Bagaimana cara mengatasi masalah yang berhubungan dengan budaya kerja

Bagaimana cara mengatasi masalah yang berhubungan dengan budaya kerja

Terlepas dari sebesar atau sekecil apa bisnis Anda, karakter atau budaya selalu ada di setiap perusahaan. Budaya perusahaan bisa saja sengaja dibentuk, atau terbentuk dari kepribadian, kebiasaan dan pola kerja individu-individu yang ada di dalamnya.

Beberapa perusahaan memiliki budaya yang amat menunjang komunikasi, namun ada juga yang justru menghambat komunikasi. Mungkin Anda juga pernah menemukan kasus yang timbul karena adanya masalah komunikasi, yang terjadi saat karyawan Anda atau bahkan Anda sendiri tidak berkomunikasi seperti seharusnya.

Mengapa bisa terjadi? Berikut beberapa penyebab timbulnya masalah komunikasi yang umumnya ditemukan di perusahaan:

Budaya Perusahaan

Budaya adalah akumulasi dari pengalaman dan nilai-nilai, termasuk komunikasi, ekspektasi dan simbol-simbol. Budaya adalah cara hidup perusahaan yang dapat dianggap sebagai kepribadian dari bisnis anda. Dalam bisnis, seperti halnya dalam budaya global, terdapat beberapa pemahaman yang umum. Sebagai contoh, untuk bisa mendapatkan keuntungan, perusahaan harus menciptakan atau menyediakan barang atau jasa yang dibutuhkan oleh konsumen. Sebuah bisnis memiliki budaya organisasional. Ketika karyawan memperoleh pengalaman dalam pekerjaan, mereka mendapat pemahaman yang lebih luas mengenai kesamaan-kesamaan dengan komunitas didalam perusahaan untuk membantu mereka saling berkomunikasi satu sama lain.

Dalam budaya bisnis, biasanya ada beberapa hal yang tidak perlu untuk dibicarakan secara langsung. Jika kita berada dalam struktur organisasi dari sebuah perusahaan, kita akan segera memahami bagaimana peran kita dalam struktur tersebut dan kepada siapa saja kita memiliki hubungan professional dengan para rekan kerja di kantor. Beberapa budaya bisnis mungkin saja memiliki harapan adanya hirarki dalam hal komunikasi, misalnya saja seperti pemahaman tentang siapa yang dibolehkan untuk berbicara dengan karyawan tertentu, seperti manajer atau direktur.

Baca juga  Mengenalkan Design Thinking ke Karyawan

Tentu saja masalah komunikasi dapat terus berkembang jika peran organisasi dalam pembentukan budaya bisnis tidak dihiraukan. Dengan mengakui dan menghormati tempat kedudukan seseorang dalam hirarki tersebut dan mengakui adanya sebuah “rantai komando” dalam semua fungsi bisnis, itu juga termasuk sebuah komunikasi, yang justru lebih penting dari informasi yang benar-benar dibicarakan.

Perubahan

Menginginkan adanya sebuah perubahan dalam budaya bisnis Anda juga dapat menimbulkan permasalahan komunikasi. Hal ini terjadi hanya pada perubahan yang cukup besar, seperti merger atau adanya akuisisi dengan perusahaan lain karena hal ini tentunya akan menyatukan dua budaya yang berbeda. Masalah komunikasi ini juga akan terjadi saat melibatkan perubahan teknologi. Biasanya karyawan yang lebih tua enggan melakukan konferensi video, email ataupun layanan pesan singkat lainnya karena umumnya mereka lebih senang untuk bertatap muka langsung atau hanya melalui telpon saja jika ingin berkomunikasi. Juga hal lainnya seperti mengubah pola kerja yang tadinya dikerjakan secara individual, bergeser menjadi sebuah pola kerja tim, sehingga hal ini juga membutuhkan komunikasi yang lebih sering dengan anggota tim lainnya.

Karyawan Baru

Penyesuaian dalam setiap budaya bisnis bukanlah hal yang mudah, begitupun dengan adanya karyawan baru, terlebih jika budaya bisnis perusahaan Anda sangat berbeda dengan tempat mereka yang sebelumnya. Karyawan baru perlu diajak untuk bersosialisasi ke dalam budaya bisnis perusahaan Anda. Sebagai seorang pemimpin eksekutif atau manajer, Anda bisa berbagi cerita mengenai sejarah perusahaan dan keberhasilan apa saja yang telah dicapai oleh perusahaan Anda sehingga karyawan baru memiliki pandangan dan juga visi yang sejalan demi tercapainya tujuan bisnis yang diharapkan.***RR/RW

Bagaimana cara mengatasi masalah yang berhubungan dengan budaya kerja
Bagaimana cara mengatasi masalah yang berhubungan dengan budaya kerja
Bagaimana cara mengatasi masalah yang berhubungan dengan budaya kerja
Bagaimana cara mengatasi masalah yang berhubungan dengan budaya kerja
Bagaimana cara mengatasi masalah yang berhubungan dengan budaya kerja
Bagaimana cara mengatasi masalah yang berhubungan dengan budaya kerja

Kamis, 25 Juni 2020

Bagas N. Wibowo


Widyaiswara Kementerian Perindustrian RI


Masyarakat industri telah mengenal budaya kerja sejak lama, akan tetapi belum sepenuhnya disadari bahwa keberhasilan kerja berakar dari nilai-nilai yang dimiliki dan perilaku yang menjadi kebiasaan. Nilai yang dimiliki tersebut bermula dari agama, norma, adat istiadat,dan berbagai kaidah yang menjadi keyakinan pada diri tenaga kerja industri. Nilai-nilai yang telah menjadi kebiasaan secara umum disebut budaya. Sehingga budaya yang berkaitan dengan kualitas kerja dinamakan budaya kerja


Secara etimologi kata “Budaya” yang dalam Bahasa Inggris disebut “Culture” berasal dari Bahasa Latin yaitu “Colere” yang apabila diartikan berarti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara Ladang (Soerjanto Poespowardoyo, 1993)


Dalam sumber literatur yang lain, “Budaya” atau “Kebudayaan” berasal dari Bahasa Sanksekerta yaitu “Buddhayah” yang memiliki arti sebagai bentuk jamak dari “Budhi” yang berarti budi atau akal. Sehingga “Budaya” dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Menurut Koentjoroningrat, budaya adalah keseluruhan sistem, gagasan, Tindakan dan hasil karya mannusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliki dari manusia dengan cara belajar.


Kata “Kerja” bila diartikan secara bebas adalah melakukan sesuatu hal yang diperbuat atau melakukan sesuatu untuk mencari nafkah.


Sehingga Ketika kata “Budaya” dan “Kerja” digabungkan akan menjadi berarti sebagai nilai-nilai sosial atau suatu keseluruhan pola perilaku yang berkaitan dengan akal dan budi manusia dalam melakukan pekerjaan. Budaya menyangkut moral, sosial, norma perilaku yang mendasarkan pada kepercayaan, kemampuan dan prioritas anggota suatu perusahaan


Sehingga dalam masyarakat industri, budaya kerja menjadi hal yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas pekerjaan seorang tenaga kerja industri. Sehingga individu ini dapat menjadi tenaga kerja yang unggul dan bermanfaat bagi perusahaan yang mempekerjakannya.


Oleh karena itu, menjadi suatu hal yang sangat penting untuk industri atau perusahaan supaya memberikan pengetahuan kepada tenaga kerjanya tentang budaya yang baik. Karena selain memberikan dan menambah wawasan untuk para tenaga kerja dalam industri juga dapat meningkatkan kualitas pekerjaan dan berdampak positif bagi perkembangan perusahaan kedepannya.


Penugasan pendidikan, pelatihan, upgrading, reskilling dan pelaksanaan benchmarking tentang budaya kerja para tenaga kerja dalam perusahaan akan menambah rasa semangat untuk bekerja, membangkitkan rasa disiplin atas pekerjaan yang dilakukannya dan akan membangun rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan.


Menurut Mangkunegara (2005), budaya kerja adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.


Dari berbagai hal yang paling kuat mempengaruhi budaya kerja adalah kepercayaan dan sikap para tenaga kerjanya. Budaya kerja bersifat netral, sehingga dapat bersifat positif dan bersifat negatif. Budaya kerja yang bersifat positif dapat meningkatkan produktifitas kerja, akan tetapi sebaliknya, budaya kerja yang bersifat negative akan menghalangi perilaku, mengurangi efektivitas perorangan atau kelompok dalma organnisasi.


Nilai komponen-komponen budaya memiliki keterkaitan seirama dengan kinerja tenaga kerja. Semakin positif nilai komponen budaya kerja tersebut dimiliki oleh tenaga kerja dalam suatu perusahaan, maka kinerjanya akan semakin tinggi. Sehingga apabila segala hal dianggap tetap, budaya kerja dapat tumbuh berkembang dengan subur terhadap tenaga kerja maka diperlukan pendekatan-pendekatan melalui Tindakan top management dan proses sosialisasi sebagai berikut


1.     Tindakan top management


Role model dari top management sebagai berikut:


·       Top managementakan menjadi panutan para tenaga kerja.


·       Perilakutop management berperilaku akan menunjukan tenaga kerja bersikap dalam berkomunikasi dan berprestasi untuk mencapai standar kerjaperusahaan.


·       Integritastop managementmenegakkan norma-norma kerja akanmenumbuhkan integritas dan komitmen tenaga kerja yang tinggi.


·       Reward and Punishment yang diberikan top managementakan memacutenaga kerja untuk meningkatkan semangat dan disiplin kerja.


2.     Proses Sosialisasi


Proses sosialisasi dilakukan diantaranya dalam bentuk advokasi untuk tenaga kerja baru untuk menyesuaikan diri dengan budaya perusahaan. Sosialisasi dilakukan ketika mereka sedang dalam tahap seleksi atau sebelum tanda tangan kontrak kerja.


Tiap calon tenaga kerja wajib mengikuti pelatihan sebelum diterima, setelah diterima para tenaga kerja baru melihat kondisi perusahaan sebenarnya dan menganalisis antara harapan dengan kenyataan, antara lain lewat proses orientasi kerja. Pada tahap ini para tenaga kerja telah berada dalam tahap untuk menentukan keputusan apakah sudah siap menjadi anggota sistem sosial perusahaan, ragu-ragu ataukahmengundurkan diri.


Ketika tenaga kerja sudah memutuskan untuk terus bekerja, namun proses perubahan relatif masih membutuhkan waktu yang lama, maka tiap tenaga kerja perlu difasilitasi dengan pelatihan dan pengembangan diri secara terencana.


Dalam hal ini, tenaga kerja harus membuktikan kemampuan dan kepantasan diri dalam penguasaan keterampilan kerja yang disesuaikan dengan peran dan nilai serta norma yang berlaku dalam kelompok kerjanya sampai mencapai tahapmetamorphosis.


Secara keseluruhan keberhasilan proses sosialisasi akan sampai pada tahap internalisasi penguatan yang diukur dari (1) Produktivitas kerja, (2) Komitmen pada tujuan perusahaan, dan (3) Kebersamaan dalam perusahaan.


Jadi budaya kerja yang dibentuk dari budaya perusahaan akan berdampak pada kinerja dan produktivitas. Hal ini tercerminkan dari sikap tenaga kerja dalam memandang pekerjaannya, sikap dalam bekerja, etos kerja, dan pemanfaatan waktu dalam bekerja.


Supaya dapat terlaksana dengan baik, harus ada langkah-langkah yang harus diambil pada pihak manajemen dan proses sosialisasi, sehingga budaya kerja yang ada dapat terinternalisasi dalam setiap kegiatan pekerjaan sehari-hari.


Budaya kerja dalam hal ini adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja. (Drs.Gering Supriyadi,MM dan Drs.Tri Guno, LLM)


Budaya kerja terbentuk begitu satuan kerja atau perusahaan tersebut berdiri, artinya perlu waktu bertahan bahkan puluhan dan ratusan tahun untuk membentuk budaya kerja. Budaya kerja tentunya berbeda antara perusahaan satu dengan yang lainnya, hal itu dikarenakan landasan dan sikap perilaku yang dicerminkan oleh setiap orang dalam perusahaan berbeda.


Budaya kerja dapat berkembang dalam sejumlah cara dan proses yang berbeda-beda pula. Pembentukan budaya kerja dapat saja terjadi karena diawali oleh para pendiri founders atau top management atau pejabat yang ditunjuk, sehingga besarnya pengaruh yang dimilikinya akan menentukan suatu cara tersendiri suatu hal yang dijalankan dalam satuan kerja atau perusahaan yang dipimpinnya. Robbins 1996:301-302 mengemukakan bahwa Budaya kerja dibangun dan dipertahankan berdasarkan filsafat pendiri atau pimpinannya. Budaya ini sangat dipengaruhi oleh kriteria yang digunakan dalam mempekerjakan tenaga kerjanya. Tindakan pimpinan yang baik maupun yang tidak baik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku yang dapat diterima.


Budaya kerja yang terbentuk secara baik akan menjadi manfaat karena setiap tenaga kerja dalam suatu perusahaan membutuhkan ruang lingkup yang baik dalam pekerjaannya demi kemajuan di perusahaan tersebut, namun budaya kerja akan berakibat buruk jika tenaga kerja dalam perusahaan terdapat perbedaan, baik dalam cara pandang, pendapat, tenaga dan pikirannya.


Untuk memperbaiki budaya kerja yang baik membutuhkan waktu untuk merubahnya, sehingga komitmen sikap dan perilaku pemimpinnya perlu adanya pembenahan yang kemudian akan diikuti para bawahannya


Terbentuknya budaya kerja diawali tingkat kesadaran pemimpin karena besarnya hubungan antara pemimpin dengan bawahannya sangat menentukan apa yang dijalankan dalam suatu perusahaan. Setiap budaya kerja yang telah terbentuk dalam perusahaan akan menumbuhkan nilai-nilai antara lain:


1.     Disiplin; Perilaku yang senantiasa berdasarkan pada peraturan dan norma yang berlaku di perusahaan. Disiplin meliputi ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, prosedur, waktu kerja, berinteraksi dengan mitra kerja, dan sebagainya.


2.     Keterbukaan; Kesiapan untuk memberi dan menerima informasi yang benar dari dan kepada sesama mitra kerja untuk kepentingan perusahaan.


3.     Saling menghargai; Perilaku yang menunjukan penghargaan terhadap individu, tugas dan tanggung jawab orang lain sesama mitra kerja.


4.     Kerjasama; Kesediaan untuk memberi dan menerima kontribusi dari dan atau kepada mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target perusahaan (berkolaborasi).


Dari nilai-nilai diatas jelas bahwa budaya kerja mempunyai peranan yang sangat signifikan sebagai pondasi perusahaan dalam mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.Dengan membangun keyakinan sumberdaya manusia atau menananmkan nilai-nilai tersebut diatas akan melandasi sikap dan perilaku individu dalam perusahaan.


Budaya kerja akan merubah sikap dan perilaku sumberdaya manusia dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil kerja sehingga mencapai produktivitas kerja yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa depan.

Share:

Bagaimana cara mengatasi masalah yang berhubungan dengan budaya kerja
Bagaimana cara mengatasi masalah yang berhubungan dengan budaya kerja