerjadi dengan Megawati Soekarnoputri setahun menjelang pemilu, perolehan suaranya merosot 11,84 persen, dan hanya mendapat 11 kursi, yang berarti kehilangan 45 kursi di DPR dibandingkan Pemilu 1992.

No. Partai Suara % Kursi % (1992) Keterangan
1 Golkar 84.187.907 74,51 325 68,10 + 6,41
2 PPP 25.340.028 22,43 89 17,01 + 5,43
3 PDI 3.463.225 3,06 11 14,89 - 11,84
  Jumlah 112.991.150 100,00 425 100,00  

 

Pemilu kali ini diwarnai banyak protes. Protes terhadap kecurangan terjadi di banyak daerah. Bahkan di Kabupaten Sampang, Madura, puluhan kotak suara dibakar massa karena kecurangan penghitungan suara dianggap keterlaluan. Ketika di beberapa tempat di daerah itu pemilu diulang pun, tetapi pemilih, khususnya pendukung PPP, tidak mengambil bagian.

(sumber : http://www.kpu.go.id/index.php/pages/index/MzQz)