Bagaimana sikapmu jika diajak untuk perbuatan yang dilarang allah

Penyebab marah sangatlah beragam, di antara satu dan yang lainnya berbeda-beda. Ada kalanya karena sifat temperamental. Sangat reaktif terhadap hal yang tidak menyenangkan.

Ada kemarahan karena budaya sekitar yang sulit diajak kompromi dalam meredam kemarahan. Sehingga, mudah sekali tersulut kemarahan bahkan mengekspresikan kejengkelan melalui tawuran secara masal.

Perilaku marah karena belajar kepada lingkungan. Hal ini terjadi jika seseorang dibesarkan dalam sebuah suasana, di mana figur yang menjadi contoh sangat pemarah sehingga berefek pada peniruan orang sekitarnya.

Marah juga dapat disebabkan karena menganggap dirinya sebagai orang penting,  harga diri yang melambung, gaya hidup narsisitik, perfectonis serta neurotic. Mereka ini sangat tinggi dalam menjaga diri. Memenuhi keinginan diri sehingga sangat sensitif dan reaktif terhadap stimulus kecil yang menghambat atau mengecewakan tujuan yang akan dicapainya.

Berbagai latar belakang bisa dengan cepat menimbulkan dorongan kemarahan, namun sebenarnya kemarahan disebabkan karena terjadinya gap antara keinginan dan kenyataan yang sesungguhnya. Ditambah lagi dengan terbatasnya waktu yang ada. Keadaan ini dapat menjadikan seseorang bingung, tertekan dan berusaha mencari jalan ke luar.

Pertanyaan yang seringkali muncul dalam pikiran kita, kapan kita diperbolehkan marah dan bagaimana agar tidak mengganggu kesehatan? Strategi apa yang perlu dipelajari agar kemarahan menjadi sesuatu yang memiliki nilai dan tidak membuat kekacauan?

Bagaimana marah yang mendidik dan membangun?

Ada beberapa pendekatan agar marah mendidik dan membangun. Pendekatan fisiologis yakni menekankan regulasi tubuh ketika sedang marah, seperti, merendahkan posisi badan ke arah yang lebih rendah, duduk dan berbaring, tarik nafas panjang sebelum marah,  minum air hangat serta mencari penyaluran kegiatan fisik dengan berolah raga atau mengerjakan aktivitas fisik untuk mengarahkan dorongan energi yang besar.

Secara psikologis, cara penting yang paling utama adalah menyadari bahwa kita sedang marah, berfikir ulang terhadap tertundanya keinginan, memikirkan sisi positif dari kejadian yang tidak menyenangkan, memilikrkan dampak negatif terhadap kesehatan diri, belajar menunda kepuasan, menyalurkan hobi dengan berkarya sehingga energi yang terkumpul dapat diarahkan pada kegiatan yang bermanfaat.  Sharing dengan sahabat, teman atau siapa saja yang dapat menjadi tempat untuk memuntahkan isi beban yang sedang dialami. Menulis pada buku harian, mengekspresikan dengan menggambar, membuat cerita atau sekedar menggoreskan isi hati melalui buku merupakan kegiatan positif dibandingkan dengan penumpahan kemarahan secara langsung. 

Dalam pendekatan religius marah bukannya dilarang melainkan dapat dilakukan dengan alasan tertentu, misalnya Rasulullah SAW, bukannya tidak pernah marah. Beliau akan sangat marah khususnya jika melihat atau mendengar sesuatu yang dibenci Allah dijalankan oleh umatnya, dan  tidak pernah marah jika celaan hanya tertuju pada pribadinya. Marah merupakan sifat bawaan yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia untuk membedakan dengan malakikat dan setan. Dimana Malaikat tidak memiliki nafsu amarah, setan bergelimang dengan marah dan manusia diantaranya, karena Allah memberikan akal dan nafsu. Sehingga marah merupakan tabiat yang tidak akan hilang namun mampu dikendalikan atau dikuasai agar tidak menimbulkan dampak negatif  yang membahayakan bagi dirinya dan orang lain serta lingkungannya. 

Dalam pendekatan religius ada empat pemicu emosi yaitu: kemarahan, syahwat, kecemasan dan kenginan atau nafsu. Empat hal tersebut merupakan sifat dasar yang dimiliki manusia, sehingga jika terhalang atau tidak dapat dipenuhi dapat meningkatkan gejolak emosi sehingga mendorong seseorang untuk mencari keseimbangan dalam memenuhi tuntutan tersebut. Allah memberikan manusia dua kekuatan yang saling tarik menarik, yakni fujur dan taqwa. Fujr adalah keuatan yang mengajak manusia untuk memuaskan keinginan nafsunya sedangkan taqwa adalah mengarahkan keinginan manusia kearah positif melalui pengendalian dan pengontrolan nafsu untuk mencapai tingkat ketaqwaa. 

Rambu-rambu agama telah mengajarkan kita agar mengendalikan amarah dengan cara yang telah dituntunkan oleh wahyu dan tuntunan Rosululloh. Pengendalian marah merupakan suatu cara dalam melakukan manajemen qalbu, yakni mengarahkan dan mengontrol nafsu yang merusak diri dan membuat kehancuran. Sifat  emosional  merupakan nafsu amarah yang mengarah kepada kejahatan (Q.S. Yusuf, 12.53), sedangkan nafsu Lauwammah merupakan nafsu yang menjadikan diri kita menyesal setelahnya/menimbulkan penyesalan diri (Q.S.Al Qiyamah, 75:2

Jika kita mengikuti beberapa ajaran sunnah untuk mengendalikan amarah, Rasulullah  SAW bersabda: Orang kuat itu bukanlah yang menang dalam gulat tetapi mereka  mampu menahan nafsu amarahnya.

Bagaimana sikapmu jika diajak untuk perbuatan yang dilarang allah
Ilustrasi gosip. ©Shutterstock

JABAR | 4 Februari 2021 12:01 Reporter : Andre Kurniawan

Merdeka.com - Setiap umat muslim pasti tidak ingin dirinya masuk ke dalam jeratan dosa. Menaati perintah Allah SWT dan menjauhi setiap apa yang dilarang oleh agama merupakan kewajiban bagi umat Islam. Namun, ada perbuatan dosa yang sering dilakukan manusia tanpa mereka sadari. Perbuatan dosa tersebut adalah ghibah.

Meski identik dengan perempuan, namun laki-laki pun terkadang juga tidak bisa menghindari perbuatan ghibah ini. Ketika sedang asyik berkumpul atau berinteraksi dengan teman, terkadang kita tidak bisa mengontrol pembicaraan sehingga tanpa sadar kita sudah menggunjing seseorang.

Ghibah adalah perbuatan di mana kita membicarakan aib atau keburukan orang lain. Ghibah adalah salah satu perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT dan termasuk dalam perbuatan dosa besar. Bahkan meskipun yang dibicarakan itu sesuai kenyataan, ghibah tetaplah perbuatan yang zalim.

Meski ghibah sulit dihindari, namun kita harus tetap mencoba untuk menghindari perbuatan dosa ini. Allah SWT sendiri mengibaratkan pelaku ghibah seperti memakan daging saudaranya yang sudah mati.

"Dan janganlah sebagian kalian ghibah (menggunjing) sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka tentulah kalian akan merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang." (Q.S Al Hujurat : 12).

2 dari 4 halaman

Bagaimana sikapmu jika diajak untuk perbuatan yang dilarang allah

©McKay Caston

Ghibah adalah perbuatan yang termasuk dalam golongan dosa besar. Selain firman Allah SWT pada surat Al Hujurat yang telah disebutkan sebelumnya, Rasulullah SAW juga pernah menjelaskan masalah ghibah ini kepada para sahabat,

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim).

Dilansir dari rumaysho.com, Imam Nawawi juga ikut menjelaskan bahwa ghibah adalah menyebutkan kejelekan orang lain di saat ia tidak ada saat pembicaraan. (Syarh Shahih Muslim, 16: 129).

Dalam Al Adzkar, Imam Nawawi menyebutkan, “Ghibah adalah sesuatu yang amat jelek, namun tersebar dikhalayak ramai. Yang bisa selamat dari tergelincirnya lisan seperti ini hanyalah sedikit. Ghibah memang membicarakan sesuatu yang ada pada orang lain, namun yang diceritakan adalah sesuatu yang ia tidak suka untuk diperdengarkan pada orang lain. Sesuatu yang diceritakan bisa jadi pada badan, agama, dunia, diri, akhlak, bentuk fisik, harta, anak, orang tua, istri, pembantu, budak, pakaian, cara jalan, gerak-gerik, wajah berseri, kebodohan, wajah cemberutnya, kefasihan lidah, atau segala hal yang berkaitan dengannya. Cara ghibah bisa jadi melalui lisan, tulisan, isyarat, atau bermain isyarat dengan mata, tangan, kepala atau semisal itu.”

Ulama telah bersepakat bahwa hukum dari ghibah adalah haram. Ghibah adalah dosa besar. Perbuatan ghibah juga sama halnya dengan menjatuhkan kehormatan, mencemarkan nama baik, dan menginjak wibawa orang yg kita gunjing. Dalam kitab Bidayatul Hidayah karya Al Ghazali menerangkan bahwa membicarakan kejelekan orang lain lebih keji dari pada 30 kali perbuatan zina.

3 dari 4 halaman

Ghibah adalah perbuatan haram yang sulit untuk dihindari. Oleh karena itu, kita harus tetap waspada dengan perbuatan dosa ini. Dilansir dari brilio.net, berikut kami berikan bagaimana cara menghindari ghibah:

Berkumpul dengan orang sholeh

Pergaulan dan perkumpulan merupakan salah satu sumber ghibah yang paling besar. Oleh karena itu, untuk terhindar dari perbuatan dosa ini, ada baiknya kita bijak memilih dengan siapa kita harus berkumpul. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:

"Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap." (HR. Bukhari dan Muslim).

Menjaga lidah

Secara tidak sadar, kita bisa saja terjebak dalam perbuatan ghibah jika tidak menjaga lidah dan mulut. Ketika apa yang dibicarakan sudah mulai mengarah ke hal yang tidak baik, segera berhenti dan ganti topik dengan hal lain yang lebih bermanfaat.

Dari Sahl bin Sa'ad ra, Rosulullah SAW pernah bersabda:

"Barangsiapa yang dapat memberikan jaminan kepadaku tentang kebaikannya apa yang ada di antara kedua tulang rahangnya – yakni mulut atau lidah, serta antara kedua kakinya – yakni kemaluannya, maka saya memberikan jaminan surga untuknya." (Muttafaq 'alaih).

4 dari 4 halaman

Sebelum terlena dengan pembicaraan seru saat berkumpul dengan teman-teman, yang berpotensi dapat membawa seseorang melakukan ghibah, alangkah baiknya kita berintropeksi diri terlebih dahulu. Dengan intropeksi diri, akan membuat kita merasa enggan dan malu jika membicarakan orang lain, karena kita akan berpikir bahwa diri sendiri masih memiliki banyak kesalahan yang harus dibenahi.

Perbanyak berpikir positif

Pikiran positif akan memberikan pengaruh yang baik bagi kehidupan seseorang. Pikiran positif juga akan meminimalisir munculnya pikiran buruk terhadap apa pun, termasuk kepada orang lain. Jadi, ketika pembicaraan mulai mengarah pada ghibah, kita bisa menolak dengan perlahan dan tetap berprasangka baik kepada orang yang akan dibicarakan tersebut.

Saling mengingatkan

Ketika ada seorang teman yang mulai menggunjing orang lain, maka sebagai seorang muslim, hendaknya kita mengingatkan mereka bahwa ghibah adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Hal ini juga sudah tercatat dalam Alquran yang artinya,

"Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." (Q.S Al Ashr : 1-3).

Perbanyak Istighfar

Seorang muslim sudah semestinya selalu mengingat Allah SWT dengan memperbanyak istighfar kapan pun dan di mana pun. Hal ini untuk memohon ampunan atas segala dosa yang ia sengaja maupun tidak disengaja. Dengan memperbanyak istighfar, juga bisa menjadi pelindung dari perbuatan dosa sehingga kita terhindar dari perbuatan ghibah karena merasa takut dengan dosanya.

(mdk/ank)