Bagaimana hubungan antara pemanasan global dengan kenaikan air laut

Dhamayanti, DyahAyu (2016) Studi Kenaikan Muka Air, Suhu Permukaan Laut, Dan Kaitannya Dengan Variasi Iklim: Studi Kasus Perairan Prigi, Trenggalek, Jawa Timur. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Perubahan iklim sebagai implikasi dari pemanasan global telah mengakibatkan berbagai dampak di muka bumi, salah satunya adalah kenaikan muka air laut. Kenaikan muka air laut dianggap sebagai dampak yang ditimbulkan oleh meningkatnya suhu permukaan laut karena peningkatan suhu global. Peningkatan tinggi muka air laut dalam waktu yang cukup lama akan menimbulkan terjadinya genangan yang akan mengancam wilayah pesisir. Perlu dilakukan pemantauan kedudukan tinggi muka air laut guna meminimalisir dampak yang terjadi khususnya di wilayah pesisir yang memiliki pemanfaatan lahan dan potensi alam yang cukup besar untuk dikembangkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kenaikan muka air dan suhu permukaan laut terkait variasi iklim, mengetahui nilai tren kenaikan muka air laut dan memprediksi kenaikannya pada waktu mendatang, serta menentukan potensi genangan yang terjadi akibat kenaikan muka air laut di wilayah pesisir Teluk Prigi. Data yang digunakan adalah data satelit altimetri Topex/Poseidon, Jason1 dan Jason2 untuk memantau dan memprediksi kenaikan muka air laut, data suhu permukaan laut untuk melihat hubungannya dengan kenaikan muka air laut terkait perubahan iklim, data pasang surut sebagai pembanding antara data insitu (pasut) dan exsitu (altimetri), data Niňo 3.4 & DMI sebagai indeks fenomena iklim dan data ASTER GDEM untuk mengetahui elevasi daerah kajian sehingga dapat terlihat dampak genangan yang terjadi akibat kenaikan muka air laut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kenaikan muka air laut berkorelasi positif dengan suhu permukaan air laut dengan nilai R2 0.0605 dan terbentuk pola grafik yang sama antara kedua data tersebut. Kenaikan muka air laut juga memiliki korelasi dengan variasi iklim (ENSO & IOD) meskipun bernilai negatif. Kenaikan muka air laut Teluk Prigi memiliki nilai 8,70 mm/tahun. Berdasarkan pola grafik altimetri dan grafik pasang surut terdapat adanya korelasi antara data altimetri dan pasang surut, dimana terbentuk pola grafik yang sama. Simulasi laju kenaikan paras laut pada 5, 10, 15 dan 25 tahun mendatang masing-masing sebesar 43,5 mm, 130,5 mm, 217,5 mm dan 304,50 mm.

Actions (login required)

Bagaimana hubungan antara pemanasan global dengan kenaikan air laut
View Item

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini perubahan iklim sudah menjadi mimpi buruk bagi setiap orang di belahan bumi manapun, termasuk di Indonesia. Perubahan iklim terjadi juga akibat dari pemanasan global. Pemanasan global (bahasa Inggris: Global warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 0.18 C (1.33 0.32 F) selama seratus tahun terakhir.

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Pemanasan global menyebabkan mencairnya es di kutub utara maupun selatan sehingga massa air di bumi semakin meningkat, sehingga permukaan air laut juga meningkat. Di Indonesia khususnya, permukaan air laut memberikan efek buruk seperti terjadi banjir rob di wilayah pantai utara seperti di Jakarta atau di Semarang. 

Jika air laut meninggi ditambah dengan adanya factor lain penyebab air laut pasang maka banjir tidak mungkin dapat dihindarkan. Parahnya lagi Indonesia merupakan negara kepulauan yang  memiliki 17.506 pulau sehingga keutuhannya harus tetap terjaga.  Penyebab utama terjadinya Climate Change dan Global Warming, berawal dari REVOLUSI INDUSTRI. Sebagaimana diketahui bersama Revolusi Industri adalah perubahan teknologi, sosioekonomi, dan budaya pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 yang terjadi dengan penggantian ekonomi yang berdasarkan pekerja menjadi yang didominasi oleh industri dan diproduksi mesin.

Revolusi ini dimulai di Inggris dengan perkenalan mesin uap (dengan menggunakan batu bara sebagai bahan bakar) dan ditenagai oleh mesin (terutama dalam produksi tekstil). Perkembangan peralatan mesin logam-keseluruhan pada dua dekade pertama dari abad ke-19 membuat produk mesin produksi untuk digunakan diindustri lainnya.Awal mulai Revolusi Industri tidak jelas tetapi T.S. Ashton menulisnya kira-kira 1760-1830. Tidak ada titik pemisah dengan Revolusi Industri II pada sekitar tahun 1850, ketika kemajuan teknologi dan ekonomi mendapatkan momentum dengan perkembangan kapal tenaga-uap, rel, dan kemudian di akhir abad tersebut perkembangan mesin bakar dalam dan perkembangan pembangkit tenaga listrik.Efek budayanya menyebar ke seluruh Eropa Barat dan Amerika Utara, kemudian mempengaruhi seluruh dunia.

Kawasan Industri di Indonesia juga makin lama makin cepat berkembang. Hal ini menyebabkan jumlah polutan atau gas buang yang dihasilkan oleh pabrik pabrik juga meningkat sehingga dampak perubahan iklim semakin cepat pula dirasakan. Saat ini kita telah merasakan perbedaan suhu yang mencolok antara kota yang sangat jarang ditemui pepohonan dibanding dengan suasana pedesaan yang masih asri. Jika Kawasan industri kian merambah pedesaan maka penebangan pohon atau penghancuran kawasan hijau makin terus dilakukan sehingga menyebabkan makin panas pula suhu di permukaan bumi

Meskipun saat ini program reboisasi telah digalakkan namun jika dibarengi dengan penebangan pohon untuk membuka kawasan industri baru maka tidak berarti pula program itu dijalankan. Lebih parah lagi asap dari pabrik pabrik dapat menyebabkan meningkatnya efek gas rumah kaca sehingga dapat menyebabkan berlubangnya ozon. Padahal ozon sendiri merupakan suatu lapisan gas yang menyelubungi bumi yang digunakan untuk melindungi bumi dari pancaran radiasi ultraviolet yang dihasilkan oleh matahari. Semakin berkurangnya ozon maka semakin banyak pula ultraviolet yang diserap oleh bumi. Sinar ultraviolet memberikan dampak buruk bagi kehidupan di muka bumi. Seperti sebagai salahsatu pemicu kanker kulit, merusak kehidupan di laut, meningkatnya suhu rata-rata harian di permukaan bumi, dan lain-lain.

Salahsatu dampak dari pemanasan global adalah meningkatnya suhu rata-rata harian di permukaan bumi. Jika suhu rata-rata harian meningkat maka akan menyebabkan mencairnya es-es di kutub bumi. Mencairnya es di kutub-kutub bumi juga memiliki beberapa efek negatif, seperti naiknya permukaan air laut, hilangnya tempat tinggal beberapa jenis fauna kutub (missal beruang kutub, pinguin, singa laut, dan lain-lain) sehingga ekosistem yang sudah ada di daerah beriklim kutub akan rusak. Beruang kutub kehilangan makanannya karena ikan-ikan yang biasanya mendiami di perairan yang memiliki temperatur rendah akan hilang, sehingga secara perlahan beruang kutub akan mendekati kepunahan akibat tidak ada makanan. Dampak buruk yang dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di pesisir pantai sendiri juga dapat dirasakan. 

Masyarakat akan semakin tinggal mendekati bukit atau dataran yang lebih tinggi dikarenakan air laut mulai menggerus pemukiman masyarakat yang ada di pesisir pantai. Jika saja pulau tersebut tidak memiliki dataran yang lebih tinggi bias saja pulau tersebut akan tenggelam. 

Ambil saja contoh kepulauan Maldives yang saat ini popular di kalangan wisatawan karena keindahan alamnya. Diperkirakan pulau tersebut akan tenggelam akibat tergerus oleh air laut yang kian meninggi permukaannya. Atau kota Venesia yang merupakan kota dengan kanal kanal juga makin lama akan makin menghilang keberadaannya. Di Indonesia sendiri mungkin juga banyak pulau yang tidak berpenghuni yang menghilang akibat dari naiknya permukaan air laut. Untuk masyarakat perkotaan di pesisir pantai khususnya Kota Semarang sudah biasa merasakan adanya banjir rob karena pasang-surut air laut. Mungkin suatu saat nanti jika pencairan es di kutub-kutub bumi tidak segera berhenti bias saja Kota Semarang bawah khususnya, akan selalu mengalami banjir rob meskipun tidak terpengaruh oleh adanya pasang-surut air laut.

Maka dari itu untuk mencegah hal-hal buruk yang sudah dipaparkan diatas, perubahan iklim dapat kita hentikan melalui beberapa cara meskipun itu cara sederhana yang dapat kita lakukan di kehidupan sehari-hari. Pertama yaitu membuang sampah pada tempat yang tepat. Membuang sampah harus kita pilah-pilah dari sampah mana yang akan kita benar-benar dibuang, dan sampah mana yang dapat kita olah kembali atau di daur ulang. Daur ulang sampah dapat mengurangi jumlah limbah yang ada di dunia sehingga volume sampah dapat terkontrol. Sampah juga salahsatu penyumbang akibat dari pemanasan global karena menghasilkan gas amoniak, yaitu semacam gas polutan seperti asap buangan kendaraan bermotor. 


Page 2

Saat ini perubahan iklim sudah menjadi mimpi buruk bagi setiap orang di belahan bumi manapun, termasuk di Indonesia. Perubahan iklim terjadi juga akibat dari pemanasan global. Pemanasan global (bahasa Inggris: Global warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 0.18 C (1.33 0.32 F) selama seratus tahun terakhir.

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Pemanasan global menyebabkan mencairnya es di kutub utara maupun selatan sehingga massa air di bumi semakin meningkat, sehingga permukaan air laut juga meningkat. Di Indonesia khususnya, permukaan air laut memberikan efek buruk seperti terjadi banjir rob di wilayah pantai utara seperti di Jakarta atau di Semarang. 

Jika air laut meninggi ditambah dengan adanya factor lain penyebab air laut pasang maka banjir tidak mungkin dapat dihindarkan. Parahnya lagi Indonesia merupakan negara kepulauan yang  memiliki 17.506 pulau sehingga keutuhannya harus tetap terjaga.  Penyebab utama terjadinya Climate Change dan Global Warming, berawal dari REVOLUSI INDUSTRI. Sebagaimana diketahui bersama Revolusi Industri adalah perubahan teknologi, sosioekonomi, dan budaya pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 yang terjadi dengan penggantian ekonomi yang berdasarkan pekerja menjadi yang didominasi oleh industri dan diproduksi mesin.

Revolusi ini dimulai di Inggris dengan perkenalan mesin uap (dengan menggunakan batu bara sebagai bahan bakar) dan ditenagai oleh mesin (terutama dalam produksi tekstil). Perkembangan peralatan mesin logam-keseluruhan pada dua dekade pertama dari abad ke-19 membuat produk mesin produksi untuk digunakan diindustri lainnya.Awal mulai Revolusi Industri tidak jelas tetapi T.S. Ashton menulisnya kira-kira 1760-1830. Tidak ada titik pemisah dengan Revolusi Industri II pada sekitar tahun 1850, ketika kemajuan teknologi dan ekonomi mendapatkan momentum dengan perkembangan kapal tenaga-uap, rel, dan kemudian di akhir abad tersebut perkembangan mesin bakar dalam dan perkembangan pembangkit tenaga listrik.Efek budayanya menyebar ke seluruh Eropa Barat dan Amerika Utara, kemudian mempengaruhi seluruh dunia.

Kawasan Industri di Indonesia juga makin lama makin cepat berkembang. Hal ini menyebabkan jumlah polutan atau gas buang yang dihasilkan oleh pabrik pabrik juga meningkat sehingga dampak perubahan iklim semakin cepat pula dirasakan. Saat ini kita telah merasakan perbedaan suhu yang mencolok antara kota yang sangat jarang ditemui pepohonan dibanding dengan suasana pedesaan yang masih asri. Jika Kawasan industri kian merambah pedesaan maka penebangan pohon atau penghancuran kawasan hijau makin terus dilakukan sehingga menyebabkan makin panas pula suhu di permukaan bumi

Meskipun saat ini program reboisasi telah digalakkan namun jika dibarengi dengan penebangan pohon untuk membuka kawasan industri baru maka tidak berarti pula program itu dijalankan. Lebih parah lagi asap dari pabrik pabrik dapat menyebabkan meningkatnya efek gas rumah kaca sehingga dapat menyebabkan berlubangnya ozon. Padahal ozon sendiri merupakan suatu lapisan gas yang menyelubungi bumi yang digunakan untuk melindungi bumi dari pancaran radiasi ultraviolet yang dihasilkan oleh matahari. Semakin berkurangnya ozon maka semakin banyak pula ultraviolet yang diserap oleh bumi. Sinar ultraviolet memberikan dampak buruk bagi kehidupan di muka bumi. Seperti sebagai salahsatu pemicu kanker kulit, merusak kehidupan di laut, meningkatnya suhu rata-rata harian di permukaan bumi, dan lain-lain.

Salahsatu dampak dari pemanasan global adalah meningkatnya suhu rata-rata harian di permukaan bumi. Jika suhu rata-rata harian meningkat maka akan menyebabkan mencairnya es-es di kutub bumi. Mencairnya es di kutub-kutub bumi juga memiliki beberapa efek negatif, seperti naiknya permukaan air laut, hilangnya tempat tinggal beberapa jenis fauna kutub (missal beruang kutub, pinguin, singa laut, dan lain-lain) sehingga ekosistem yang sudah ada di daerah beriklim kutub akan rusak. Beruang kutub kehilangan makanannya karena ikan-ikan yang biasanya mendiami di perairan yang memiliki temperatur rendah akan hilang, sehingga secara perlahan beruang kutub akan mendekati kepunahan akibat tidak ada makanan. Dampak buruk yang dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di pesisir pantai sendiri juga dapat dirasakan. 

Masyarakat akan semakin tinggal mendekati bukit atau dataran yang lebih tinggi dikarenakan air laut mulai menggerus pemukiman masyarakat yang ada di pesisir pantai. Jika saja pulau tersebut tidak memiliki dataran yang lebih tinggi bias saja pulau tersebut akan tenggelam. 

Ambil saja contoh kepulauan Maldives yang saat ini popular di kalangan wisatawan karena keindahan alamnya. Diperkirakan pulau tersebut akan tenggelam akibat tergerus oleh air laut yang kian meninggi permukaannya. Atau kota Venesia yang merupakan kota dengan kanal kanal juga makin lama akan makin menghilang keberadaannya. Di Indonesia sendiri mungkin juga banyak pulau yang tidak berpenghuni yang menghilang akibat dari naiknya permukaan air laut. Untuk masyarakat perkotaan di pesisir pantai khususnya Kota Semarang sudah biasa merasakan adanya banjir rob karena pasang-surut air laut. Mungkin suatu saat nanti jika pencairan es di kutub-kutub bumi tidak segera berhenti bias saja Kota Semarang bawah khususnya, akan selalu mengalami banjir rob meskipun tidak terpengaruh oleh adanya pasang-surut air laut.

Maka dari itu untuk mencegah hal-hal buruk yang sudah dipaparkan diatas, perubahan iklim dapat kita hentikan melalui beberapa cara meskipun itu cara sederhana yang dapat kita lakukan di kehidupan sehari-hari. Pertama yaitu membuang sampah pada tempat yang tepat. Membuang sampah harus kita pilah-pilah dari sampah mana yang akan kita benar-benar dibuang, dan sampah mana yang dapat kita olah kembali atau di daur ulang. Daur ulang sampah dapat mengurangi jumlah limbah yang ada di dunia sehingga volume sampah dapat terkontrol. Sampah juga salahsatu penyumbang akibat dari pemanasan global karena menghasilkan gas amoniak, yaitu semacam gas polutan seperti asap buangan kendaraan bermotor. 


Lihat Lingkungan Selengkapnya


Page 3

Saat ini perubahan iklim sudah menjadi mimpi buruk bagi setiap orang di belahan bumi manapun, termasuk di Indonesia. Perubahan iklim terjadi juga akibat dari pemanasan global. Pemanasan global (bahasa Inggris: Global warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 0.18 C (1.33 0.32 F) selama seratus tahun terakhir.

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Pemanasan global menyebabkan mencairnya es di kutub utara maupun selatan sehingga massa air di bumi semakin meningkat, sehingga permukaan air laut juga meningkat. Di Indonesia khususnya, permukaan air laut memberikan efek buruk seperti terjadi banjir rob di wilayah pantai utara seperti di Jakarta atau di Semarang. 

Jika air laut meninggi ditambah dengan adanya factor lain penyebab air laut pasang maka banjir tidak mungkin dapat dihindarkan. Parahnya lagi Indonesia merupakan negara kepulauan yang  memiliki 17.506 pulau sehingga keutuhannya harus tetap terjaga.  Penyebab utama terjadinya Climate Change dan Global Warming, berawal dari REVOLUSI INDUSTRI. Sebagaimana diketahui bersama Revolusi Industri adalah perubahan teknologi, sosioekonomi, dan budaya pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 yang terjadi dengan penggantian ekonomi yang berdasarkan pekerja menjadi yang didominasi oleh industri dan diproduksi mesin.

Revolusi ini dimulai di Inggris dengan perkenalan mesin uap (dengan menggunakan batu bara sebagai bahan bakar) dan ditenagai oleh mesin (terutama dalam produksi tekstil). Perkembangan peralatan mesin logam-keseluruhan pada dua dekade pertama dari abad ke-19 membuat produk mesin produksi untuk digunakan diindustri lainnya.Awal mulai Revolusi Industri tidak jelas tetapi T.S. Ashton menulisnya kira-kira 1760-1830. Tidak ada titik pemisah dengan Revolusi Industri II pada sekitar tahun 1850, ketika kemajuan teknologi dan ekonomi mendapatkan momentum dengan perkembangan kapal tenaga-uap, rel, dan kemudian di akhir abad tersebut perkembangan mesin bakar dalam dan perkembangan pembangkit tenaga listrik.Efek budayanya menyebar ke seluruh Eropa Barat dan Amerika Utara, kemudian mempengaruhi seluruh dunia.

Kawasan Industri di Indonesia juga makin lama makin cepat berkembang. Hal ini menyebabkan jumlah polutan atau gas buang yang dihasilkan oleh pabrik pabrik juga meningkat sehingga dampak perubahan iklim semakin cepat pula dirasakan. Saat ini kita telah merasakan perbedaan suhu yang mencolok antara kota yang sangat jarang ditemui pepohonan dibanding dengan suasana pedesaan yang masih asri. Jika Kawasan industri kian merambah pedesaan maka penebangan pohon atau penghancuran kawasan hijau makin terus dilakukan sehingga menyebabkan makin panas pula suhu di permukaan bumi

Meskipun saat ini program reboisasi telah digalakkan namun jika dibarengi dengan penebangan pohon untuk membuka kawasan industri baru maka tidak berarti pula program itu dijalankan. Lebih parah lagi asap dari pabrik pabrik dapat menyebabkan meningkatnya efek gas rumah kaca sehingga dapat menyebabkan berlubangnya ozon. Padahal ozon sendiri merupakan suatu lapisan gas yang menyelubungi bumi yang digunakan untuk melindungi bumi dari pancaran radiasi ultraviolet yang dihasilkan oleh matahari. Semakin berkurangnya ozon maka semakin banyak pula ultraviolet yang diserap oleh bumi. Sinar ultraviolet memberikan dampak buruk bagi kehidupan di muka bumi. Seperti sebagai salahsatu pemicu kanker kulit, merusak kehidupan di laut, meningkatnya suhu rata-rata harian di permukaan bumi, dan lain-lain.

Salahsatu dampak dari pemanasan global adalah meningkatnya suhu rata-rata harian di permukaan bumi. Jika suhu rata-rata harian meningkat maka akan menyebabkan mencairnya es-es di kutub bumi. Mencairnya es di kutub-kutub bumi juga memiliki beberapa efek negatif, seperti naiknya permukaan air laut, hilangnya tempat tinggal beberapa jenis fauna kutub (missal beruang kutub, pinguin, singa laut, dan lain-lain) sehingga ekosistem yang sudah ada di daerah beriklim kutub akan rusak. Beruang kutub kehilangan makanannya karena ikan-ikan yang biasanya mendiami di perairan yang memiliki temperatur rendah akan hilang, sehingga secara perlahan beruang kutub akan mendekati kepunahan akibat tidak ada makanan. Dampak buruk yang dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di pesisir pantai sendiri juga dapat dirasakan. 

Masyarakat akan semakin tinggal mendekati bukit atau dataran yang lebih tinggi dikarenakan air laut mulai menggerus pemukiman masyarakat yang ada di pesisir pantai. Jika saja pulau tersebut tidak memiliki dataran yang lebih tinggi bias saja pulau tersebut akan tenggelam. 

Ambil saja contoh kepulauan Maldives yang saat ini popular di kalangan wisatawan karena keindahan alamnya. Diperkirakan pulau tersebut akan tenggelam akibat tergerus oleh air laut yang kian meninggi permukaannya. Atau kota Venesia yang merupakan kota dengan kanal kanal juga makin lama akan makin menghilang keberadaannya. Di Indonesia sendiri mungkin juga banyak pulau yang tidak berpenghuni yang menghilang akibat dari naiknya permukaan air laut. Untuk masyarakat perkotaan di pesisir pantai khususnya Kota Semarang sudah biasa merasakan adanya banjir rob karena pasang-surut air laut. Mungkin suatu saat nanti jika pencairan es di kutub-kutub bumi tidak segera berhenti bias saja Kota Semarang bawah khususnya, akan selalu mengalami banjir rob meskipun tidak terpengaruh oleh adanya pasang-surut air laut.

Maka dari itu untuk mencegah hal-hal buruk yang sudah dipaparkan diatas, perubahan iklim dapat kita hentikan melalui beberapa cara meskipun itu cara sederhana yang dapat kita lakukan di kehidupan sehari-hari. Pertama yaitu membuang sampah pada tempat yang tepat. Membuang sampah harus kita pilah-pilah dari sampah mana yang akan kita benar-benar dibuang, dan sampah mana yang dapat kita olah kembali atau di daur ulang. Daur ulang sampah dapat mengurangi jumlah limbah yang ada di dunia sehingga volume sampah dapat terkontrol. Sampah juga salahsatu penyumbang akibat dari pemanasan global karena menghasilkan gas amoniak, yaitu semacam gas polutan seperti asap buangan kendaraan bermotor. 


Lihat Lingkungan Selengkapnya