Bagaimana peran Indonesia dalam kerjasama keamanan maritim di ASEAN

Senin, 23 Agustus 2021

Bagaimana peran Indonesia dalam kerjasama keamanan maritim di ASEAN

Jakarta – Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) M. Herindra, Senin (23/8), secara daring menjadi keynote speaker dalam 4th International Maritime Security Symposium (IMSS) 2021 yang diselenggarakan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal) dan dibuka oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono, S.E., M.M.

Pada IMSS yang merupakan agenda tahunan, kali ini mengambil tema “International Maritime Security Cooperation For Security, Peace And Prosperity” (Kerjasama Internasional Keamanan Maritim untuk Keamanan, Perdamaian, dan Kemakmuran) serta diikuti 259 peserta dari 37 negara sahabat.

Wamenhan M. Herindra dalam penjelasannya mengatakan, bahwa pada Pertemuan Menteri Pertahanan ASEAN Bulan Juni 2021, telah disepakati Makalah Diskusi Outlook ASEAN, tentang Indo-Pasifik dari Perspektif Pertahanan. Indonesia sebagai inisiator ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) memandang pentingnya pendekatan ASEAN terhadap Indo-Pasifik dari perspektif pertahanan, khususnya kerja sama pertahanan dengan mitra dialog ASEAN, yang telah berkontribusi besar dalam menciptakan perdamaian dan kemakmuran di dunia.

Bagaimana peran Indonesia dalam kerjasama keamanan maritim di ASEAN

“ASEAN Outlook on the Indo-Pacific dari Perspektif Pertahanan, berfungsi sebagai panduan bagi ASEAN di bidang kerja sama pertahanan dan interaksi ADMM dengan mitra dialog. Selain itu, AOIP juga bertujuan menjembatani kepentingan negara-negara Indo-Pasifik dalam menjaga perdamaian, keamanan, dan kemakmuran dengan peran sentral serta strategis ASEAN”, kata Wamenhan.

Hal ini merupakan respon dari dinamika geopolitik yang berkembang saat ini, demi memastikan kawasan tetap stabil, damai, dan sejahtera. Dengan adanya AOIP, negara-negara ASEAN mengedepankan dialog, saling kepercayaan dan win-win solution. Sedangkan tujuan dan prinsip AOIP, dapat memberikan panduan bagi keterlibatan ASEAN di kawasan Asia-Pasifik dan Samudra Hindia, guna mendorong mitra eksternal ASEAN dalam melakukan kerja sama praktis pada empat bidang utama yang diidentifikasi dalam AOIP.

Dari keempat bidang kerja sama tersebut, salah satunya adalah bidang kerja sama maritim mencakup peningkatan penyelesaian sengketa secara damai, peningkatan keselamatan dan keamanan maritim, kebebasan navigasi dan penerbangan, serta penanganan kejahatan internasional. Hal lainnya, juga mencakup kerjasama untuk pengelolaan sumber daya kelautan yang berkelanjutan, kerjasama mengatasi masalah lingkungan laut serta kerjasama teknis dalam ilmu kelautan. (Biro Humas Setjen Kemhan)

Skripsi ini bertujuan untuk menilai peran Indonesia dalam menjaga keamanan laut regional di Asia Tenggara melalui kerja sama ASEAN. Kondisi geografis maritim kawasan Asia Tenggara memainkan peran penting dalam perekonomian kawasan, sehingga juga memiliki ancaman keamanan maritim non-tradisional yang berbeda, seperti: pembajakan, terorisme, penyelundupan manusia, penangkapan ikan, dan polusi laut. Pada tahun 2014, Indonesia telah memprakarsai konsep Poros Maritim Dunia di mana visi Indonesia menjadi negara maritim yang berdaulat, maju, mandiri, dan kuat. Poros Maritim Dunia menunjukkan pentingnya Indonesia sebagai negara maritim dan menegaskan pentingnya Indonesia dalam menentukan masa depan wilayah Pasifik dan Samudra Hindia. Konsep ini menekankan pentingnya peran ASEAN dalam menjaga perdamaian, stabilitas, dan keamanan di kawasan ini. Dengan ASEAN sebagai tulang punggung kerja sama maritim, mekanisme yang dipimpin ASEAN seperti KTT Asia Timur (EAS) dapat digabungkan dengan Indian Ocean Rim Association (IORA) untuk memerangi ancaman maritim non-tradisional di Asia Tenggara. Skripsi ini menggunakan konsep keamanan maritim dan teori institusionalisme regional untuk menjawab pertanyaan penelitian. Temuan-temuan dari tesis ini menunjukkan bahwa Indonesia telah memainkan peran penting dalam keamanan Asia Tenggara sejak lama, baik melalui posisinya yang sentral di ASEAN maupun melalui kebijakan domestik yang mereka terapkan. Sebagai contoh, upaya Indonesia untuk memerangi IUU fishing menonjol sebagai kasus yang berhasil membawa semua elemen tata kelola kelautan untuk menghadapi tantangan maritim. Penelitian ini telah memperlihatkan peran Indonesia dalam menjaga keamanan laut regional di Asia Tenggara karena lembaga-lembaga regional menjadi alat utama dalam melaksanakan proses tersebut. Indonesia mengadopsi kerjasama ASEAN sebagai media dalam memerangi ancaman maritim non-tradisional, yang juga memberikan manfaat bagi kawasan Indo-Pasifik. Kerja sama ini akan didasarkan pada pentingnya institusionalisme regional dalam memfasilitasi kepentingan negara dalam dunia saling ketergantungan yang kompleks. Ini juga menekankan peran Indonesia yang terus tumbuh dalam penetapan agenda di ASEAN dan IORA.

This thesis aims to assess the role of Indonesia in maintaining regional maritime security in Southeast Asia through ASEAN cooperation. The maritime geography of the Southeast Asia region plays a significant role in the economy of the region, thus also possess distinct non-traditional maritime security threats, such as: piracy, terrorism, people smuggling, IUU fishing and marine pollution. In 2014, Indonesia has initiated Global Maritime Fulcrum concept in which the vision of Indonesia to become a sovereign, advanced, independent, strong maritime nation. The GMF embraces the significance of Indonesia as a maritime nation and asserts its importance in deciding the future of the Pacific and Indian Ocean region. The concept stresses the importance of ASEAN's role in maintaining peace, stability, and security in the region. With ASEAN as the backbone of maritime cooperation, ASEAN-led mechanism such as the East Asia Summit (EAS) could be coupled with the Indian Ocean Rim Association (IORA) to combat the non-traditional maritime threats in Southeast Asia. This thesis uses the concept of maritime security and theory of regional institutionalism to answer the research question. The findings of this thesis indicate that Indonesia has played a vital role in the security of Southeast Asia for a long time, both through its prominent position in ASEAN and through the domestic policies they implemented. For example, Indonesian efforts to combat IUU fishing stand out as a successful case of bringing all elements of maritime governance to bear to combat a maritime challenge. The research has manifested the role of Indonesia in maintaining regional maritime security in Southeast Asia as the regional institutions became the main apparatus in delivering the process. Indonesia is adopting ASEAN cooperation as a medium in combatting non-traditional maritime threats, which also grants benefits to Indo-Pacific region. The cooperation will be based on the importance of regional institutionalism in facilitating states interests in the world of complex interdependence. It also emphasizes the growing role of Indonesia in the agenda setting in the ASEAN and IORA.

Kata Kunci : maritime security, regional institutionalism, Southeast Asia, ASEAN, Indonesian Government, Global Maritime Fulcrum, IORA, Indo-Pacific

rangkuman khalifah ali bin abi thalib tolng ya besok dinilai​

sebutkan tiga unsur utama pembuat testil​

5. Berikut yang termasuk sifat Nabi Isa asadalah ....a. malas menghadiri pengajianb. takut menegakkan kebenaranc. tidak mengenal Baitulmaqdisd. haus a … kan ilmu pengetahuan​

cerita sejarahnya kerajaan sri bangun​

peresiden pertama adalah​

Tuliskan contoh perbuatan hidup menurut daging dan roh!___________​

siapa raja kerajaan sri bangun​

Tuliskan perbedaan hidup menurut daging dan roh!terimakasih​

carilah krlerajaan kerajaan yang bercorak budha !!!!!!!​

9 Minggu =. harihg igihm​