Bagaimana pendapat a h johns mengenai proses islamisasi di indonesia

Di lihat dari proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia, ada tiga teori yang berkembang. Teori Gujarat, teori Makkah, dan teori Persia (Ahmad Mansur, 1996). Ketiga teori tersebut, saling mengemukakan perspektif kapan masuknya Islam, asal negara, penyebar atau pembawa Islam ke Nusantara.

1. Teori Mekah

Teori Mekah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari Mekah atau Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA, salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan pendapatnya ini pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada dies natalis Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa Islam datang ke Indonesia tidak langsung dari Arab. Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan HAMKA adalah sumber lokal Indonesia dan sumber Arab.

Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh nilai nilai ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam. Dalam pandangan Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah berlangsung jauh sebelum tarikh masehi.

Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang banyak kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-prasangka penulis orientalis Barat yang cenderung memojokkan Islam di Indonesia. Penulis Barat, kata HAMKA, melakukan upaya yang sangat sistematik untuk menghilangkan keyakinan negeri-negeri Melayu tentang hubungan rohani yang mesra antara mereka dengan tanah Arab sebagai sumber utama Islam di Indonesia dalam menimba ilmu agama. Dalam pandangan HAMKA, orang-orang Islam di Indonesia mendapatkan Islam dari orang- orang pertama (orang Arab), bukan dari hanya sekadar perdagangan. Pandangan HAMKA ini hampir sama dengan Teori Sufi yang diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan bahwa para musafirlah (kaum pengembara) yang telah melakukan islamisasi awal di Indonesia. Kaum Sufi biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendirikan kumpulan atau perguruan tarekat.

2. Teori Gujarat

Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat ini terletak di India bagain barat, berdekaran dengan Laut Arab. Tokoh yang menyosialisasikan teori ini kebanyakan adalah sarjana dari Belanda. Sarjana pertama yang mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas Leiden pada abad ke 19. Menurutnya, orang-orang Arab bermahzab Syafei telah bermukim di Gujarat dan Malabar sejak awal Hijriyyah (abad ke7 Masehi), namun yang menyebarkan Islam ke Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur, termasuk Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, teori Pijnapel ini diamini dan disebarkan oleh seorang orientalis terkemuka Belanda, Snouck Hurgronje. Menurutnya, Islam telah lebih dulu berkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua India. Orang-orang Gujarat telah lebih awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia dibanding dengan pedagang Arab. Dalam pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab terjadi pada masa berikutnya. Orang-orang Arab yang datang ini kebanyakan adalah keturunan Nabi Muhammad yang menggunakan gelar “sayid” atau “syarif ” di di depan namanya.

Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P. Moquetta (1912) yang memberikan argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya adalah kesamaan mahzab Syafei yang di anut masyarakat muslim di Gujarat dan Indonesia.

3. Teori Persia

Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari daerah Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia.

Tradisi tersebut antara lain: tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang dalam tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi. Tradisi lain adalah ajaran mistik yang banyak kesamaan, misalnya antara ajaran Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah dengan ajaran sufi Al-Hallaj dari Persia. Bukan kebetulan, keduanya mati dihukum oleh penguasa setempat karena ajaran-ajarannya dinilai bertentangan dengan ketauhidan Islam (murtad) dan membahayakan stabilitas politik dan sosial. Alasan lain yang dikemukakan Hoesein yang sejalan dengan teori Moquetta, yaitu ada kesamaan seni kaligrafi pahat pada batu-batu nisan yang dipakai di kuburan Islam awal di Indonesia. Kesamaan lain adalah bahwa umat Islam Indonesia menganut mahzab Syafei, sama seperti kebanyak muslim di Iran.

Sumber:

Abdullah, Taufik (ed.).1991.Sejarah Umat Islam Indonesia. Jakarta: Majelis Ulama Indonesia.

Badri, Yatim. 2000. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto.1993. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Jawaban:

Teori Mekah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari Mekah atau Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA, salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan pendapatnya ini pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada dies natalis Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa Islam datang ke Indonesia tidak langsung dari Arab. Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan HAMKA adalah sumber lokal Indonesia dan sumber Arab. Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh nilai nilai ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam. Dalam pandangan Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah berlangsung jauh sebelum tarikh masehi.

Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang banyak kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-prasangka penulis orientalis Barat yang cenderung memojokkan Islam di Indonesia. Penulis Barat, kata HAMKA, melakukan upaya yang sangat sistematik untuk menghilangkan keyakinan negeri-negeri Melayu tentang hubungan rohani yang mesra antara mereka dengan tanah Arab sebagai sumber utama Islam di Indonesia dalam menimba ilmu agama. Dalam pandangan HAMKA, orang-orang Islam di Indonesia mendapatkan Islam dari orang- orang pertama (orang Arab), bukan dari hanya sekadar perdagangan. Pandangan HAMKA ini hampir sama dengan Teori Sufi yang diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan bahwa para musafirlah (kaum pengembara) yang telah melakukan islamisasi awal di Indonesia. Kaum Sufi biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendirikan kumpulan atau perguruan tarekat.

Bagaimana pendapat a h johns mengenai proses islamisasi di indonesia

menurut A.H. Johns proses islamisasi dilakukan oleh para musafir yg datang ke kepulauan Indonesia. kaum tsb biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainya dgn motivasi hanya pengembangan agama islam

              Pada abad VII masehi islam masuk di pesisir utara pulau sumatra. Akan tetapi , islam mulai berkembang pesat pada abad XIII Masehi. Meskipun demikian pernyataan tersebut masih menjadi kajian dan perdebatan antara para ilmuwan dan ahli. Perdebatan mengenai kedatangan islam di indonesia mencakup tiga masalah pokok, yaitu tempat asal kedatangan islam, pembawa agama islam, dan waktu kedatangan islam. Oleh karena itu kedatangan islam memunculkan berbagai teori.

               Berbekal fakta dan bukti yang di milikinya, para ahli mulai menganalisis ketiga permasalahan tersebut. Mereka menyampaikan beberapa teori yang menjelaskan proses kedatangan islam di indonesia. beberapa teori mengenai kedatangan islam di indonesia. berikut ini bebepa teori mengenai kedatangan islam di indonesia.

a.]  Teori gujarat

Gujarat merupakan wilayah yang kini temasuk wilayah india. Teori gujarat menjelaskan islam masuk ke indonesia pada ke XIII masehi dibawa oleh para pedagang dari gujarat. Teori gujarat pertama kali di cetuskan oleh J.Pijnapel. teori gujarat mendapat dukungan beberapa tokoh antara lain Snouck Hurgronje, W.F. Stutterheim, dan Sucipto Wirjosuparto. Menurut J.Pijnapel, orang orang arab bermahzab syafi’i telah bermukim di gujarat dan Malabar sejak abad VII Masehi. Penyebaran islam di Indonesia tidak di lakukan para pedagang Arab secara langsung, tetapi oleh para pedatang gujarat yang telah memeluk islam dan berdagang di Indonesia.

Snouck Hurgronje menyatakan teori gujarat di dasarkan pada pendapat bahwa orang orang Gujarat lebih dulu menjalin hubungan dagang dengan para pedagang arab.

Sucipto Wirjosuparto mendasarkan teori gujarat atas bukti berikut:

1.]  corak batu nisan makan Sultan Malik as-Saleh dan Maulana Malik Ibrahim memiliki kemiripan dengan corak nisan yang ada di Gujarat.

2.]  Hubungan dagang antara masyarakat Indonesia dan India telah lama terjalin, melalui jalur perdagangan Indonesia-Cambay-Timur tengah-Eropa.

      Teori gujarat mendapat sanggahan dari banyak ahli. Bukti bukti yang lebih akurat seperti berita dari Arab, Persia, Turki, dan Indonesia memperkuat keterangan bahwa islam masuk di indonesia bukan di bawa oleh pedagang dari gujarat. Sejarawan azyumardi azra menjelaskan gujarat dan kota kota di anak benua merupakan tempat persinggahan para pedagang arab sebelum melanjutkan perjalanan ke Asia Tenggara dan Asia Timur. Selain itu, pada abad XII-XIII Masehi pengaruh hindu masih kuat di wilayah gujarat.

b.]  Teori persia

Persia merupakan salah satu bangsa yang membangun peradaban di wilayah Mesopotamia atau Timur tengah. Pada saat itu wilayah persia merupakan bagian negara iran. Teori persia menyatakan bahwa islam di indonesia berasal dari Persia. Pencetus teori ini adalah Husein Djajaningrat dan Umar Amir Husein. Husein Djajadiningrat berdasarkan argumentasinya pada bukti berikut.

1.]  Kesamaan budaya timur dan tradisi yang berkembang antara masyarakat persia dan Indoesia. Salah satu persamaan tradisi tersebut adalah tradisi perayaan 10 muharam atau Asyuro di persia sebagai hari suci kaum syiah atas wafatnya Husein bin Ali, cucu nabi Muhammad SAW dengan tradisi Tabot di bengkulu dan tradisi tabuik di sumatra barat.

2.]  Ajaran sufi Wihdatul Wujud Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah memiliki kesamaan dengan ajaran sufi Al-hallaj dari persia.

3.]  Kesamaan seni kaligrafi pada nisan makam makam Islam di Indonesia dengan makam makam Islam di Persia.

4.]  Penggunaan gelar Syah pada raja raja Islam di indonesia.

Umar amir Husein mendukung bukti bukti yang dikemukakan oleh Husein Djajadiningrat dengan mengemukakan bukti tambahan. Bukti tambahan tersebut sebagai berikut.

1.]  Di persia terdapat suku Leran. Kemungkinan besar suku Leran berasal dari Jawa. Kemungkinan ini di dukung dengan adanya kampung bernama Leran di Jawa Timur.

2.]  Di persia terdapat suku jawi. Suku jawi di duga mengajarkan huruf arab di jawa. Huruf arab tersebut dinamakan huruf arab pregon dan sering digunakan dalam naskah-naskah kuno pada masa kerajaan islam di indonesia.

c.]  Teori Mekah

Teori mekah menyatakan islam masuk di indonesia pada abad VII masehi dan berasal langsung dari mekah dan madinah. Menurut teori ini islam masuk di indonesia pada abad hijriah. Bahkan ketika nabi Muhammad masih hidup. Teori ini muncul sebagai sanggahan teori persia dan gujarat. Pendukung teori mekah antara lain Haji Abdul Malik Amrullah [HAMKA], Ahmad Mansyur Suryanegara, A.H.Johns, dan T.W. Arnold.

Menurut HAMKA, teori mekah di dasarkan pada bukti bukti berikut.

1.]  Catatan Ibnu Batutah yang menjelaskan Raja Samudera Pasai mazhab syafi’i. Mazhab syafi’i merupakan mazhab terbesar di arab dan di mesir. Hamka berpendapat jika islam berasal dari persia, tentu sebagian besar rakyat indonesia menganut aliran syiah. Sebaliknya, jika islan berasal dari gujarat, mazhab yang di anut seharusnya mazhab Hanafi seperti mazhab yang di anut muslim di india.

2.]  Raja raja samudera pasai menggunakan gelar Al-Malik yang biasa di gunakan oleh raja raja mesir.

Pendapat hamka tersebut hampir sama dengan pendapat teori sufi  yang dikemukakan oleh A.H. Johns. Dalam teori sufi tersebut A.H.Johns menyatakan islamisasi di Indonesia dilakukan oleh para musafir Arab. Kaum sufi arab biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lain untuk mendirikan perguruan terekat. A.H. Jons mendasarkan keberadaan mazhab syafi’i yang di anut oleh sebagian besar masyarakat indonesia. mazhab syafi’i merupakan mazhab terbesar yang di anut penduduk muslim arab.

T.W. Arnold dalam bukunya The Preaching Of Islam menjelaskan pada abad VII masehi di pesisir pantai barat sumatra terdapat komunitas muslim yang terdiri atas pedagang arab. Komunitas ini terbentuk akibat pernikahan para pedagang arab dengan wanita lokal. Dalam perkembangannya, islam menyebar ke jawa pada abad XI masehi. Bukti persebaran ini di tunjukkan dengan penemuan batu nisan makam fatimah binti maimun di leran, Gresik, Jawa Timur.

d.]  Teori cina

Pernakah anda mendengar nama laksamana cheng ho? Laksamana cheng ho merupakan seorang laksamana muslim dari Cina. Laksamana cheng ho pernah mencapai pulau jawa dan membangun peninggalan berupa kelenteng sam po kong di kota semarang, jawa tengah. Kedatangan laksamana cheng ho memunculkan teori baru mengenai kedatangan islam di Indoensia. Teori yang dimaksud adalah teori cina.

Teori cina menyatakan proses kedatangan islam di indonesia berasal dari para perantau cina. Orang cina telah berhubungan denga masyarakat indonesia jauh sebelum islam berkembang di indonesia. pada masa hindu-buddha orang cina telah berbaur dengan penduduk indonesia, terutama melalui kontak dagang. Bahkan ajaran islam telah sampai di cina pada abad VII masehi saat islam sedang berkembang. Dalam buku arus cina-islam-jawa , sumanto al-qurtubi menyatakan pada abad VII Masehi di daerah keraton, zhang-zhao, quanzhou, dan pesisir cina bagian selatan telah terdapat pemukiman islam.

Jika dilihat dari beberapa sumber baik luar negeri maupun lokal, teori cina dapat di terima. Bahkan, sejumlah sumber lokal menyatakan raja islam di demak, yaitu Raden Patah merupakan keturunan cina. Fakta ini didasarkan pada keberadaan ibu Raden Patah yang berasal dari campa, cina bagian selatan. Berdasarkan sejarah banten dan hikayat hasanuddin , nama dan gelar raja raja demak beserta leluhurnya di tulis menggunakan istilah cina, seperti cek ko po, jin bun, cek ban cun, cun ceh, dan cu-cu. Selain itu nama nama seperti munggul dan moechoel ditafsirkan sebagai sebutan lain dari Mongol, sebuah wilayah di utara cina berbatasan dengan Rusia.

Setiap teori memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri. Hal tersebut karena para ahli memiliki bukti kuat untuk mendukung teori yang dikemukakannya. Meskipun para ahli memiliki dasar kuat dalam setiap teori yang mereka cetuskan, mereka tidak saling menyudutkan teori yang dikemukakan ahli lain. Dalam dunia ilmu pengetahuan, munculnya berbagai teori justru akan semakin memperkaya khazana pengetahuan. Oleh karena itu, setiap teori masih terbuka untuk di kaji kembali.

Video yang berhubungan