Jakarta, CNBC Indonesia - Satelit Nusantara Satu secara resmi diluncurkan dari Stasiun Angkatan Udara Cape Caneveral, Florida, Amerika Serikat (AS), Jumat (22/2/2019) atau pada Kamis (21/2/2019) sekitar pukul 08.45 waktu setempat. Show Peluncuran itu tentu menambah deretan satelit mlik Indonesia yang berperan penting dalam sektor telekomunikasi. Yuk kenali sejumlah satelit kebanggaan bangsa yang diluncurkan dari masa ke masa. Satelit
Palapa Diluncurkan pertama kali pada 9 Juli 1976 silam, hingga saat ini sudah terdapat sembilan satelit Palapa yang mengudara dan dimanfaatkan oleh Indonesia. Paling baru adalah satelit Palapa D yang dimiliki oleh PT Indosat Tbk (ISAT) yang masa orbitnya akan berakhir pada 2024 nanti. Foto: Infografis/Satelit BRISat/Arie PratamaSatelit BRIsat Satelit seharga Rp 3,3 triliun ini ditujukan untuk meningkatkan layanan perbankan hingga pelosok negeri. Dengan demikian kualitas layanan perbankan BRI di kota besar dan wilayah terpencil setara. Satelit Merah Putih Satelit ini memiliki kapasitas 60 transponder aktif yang terdiri dari 24 transponder C-Band dan 12 transponder Extended C-Band. Satelit Merah Putih melayani wilayah Indonesia dan Asia Tenggara. Ditambah 24 transponder C-Band lainnya menjangkau kawasan Asia Selatan. Satelit Nusantara Satu Area cakupan satelit ini melingkupi seluruh wilayah di tanah air. Nusantara Satu ini merupakan satelit pelengkap dari proyek Palapa Ring yang digarap oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi. Proyek ini merupakan salah satu target pemerintah untuk menyediakan akses internet dengan kecepatan 20 Mbps per rumah tangga. Simak video terkait persaingan industri telekomunikasi Indonesia di bawah ini. [Gambas:Video CNBC] Artikel Selanjutnya China Makin Rajin Luncurkan Satelit ke Luar Angkasa, Ada Apa?(miq/miq) Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Astronaut Dale A. Gardner memegang kertas bertulisan "For Sale" setelah Palapa B2 diperbaiki (1984). Palapa D ialah nama bagi sejumlah satelit telekomunikasi geostasioner Indonesia. Nama ini diambil dari "Sumpah Palapa", yang pernah dicetuskan oleh Patih Gajah Mada dari Majapahit pada tahun 1334. Satelit pertama diluncurkan pada tanggal 8 Juli 1976 oleh roket Amerika Serikat dan dilepas di atas Samudra Hindia pada 83° BT. Satelit pertama dari 2 satelit itu bertipe HS-333 dan bermassa 574 kg. Kemudian 4 satelit dari seri kedua dibuat, yang kesemuanya dari tipe Hughes HS-376. Ketika peluncuran Palapa B2 gagal, satelit ke-3 diatur. Awalnya bernama Palapa B3 dan dijadwalkan untuk STS-61-H, akhirnya diluncurkan sebagai Palapa B2P. Sementara itu Palapa B2 diperbaiki kembali oleh STS-51-A, diperbaharui dan diluncurkan lagi sebagai Palapa B2R. Palapa D dipesan[1] pada tanggal 29 Juni 2007 oleh perusahaan Indonesia PT Indosat Tbk, kepada Thales Alenia Space. Itu adalah Spacebus 4000B3 yang akan dibuat di Pusat Luar Angkasa Cannes Mandelieu. Sejarah[sunting | sunting sumber]Hadirnya satelit Palapa adalah salah satu ide dan gagasan Presiden RI ke-2 HM Soeharto. Dikisahkan pada saat itu Pak Harto, panggilan akrabnya, sedang memikirkan bagaimana menyambungkan komunikasi di wilayah nusantara yang begitu luas dan terpisah jarak begitu jauh. Pentingnya kecepatan komunikasi ini diperlukan demi mempercepat pembangunan di Indonesia, setelah masa Orde Lama. Tanpa komunikasi yang cepat, impian Indonesia untuk maju sejajar dengan bangsa lainnya akan hanya jadi impian. Impian Presiden Soeharto itu menyebar, adalah dua orang yang kala itu bertanggung jawab atas kondisi telekomunikasi Indonesia, mereka adalah Mayjen TNI Soehardjono (dirjen pos dan telekomunikasi) serta Ir Sutanggar Tengker Yahya (direktur telekomunikasi di ditjen pos dan telekomunikasi yang juga mantan dirut PN Telekomunikasi Indonesia).[2] Sutanggar Tengker adalah alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan telekomunikasi. Sutanggar menyatakan kepada Soehardjono bahwa mustahil menyambungkan komunikasi di Indonesia tanpa menggunakan satelit. Mereka berdua pun paham, kala itu Indonesia juga belum menguasai tentang satelit. Hanya paham fungsi dan kegunaannya. Terdapat persoalan mengenai biaya. Hal ini karena satelit adalah barang yang sangat sangat mahal untuk Indonesia pada masa itu. Dengan kondisi masyarakat yang berkekurangan, tertinggal dari sisi pendidikan, dan kondisi perekonomian yang saat itu masih buruk.[3] Daftar Satelit[sunting | sunting sumber]
RUJUKAN[sunting | sunting sumber]
LIHAT PULA[sunting | sunting sumber]
PRANALA LUAR[sunting | sunting sumber]
|