Apa yang menyebabkan pasokan listrik Indonesia?

Pasokan kurang, Indonesia dapat mengalami krisis listrik

Apa yang menyebabkan pasokan listrik Indonesia?
Apa yang menyebabkan pasokan listrik Indonesia?

Sumber gambar, Reuters

Keterangan gambar,

Beberapa wilayah di Sumatera dan Kalimantan mengalami pemadaman listrik setiap hari.

Indonesia dapat mengalami krisis listrik dua tahun lagi bila pemerintah tidak segera menangani masalah ini secepatnya, ungkap Lembaga Konsuman Indonesia.

Pekan ini masalah di gardu listrik Muara Karang, Jakarta, menyebabkan pemadaman listrik bergilir di sebagian besar wilayah DKI Jakarta dan Banten.

Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyatakan telah memperbaiki gardu listrik Muara Karang yang rusak.

Namun, Tulus Abadi, anggota harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengatakan jika pemerintah tidak segera mengatasi masalah listrik, Indonesia dapat mengalami krisis listrik pada tahun 2016.

"Jadi yang ada saat ini pertumbuhan listrik di pulau Jawa itu memerlukan 2500 megawatt dalam satu tahun. Tapi ironisnya PLN tidak dapat membangun pembangkit baru sehingga dua tahun ke depan cadangan yang ada itu akan dimakan dengan pertumbuhan yang ada sehingga praktis kalau ada gangguan sedikit, kita tidak akan punya cadangan," jelas Tulus.

Krisis listrik sudah dialami warga di Sumatera dan Kalimantan setiap hari dalam kurun waktu satu setengah tahun terakhir.

Salah seorang yang mengalami hal tersebut adalah Tetty Batubara, warga Medan, Sumatera Utara.

"Itu durasinya (pemadaman listrik) bisa empat sampai lima jam dalam sehari. Mulai dari pagi mati lampu, hidup, kemudian siang mati, hidup lagi dan sering juga terjadi malam hari sehingga kita sulit melakukan aktivitas," kata Tetty.

Apa yang menyebabkan pasokan listrik Indonesia mencukupi seluruh warga Indonesia​

Apa yang menyebabkan pasokan listrik indonesia belum mencukupi seluruh wilayah indonesia

Indonesia Kelebihan Pasokan Listrik, Bisakah di Ekspor?

  • Maret 5, 2021
  • No Comments

Author :

Authors

Ekspor Listrik PLTU Tidak Akan Efektif

Pemerintah melalui Kementerian ESDM sedang mengkaji kemungkinan untuk ekspor listrik ke Singapura. Hal ini didasari oleh surplus pasokan listrik yang dialami PLN. Dengan masuknya pembangkit listrik dari proyek 35 GW, dan penurunan permintaan listrik dari dalam negeri. Indonesia akan mengalami surplus pasokan listrik sekitar 40%. Surplus pasokan listrik yang cukup besar ini terjadi karena ada mismatch asumsi saat perencanaan dan penyusunan proyek.

“Proyek 35 GW dibuat dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 7%. Dengan pertumbuhan ekonomi tersebut diproyeksikan kebutuhan listrik akan meningkat sekitar 8%. Kita tahu sendiri selama 5 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi kita rata-rata hanya 5% setiap tahun, dan pertumbuhan permintaan listrik hanya sekitar 4%, ditambah tahun 2020 ada pandemi Covid–19 yang berdampak langsung pada perekonomian,” jelas Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) dalam segmen Market Review oleh IDX Channel.

Dalam kesempatan yang sama, Fabby menanggapi rencana ekspor listrik oleh pemerintah.

“Hal yang perlu dipahami adalah, ekspor-impor listrik bukanlah hal yang tidak mungkin, tapi perlu ditinjau lagi efektivitasnya dalam konteks saat ini,” tutur Fabby.

Dalam konteks ASEAN, pembicaraan tentang ekspor-impor listrik antar negara ASEAN sudah dimulai sejak 15 tahun lalu. Indonesia sendiri sudah melakukan penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding) ekspor listrik dengan Tenaga Nasional Berhad (TNB) Malaysia untuk mengekspor listrik dari sistem Sumatera ke Peninsula Malaysia. Kerjasama ini mempertimbangkan periode beban puncak antara Sumatera dan Peninsula Malaysia. Tercatat bahwa sistem Sumatera mengalami periode beban puncak tenaga listrik pada pukul 17.00 – 22.00 sementara beban puncak Peninsula Malaysia terjadi pada pukul 8.00 – 16.00. Melihat perbedaan periode beban puncak tenaga listrik ini maka proses ekspor listrik dari sistem Sumatera ke Peninsula Malaysia memungkinkan terjadi. Proyek ini rencananya akan mulai bergulir pada 2028 mendatang.

Potensi Penerimaan Pasar Luar Negeri

Terkait potensi pasar ekspor listrik, dalam lingkup Asia Tenggara, negara-negara ASEAN sudah banyak berbicara tentang clean electricity. Hal ini disebabkan beberapa negara ASEAN sudah memiliki target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) bahkan zero emission. Tahun lalu Singapura menyatakan akan membeli 100 MW listrik dari Malaysia yang berasal dari energi terbarukan.

“Perlu disadari dan dipahami bahwa tren global saat ini adalah pergerakan menuju energi terbarukan,” tambah Fabby

Menurutnya, berdasarkan fakta ini, maka listrik yang berasal dari energi terbarukan akan lebih diminati oleh pasar global karena terkait dengan agenda penurunan emisi GRK dari masing-masing negara. Indonesia perlu memikirkan hal ini jika ingin serius memasuki pasar global terutama untuk isu ekspor listrik. Hal yang tidak kalah penting untuk dipikirkan adalah pajak karbon (carbon border tax) yang akan mulai diperhitungkan dari tiap-tiap komoditas dalam perdagangan global, tidak terkecuali daya listrik.

“Akan tidak elok jika kita membangun banyak PLTU, lalu listriknya kita ekspor, nah itu emisinya harus ditanggung Indonesia. Ketika GRK kita tinggi reputasi kita (Indonesia-red) di kancah global akan kurang baik,” jelas Fabby.

Lebih lanjut, Fabby menyatakan bahwa jika tujuannya untuk menyerap surplus tenaga listrik, ekspor listrik tidak akan menyelesaikan masalah dalam jangka pendek dan solusi ini bukanlah solusi yang berkelanjutan (sustain). Alternatif yang ditawarkan Fabby selain ekspor listrik untuk mengatasi permasalahan surplus daya listrik, yaitu reconsider dan renegotiate

Reconsider berarti Pemerintah harus berani menimbang ulang bahkan menghentikan pembangunan PLTU baru dan mengalihkannya untuk pembangkitan energi terbarukan. Strategi ini akan menghindari over supply pada 2-3 tahun ke depan sekaligus memenuhi target bauran energi terbarukan sebesar 23% pada 2025. Saat ini ada sekitar 7,5 GW pembangkit listrik PLTU dari proyek 35 GW yang masih dalam proses perencanaan (perizinan, kontrak, dan lain-lain). Dengan mengalihkan proyek PLTU menjadi pembangkit energi terbarukan, PLN akan memiliki pembangkit listrik rendah karbon, otomatis emisi gas rumah kaca dari sektor sistem energi akan berkurang.

Sementara re-negotiate adalah upaya pemerintah perlu bernegosiasi dengan pengusaha PLTU untuk menurunkan kapasitas produksi PLTU-PLTU tua, supaya memberi ruang untuk pembangkit energi terbarukan dalam sistem energi. Untuk mendorong penetrasi energi terbarukan dalam sistem energi Indonesia, perlu penurunan kapasitas dari PLTU yang ada saat ini.

Pertumbuhan ekonomi pasca Covid-19 diproyeksikan belum berbalik positif dengan cepat. Begitu juga pertumbuhan permintaan listrik. Maka menimbang ulang, dan menghentikan pembangunan PLTU baru akan menghindari over supply pasokan listrik dalam 2-3 tahun ke depan. Karena ketika terjadi over supply pasokan listrik biaya yang harus dikeluarkan (subsidi pemerintah) mahal.

Share on :

Share on facebook

Share on twitter

Share on whatsapp

No comment yet, add your voice below!


Add a Comment Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Comment *

Name *

Email *

Website

Submit

Δ

Related Article

Announcement -Social media management and strategic planning agency for CASE

25 Februari 2022 Tidak ada komentar

Selengkapnya >

Katadata | Ketergantungan terhadap Batu Bara Menghambat Transisi Energi di Indonesia

21 Februari 2022 Tidak ada komentar

Kemudian energi PLTA yang potensinya mencapai 94,5 GW, baru dimanfaatkan sebesar 6,1 GW. Selain itu, menurut penelitian Institute for Essential Services Reform (IESR), potensi energi

Selengkapnya >

CNBC | Ini Penyambung Listrik Antar Pulau RI, Malaysia, Singapura

17 Februari 2022 Tidak ada komentar

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa menyampaikan bahwa berdasarkan kajian IESR, interkoneksi antara pulau Indonesia merupakan salah satu faktor penting Indonesia

Selengkapnya >

CNBC | Dibuka Untuk Swasta, Ini Kemungkinan Skema Transmisi Listrik

16 Februari 2022 Tidak ada komentar

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa menyampaikan bahwa berdasarkan kajian IESR, interkoneksi antara pulau Indonesia merupakan salah satu faktor penting Indonesia

Selengkapnya >

Pasokan Listrik Melimpah, Ini Jurus PLN Tingkatkan Permintaan

Anisatul Umah, CNBC Indonesia

News

Rabu, 29/09/2021 18:55 WIB

Apa yang menyebabkan pasokan listrik Indonesia?

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) saat ini mengalami kelebihan pasokan listrik. Prediksi pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan permintaan listrik yang meleset menjadi salah satu penyebab.

Kondisi ini juga diperparah dengan pandemi Covid-19 yang membuat konsumsi listrik masyarakat semakin melesu.

Lalu, bagaimana upaya PLN dalam mendorong permintaan listrik?



Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo membenarkan kondisi saat ini PLN tengah mengalami kelebihan pasokan listrik. Menurutnya, prediksi atas pertumbuhan ekonomi dan permintaan listrik yang dibuat pada 2015 lalu terbukti meleset. Selama lima tahun terakhir ini pertumbuhan ekonomi dan konsumsi listrik tidak sesuai proyeksi.

"Apakah ini masalah yang harus diselesaikan, iya. PLN paham ini harus diselesaikan," ungkapnya dalam Energy Corner Road to Energy Day "Jurus RI Hadapi Tantangan Transisi Energi" CNBC Indonesia, Rabu (29/09/2021).

Pilihan Redaksi

  • Komitmen PLN Menuju Energi Bersih: Pensiunkan PLTU-Garap EBT
  • RI Harus Hati-Hati Nambah EBT Kala Pasokan Listrik Melimpah
  • RI Harus Petik Pelajaran dari Krisis Energi China & Inggris

Namun demikian, menurutnya PLN tak akan berdiam diri. Perseroan pun memiliki sejumlah strategi mendorong konsumsi listrik, di antaranya dengan membuat captive power, di mana industri manufaktur yang masih menggunakan pembangkit listrik sendiri saat ini mulai beralih ke PLN.

Lalu, electricity agriculture, mulai dari penggilingan padi dan pertanian.

"Dan pendekatan ke Independent Power Producer (IPP) bahwa ada kelebihan beban," lanjutnya.

Selain itu, pihaknya juga mendorong transisi energi di sektor transportasi dari mulanya berbasis bahan bakar minyak (BBM) kemudian bergeser ke kendaraan listrik.

"Jadi kita alami ini benar (kelebihan pasokan), kita proses holistik, selesaikan ini," imbuhnya.

Soal kendaraan listrik, pemerintah juga terus mendorong ekosistem Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB). Penggunaan kendaraan listrik ditargetkan akan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan, di dalam grand strategi energi nasional yang tengah dirancang pemerintah, ditargetkan akan ada 2 juta kendaraan listrik roda empat alias mobil listrik mengaspal pada 2030.

Lalu, sebanyak 13 juta unit untuk kendaraan listrik untuk roda dua atau motor listrik.Bahkan, untuk rencana jangka panjang pada 2040 pemerintah menargetkan semua penjualan motor di dalam negeri akan berbasis listrik atau semuanya merupakan motor listrik, tak lagi berbasis BBM. Dan untuk mobil ditargetkan pada 2050 semua mobil yang beredar adalah mobil listrik.

"Jangka panjang, diharapkan tahun 2040 seluruh penjualan motor roda dua dalam negeri akan berbasis kendaraan listrik. Tahun 2050, roda empat seluruhnya merupakan kendaraan listrik," paparnya dalam acara peluncuran "SPKLU BPPT-Pertamina", Kamis (05/08/2021).


(wia)

TAG: pln listrik esdm mobil listrik kblbb