Beberapa bangunan hasil politik mercusuar pada masa Demokrasi Terpimpin ditunjukkan pada

3 menit

Untuk mendapatkan perhatian dari luar negeri, Soekarno membangun banyak proyek di Jakarta yang sangat membanggakan Indonesia. Simak proyek mercusuar Soekarno di sini!

Dilansir dari kompas.com, Soekarno berambisi untuk membuat Indonesia semakin terkenal di mata dunia sejak awal kemerdekaan Indonesia.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Soekarno pun membangun beragam proyek mercusuar di Jakarta agar orang asing dapat melihat kemajuan Indonesia.

Simak beragam proyek mercusuar Soekarno yang sangat membanggakan di bawah ini!

Proyek Mercusuar Soekarno yang Membanggakan

1. Stadion Gelora Bung Karno [GBK]

sumber: indonesia.go.id

Salah satu proyek mercusuar yang dibuat oleh Soekarno adalah Stadion Gelora Bung Karno.

Awal mula pembuatan GBK adalah ketika di tahun 1951 Soekarno mengunjungi Moskow dan melihat Stadion Lenin.

Soekarno pun memiliki ide untuk membangun Stadion GBK dengan gambaran dapat mengimbangi kemewahan Stadion Lenin.

Arsitek yang mengerjakan GBK pun sama dengan arsitek yang membuat desain Stadion Lenin.

Melansir Kompas, pembangunan ini menghabiskan biaya sampai USD12,5 juta dan pembiayaannya dibantu oleh Uni Soviet.

2. Hotel Indonesia

sumber: thejakartapost.com

Proyek berikutnya adalah Hotel Indonesia yang dibuat untuk menyambut acara Asian Games pada tahun 1962.

Hotel ini menjadi hotel berbintang pertama yang ada di Jakarta dengan bangunan setinggi 14 lantai.

Proyek ini dibiayai oleh dana hasil Perjanjian Pampasan Perang dari Jepang di tahun 1962.

3. Jembatan Semanggi

sumber: liputan6.com

Hampir semua pembangunan proyek mercusuar yang dibuat oleh Soekarno dibuat untuk menyonsong keberlangsungan Asian Games.

Untuk mengantisipasi kemacetan yang akan terjadi karena berlangsungnya acara ini, Soekarno membangun Jembatan Semanggi.

Alasan mengapa jembatan ini disebut jembatan Semanggi karena bentuknya yang seperti daun semangi.

Bahkan di tahun 1962, jembatan ini disebut sebagai cloverleaf bridge terbesar di Asia Tenggara.

4. Monumen Selamat Datang

sumber: kaskus.co.id

Di tahun 1961, Patung Selamat Datang dibangun di Jakarta oleh Edhie Sunarso sebagai penyambut orang asing yang datang ke Jakarta.

Orang-orang luar negeri yang datang ke Jakarta akan melihat Monumen Selamat Datang ketika perjalanan menuju ke Hotel Indonesia.

5. Monas

sumber: nusadaily.com

Proyek Mercusuar Soekarno berikutnya adalah Monas yang digagaskan Soekarno di 17 Agustus 1961.

Monumen Nasional atau Monas berada tepat di depan Istana Merdeka dan menjadi simbol perjuangan rakyat Indonesia.

Setelah sekian lama pembangunan tidak berlanjut, akhirnya Monas berhasil selesai di tahun 1975.

6. Gedung DPR/MPR

sumber: tagar.id

Pembangunan gedung DPR/MPR dibuka di tahun 1965 dan dibuat untuk acara Conference of The New Emerging Forces [CONEFO] di tahun 1966.

Soekarno membangun gedung ini untuk menegaskan kemerdekaan Indonesia di dunia internasional.

***

Semoga artikel ini bermanfaat bagi kamu, Sahabat 99!

Simak juga artikel menarik lainnya hanya di portal Berita 99.co Indonesia.

Kamu sedang mencari rumah di Bekasi?

Bisa jadi Green Avenue adalah jawabannya!

Cek saja di 99.co/id untuk menemukan rumah idamanmu!

Apa itu Politik Mercusuar? Politik Mercusuar merupakan proyek pembangunan nasional yang bertaraf internasional di masa Presiden Soekarno pada era demokrasi terpimpin pada rentang tahun 1959-1966. Adapun tujuan demokrasi terpimpin dijalankannya politik mercusuar adalah untuk mendapatkan perhatikan dari negara lain bahwa Indonesia bisa maju dan mampu. Disisi lain, pada masa itu Soekarno juga berharap ada negara lain yang mau ikut serta menjalin hubungan persahabatan dan pembangunan.

Pada akhirnya politik mercusuar ini hanya untuk mengejar gengsi saja dan tentunya tidak efektif dan efisien sebagai kebijakan diplomasi dan sistem demokrasi di Indonesia pada masa itu. Jika dilihat dari anggaran biaya yang dikeluarkan dalam proyek ini, bisa dibilang menghabiskan banyak anggaran negara. Lalu, apa saja contoh politik mercusuar yang terjadi pada era demokari terpimpin oleh Soekarno?

1. Pembangunan Stadion Senayan

Dalam sejarahnya, Indonesia pernah mengalami dua kali kegagalan proposal terkait penyelenggaraan Asian Games kepada Asian Games Federation atau AGF. Setelah masa kemerdekaan, Indonesia mendapatkan peluang untuk bisa menyelenggarakan Asian Games yang keempat karena mendapatkan pampasan dari perjanjian dengan Jepang setelah perang. Adapun hasil perjanjian pampasan dengan Jepang berkisar 200.000.000 juta dollar AS. Dengan hasil yang sangat besar tersebut, tentunya presiden Soekarno memanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar Asian Games ke-4 dapat diselenggarakan di Indonesia.

Pada 8 Februari 1960, secara resmi Presiden Soekarno meresmikan pembangunan Stadion bertaraf Internasional sesuai ketentuan dari AGF yang kini kita kenal sebagai Gelora Bung Karno yang telah beberapa kali mengalami renovasi. Contoh politik mercusuar proyek pembangunan stadion ini dikerjakan oleh ribuan orang untuk mengejar target dapat selesai sebelum pagelaran akbar tersebut. Pada tahun 1963 setelah pagelaran akbar se-Asia itu, Indonesia juga menyelenggarakan Games of New Emerging Forces atau dikenal sebagai GANEFO. GANEFO merupakan lomba kejuaraan di bidang olahraga dalam taraf Internasional yang diikuti sekitar 2000 altlet yang berasal dari 48 negara yang tersebar di Asia, Afrika, Amerika latin dan Eropa. 

2. Pembangunan Hotel Indonesia

Setelah proposal penyelenggaraan Asian Games di Indonesia disetujui, Soekarno kemudian melakukan pembangunan-pembangunan lain sebagai pendukung, salah satunya adalah pembangunan Hotel Indonesia. Hotel Indonesia sendiri merupakan proyek pertama yang dilakukan sebelum pembangunan Stadion Senayan. Pembangunan Hotel Indonesia resmi dimulai pada tahun 1959 dan kemudian didaulat sebagai hotel mewah bintang 5 pertama satu-satunya di Indonesia pada masa itu. Hotel tersebut nantinya akan difungsikan sebagai tempat untuk menampung altit ataupun tamu-tamu yang berasal dari luar negeri selama pagelaran Asian Games. Dari sudut pandang lain, pembangunan HI ternyata merupakan langkah awal perkembangan pariwisata Indonesia.

3. Jembatan Semanggi

Sistem pemerintahan orde lama ditandai dengan banyaknya pembangunan nasional. Contoh politik mercusuar era Soekarno adalah proyek transportasi. Proyek tersebut terdiri atas proyek Jembatan Semanggi, pelebaran ruas jalan serta pembangunan by pass. Proyek Jembatan Semanggi merupakan salah satu bangunan yang monumental dan menjadi jembatan layang pertama di Indonesia. Tujuan proyek semanggi adalah untuk mengatur lalu lintas agar lebih baik, terutama di daerah Senayan yang pada saat itu semakin ramai. Berdasarkan sejarah, Jembatan Semanggi dapat dikatakan sebagai cloeverleaf bridge terbesar di Asia Tenggara pada saat itu.

Bersamaan dengan itu, Soekarno juga membangun Jakarta by pass dengan panjang sekitar 27 KM di sekitar area Pelabuhan Tanjung Priok menuju pusat Jakarta. Pelebaran jalan juga dilakukan di sekitar Jl. Thamrin dan Sudirman guna memperlancar arus. Selain itu, dibangun pula Jl. Cawang-Grogol sepanjang 14 KM.

4. Proyek Stasiun TV

Contoh politik mercusuar selanjutnya adalah lahirnya stasiun Televisi Republik Indonesia atau TVRI sesuai dengan SK Menteri Penerangan pada tahun 1961. Stasiun TV tersebut difungsikan untuk menayangkan pagelaran Asian Games. Meskipun pada saat itu pemancarnya masih kecil dan didukung oleh kamera sederhana serta tayangannya masih hitam putih. Akan tetapi penanyangan pembukaan Asian Games pada saat itu memukau penduduk Indonesia. Lahirnya TVRI kemudian menjadi sejarah baru bagi media penyiaran di Indonesia. Hal ini karena sebelumnya Indonesia menggunakan pesawat TV yang dibuat oleh Uni Soviet.

5. Pembangunan Monas

Proyek lainnya adalah pembangunan monumen nasional atau monas yang juga membutuhkan dana tidak sedikit. Pembangunan tersebut bertujuan untuk mengingat sejarah kemerdekaan Indonesia dan sebagai monumen kebangkitan bangsa Indonesia . Bersamaan dengan itu, monas hingga saat ini menjadi ikon ibu kota Provinsi di Indonesia. Tidak jarang ketika musim liburan tiba, masih banyak orang-orang yang berdatangan ke monas untuk berwisata sejarah.

6. Pembangunan Gedung MPR/DPR

Contoh selanjutnya adalah pembangunan gedung untuk MPR/DPR. Padahal jika dilihat dari fungsinya, pada masa itu gedung MPR/DPR belum terlalu penting karena rapat tentang pembangunan nasional diadakan dalam beberapa kali saja dalam sebulan. Bahkan, jika tidak ada kondisi yang mendesak atau evaluasi dari program kerja pun tidak diadakan rapat. Oleh karena itu, pembangunan gedung tersebut semata-mata sebagai bentuk bahwa pemerintah sanggup membangun gedung-gedung elit yang digunakan untuk rapat besar.

Dengan adanya contoh politik mercusuar di era Soekarno ini dapat disimpulkan bahwa pada era demokrasi terpimpin tersebut justru membebani anggaran. Proyek-proyek tujuan pembangunan demokrasi pada masa itu membuat keadaan ekonomi masyarakat menjadi berat. Hal ini dikarenakan pemerintah lebih mementingkan pembangunan untuk mengejar gengsi dan tidak mengatasi permasalahan kebutuhan masyarakat dan sarana untuk menunjang perekonomian rakyat seperti pembangunan pasar dan lain sebagainya. Pada akhirnya hal tersebutlah yang menjadi penyebab berakhirnya demokrasi terpimpin di Indonesia.

Video yang berhubungan

Apa itu Politik Mercusuar? Politik Mercusuar merupakan proyek pembangunan nasional yang bertaraf internasional di masa Presiden Soekarno pada era demokrasi terpimpin pada rentang tahun 1959-1966. Adapun tujuan demokrasi terpimpin dijalankannya politik mercusuar adalah untuk mendapatkan perhatikan dari negara lain bahwa Indonesia bisa maju dan mampu. Disisi lain, pada masa itu Soekarno juga berharap ada negara lain yang mau ikut serta menjalin hubungan persahabatan dan pembangunan.

Pada akhirnya politik mercusuar ini hanya untuk mengejar gengsi saja dan tentunya tidak efektif dan efisien sebagai kebijakan diplomasi dan sistem demokrasi di Indonesia pada masa itu. Jika dilihat dari anggaran biaya yang dikeluarkan dalam proyek ini, bisa dibilang menghabiskan banyak anggaran negara. Lalu, apa saja contoh politik mercusuar yang terjadi pada era demokari terpimpin oleh Soekarno?

1. Pembangunan Stadion Senayan

Dalam sejarahnya, Indonesia pernah mengalami dua kali kegagalan proposal terkait penyelenggaraan Asian Games kepada Asian Games Federation atau AGF. Setelah masa kemerdekaan, Indonesia mendapatkan peluang untuk bisa menyelenggarakan Asian Games yang keempat karena mendapatkan pampasan dari perjanjian dengan Jepang setelah perang. Adapun hasil perjanjian pampasan dengan Jepang berkisar 200.000.000 juta dollar AS. Dengan hasil yang sangat besar tersebut, tentunya presiden Soekarno memanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar Asian Games ke-4 dapat diselenggarakan di Indonesia.

Pada 8 Februari 1960, secara resmi Presiden Soekarno meresmikan pembangunan Stadion bertaraf Internasional sesuai ketentuan dari AGF yang kini kita kenal sebagai Gelora Bung Karno yang telah beberapa kali mengalami renovasi. Contoh politik mercusuar proyek pembangunan stadion ini dikerjakan oleh ribuan orang untuk mengejar target dapat selesai sebelum pagelaran akbar tersebut. Pada tahun 1963 setelah pagelaran akbar se-Asia itu, Indonesia juga menyelenggarakan Games of New Emerging Forces atau dikenal sebagai GANEFO. GANEFO merupakan lomba kejuaraan di bidang olahraga dalam taraf Internasional yang diikuti sekitar 2000 altlet yang berasal dari 48 negara yang tersebar di Asia, Afrika, Amerika latin dan Eropa. 

2. Pembangunan Hotel Indonesia

Setelah proposal penyelenggaraan Asian Games di Indonesia disetujui, Soekarno kemudian melakukan pembangunan-pembangunan lain sebagai pendukung, salah satunya adalah pembangunan Hotel Indonesia. Hotel Indonesia sendiri merupakan proyek pertama yang dilakukan sebelum pembangunan Stadion Senayan. Pembangunan Hotel Indonesia resmi dimulai pada tahun 1959 dan kemudian didaulat sebagai hotel mewah bintang 5 pertama satu-satunya di Indonesia pada masa itu. Hotel tersebut nantinya akan difungsikan sebagai tempat untuk menampung altit ataupun tamu-tamu yang berasal dari luar negeri selama pagelaran Asian Games. Dari sudut pandang lain, pembangunan HI ternyata merupakan langkah awal perkembangan pariwisata Indonesia.

3. Jembatan Semanggi

Sistem pemerintahan orde lama ditandai dengan banyaknya pembangunan nasional. Contoh politik mercusuar era Soekarno adalah proyek transportasi. Proyek tersebut terdiri atas proyek Jembatan Semanggi, pelebaran ruas jalan serta pembangunan by pass. Proyek Jembatan Semanggi merupakan salah satu bangunan yang monumental dan menjadi jembatan layang pertama di Indonesia. Tujuan proyek semanggi adalah untuk mengatur lalu lintas agar lebih baik, terutama di daerah Senayan yang pada saat itu semakin ramai. Berdasarkan sejarah, Jembatan Semanggi dapat dikatakan sebagai cloeverleaf bridge terbesar di Asia Tenggara pada saat itu.

Bersamaan dengan itu, Soekarno juga membangun Jakarta by pass dengan panjang sekitar 27 KM di sekitar area Pelabuhan Tanjung Priok menuju pusat Jakarta. Pelebaran jalan juga dilakukan di sekitar Jl. Thamrin dan Sudirman guna memperlancar arus. Selain itu, dibangun pula Jl. Cawang-Grogol sepanjang 14 KM.

4. Proyek Stasiun TV

Contoh politik mercusuar selanjutnya adalah lahirnya stasiun Televisi Republik Indonesia atau TVRI sesuai dengan SK Menteri Penerangan pada tahun 1961. Stasiun TV tersebut difungsikan untuk menayangkan pagelaran Asian Games. Meskipun pada saat itu pemancarnya masih kecil dan didukung oleh kamera sederhana serta tayangannya masih hitam putih. Akan tetapi penanyangan pembukaan Asian Games pada saat itu memukau penduduk Indonesia. Lahirnya TVRI kemudian menjadi sejarah baru bagi media penyiaran di Indonesia. Hal ini karena sebelumnya Indonesia menggunakan pesawat TV yang dibuat oleh Uni Soviet.

5. Pembangunan Monas

Proyek lainnya adalah pembangunan monumen nasional atau monas yang juga membutuhkan dana tidak sedikit. Pembangunan tersebut bertujuan untuk mengingat sejarah kemerdekaan Indonesia dan sebagai monumen kebangkitan bangsa Indonesia . Bersamaan dengan itu, monas hingga saat ini menjadi ikon ibu kota Provinsi di Indonesia. Tidak jarang ketika musim liburan tiba, masih banyak orang-orang yang berdatangan ke monas untuk berwisata sejarah.

6. Pembangunan Gedung MPR/DPR

Contoh selanjutnya adalah pembangunan gedung untuk MPR/DPR. Padahal jika dilihat dari fungsinya, pada masa itu gedung MPR/DPR belum terlalu penting karena rapat tentang pembangunan nasional diadakan dalam beberapa kali saja dalam sebulan. Bahkan, jika tidak ada kondisi yang mendesak atau evaluasi dari program kerja pun tidak diadakan rapat. Oleh karena itu, pembangunan gedung tersebut semata-mata sebagai bentuk bahwa pemerintah sanggup membangun gedung-gedung elit yang digunakan untuk rapat besar.

Dengan adanya contoh politik mercusuar di era Soekarno ini dapat disimpulkan bahwa pada era demokrasi terpimpin tersebut justru membebani anggaran. Proyek-proyek tujuan pembangunan demokrasi pada masa itu membuat keadaan ekonomi masyarakat menjadi berat. Hal ini dikarenakan pemerintah lebih mementingkan pembangunan untuk mengejar gengsi dan tidak mengatasi permasalahan kebutuhan masyarakat dan sarana untuk menunjang perekonomian rakyat seperti pembangunan pasar dan lain sebagainya. Pada akhirnya hal tersebutlah yang menjadi penyebab berakhirnya demokrasi terpimpin di Indonesia.