Apa yang dimaksud dengan wali songo

Apa yang dimaksud dengan wali songo
  Masjid agung Demak

           Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat. Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat.

Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah majelis dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah).[1] Saat itu, majelis dakwah Walisongo beranggotakan Maulana Malik Ibrahim sendiri, Maulana Ishaq (Sunan Wali Lanang), Maulana Ahmad Jumadil Kubro (Sunan Kubrawi); Maulana Muhammad Al-Maghrabi (Sunan Maghribi); Maulana Malik Isra'il (dari Champa), Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin, Maulana 'Aliyuddin, dan Syekh Subakir.

Dari nama para Walisongo tersebut, pada umumnya terdapat sembilan nama yang dikenal sebagai anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu:

Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.

disadur dari wikipedia Indonesia

URL spek gadget tidak dapat ditemukan


Wali adalah sosok yang memiliki kelebihan, karena kedekatannya dengan Allah SWT. Wali dimanamkan juga sebagai wasilah atau perantara yang menghubungkan antara manusia dengan Allah. Untuk dapat menjadi perantara harus memiliki atau memenuhi persyaratan kedekatan dan kesucian atau menjadi orang suci. Kedekatan tersebut diperoleh melalui upaya upaya yang dilakukan seseorang dalam upaya mendekatkan diri dengan Allah lewat dzikir atau wirid. Melalui kedekatan (taqarrub) akan memunculkan aura yang disebut dengan kesucian. Walisanga atau walisongo sebagai penyebar agama Islam di Tanah Jawa, cukup menarik jika dilihat peranannya sebagai penyebar agama dengan memadukan tradisi cultural yang masih melekat di masyarakat, sehingga dakwahnya diterima dengan baik.

Walisongo menempati posisi penting dalam masyarakat muslim di Jawa terutama di daerah tempat mereka dimakamkan. Kata Walisongo terdiri atas dua kata Wali dan Songo. Disini terlihat adanya perpaduan dua kata yang berasal dari pengaruh budaya yang berbeda. Wali berasal dari bahasa Arab (pengaruh Al-Qur’an) dan songo (pengaruh buudaya Jawa). Wali berasal dari bahasa Arab, suatu bentuk dari Waliyullah, yang berarti orang yang mencintai dan dicintai Allah SWT. Sedangkan Songo berasal dari bahasa Jawa yang berarti sembilan. Dengan demikian, Walisongo berarti Wali Sembilan, yakni sembilan orang yang mencintai dan dicintai Allah.

Al-Qur’an Surat Yunus ayat 62 menjelaskan seorang Wali adalah orang yang senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah, mereka menyampaikan kebenaran dari Allah, dan dalam menyampaikan kebenaran itu karena mendapat karomah dari Allah, tiada rasa kawatir dan sedih. Keistimewaan ini sebenarnya sama dengan para rasul, yang membedakan terletak pada ada atau tidaknya wahyu yang diterima. Wali tidak menerima wahyu, dan juga tidak akan pernah menjadi Nabi atau rasul, tetapi wali mendapat karomah, suatu kemampuan diluar adat kebiasaan manusia.

Pandangan orang Jawa menyebut wali adalah orang suci, dekat dengan Tuhan, berakhlak baik, menyebarkan ajaran Islam dan dipandang memiliki kemampuan lebih dari pada orang-orang biasa. Jika demikiam, karena penyebutan ini tampaknya khas Jawa, maka Wali juga dapat dimaknai dalam sudut pandang budaya Jawa. Hal ini akan bertemu dengan konsep Sunan atau Susuhan. Kata tersebut bisa berasal dari Bahasa Arab “Sunah”, bahasa Cina “Suhu nan” juga berasal dari bahasa Jawa “Susuhunan” dan menjadi “Sunan”. Selain julukan Sunan, para Wali juga digelari Raden. Raden adalah julukan untuk keluarga raja, seperti Raden Patah dan Sunan Gunung Jati.

Menurut bahasa Jawa “Susuhunan” atau “Suhunan” artinya junjungan atau yang dijunjung tinggi. Hal ini di Yogyakarta untuk menyebut Sultan adalah Ingkang Sinuwun artinya yang dijunjung. Sebutan lain untuk menyebut para Wali adalah Panita dalam Babad Tanah Jawi, juga ada Sayt khususnya untuk Sunan Ampel. Istilah-istilah tersebut penting untuk dipahami secara komprehensif melalui budaya Jawa dalam hubungannya dengan Islam. Semoga kita dapat meneruskan perjuangan wali songo dalam mensyiarkan Islam yang Rahmatan lil ‘Alamin.

Referensi: Anita, D. E. 2016. Walisongo: Mengislamkan Tanah Jawa (Suatu Kajian Pustaka). Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial, 1(2), 243-266.

Departemen Syiar UKM ASC

nike flex contact boys shoes gray – Nike Air Force 1 Shadow Cashmere/Pale Coral – Pure Violet CI0919 – 700 | nike cortez mens on feet women images 2017

Apa yang dimaksud dengan wali songo

aldwin180411 aldwin180411

Jawaban:

Walisongo adalah wali yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Wali songo berjumlah sembilan. Nama nama anggota walisongo :

1. Sunan Ampel

2. Sunan Giri

3. Sunan Bonang

4. Sunan Drajat

5. Sunan Muria

6. Sunan Kalijaga

7. Sunan Gresik

8. Sunan Kudus

9. Sunan Gunung Jati

○ Semoga membantu ○

□ Maaf kalo salah ya □

[ mohon jangan menghapus jawaban ini ya ]

Apa yang dimaksud dengan wali songo

Wali Songo adalah Sembilan Wali yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.

"Wali Songo" berasal dari kata Wali berarti "Orang yang dipercaya" atau "Orang yang ditugaskan" sedangkan kata Songo/Sanga berarti nomor Sembilan.

Penjelasan:

Mereka adalah:

Sunan Gresik/Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria,dan Sunan Gunung

#Semoga Membantu

Apa yang dimaksud dengan wali songo
Wali Songo

Pengertian Wali SongoWali Songo adalah sembilan tokoh Islam yang berperan besar dalam penyebaran agama Islam di Indonesia. Wali Songo berasal dari kata Wali adalah orang yang dipercaya atau orang yang ditugaskan sedangkan kata Songo dalam (Jawa: Sɔngɔ) berarti nomor sembilan. Demikian, istilah ini sering diterjemahkan sebagai Sembilan Wali atau Wali Sembilan. Setiap anggota Wali Songo saling dikaitkan dengan gelar Sunan dalam bahasa Jawa, konteks ini berarti "terhormat". Sebagian besar wali juga dijuluki Raden selama hidup mereka, karena mereka berketurunan ningrat (istilah bangsawan Jawa.) Makam (Dalam tradisi Jawa makam memiliki istilah pundhen) para wali dihormati oleh masyarakat Jawa sebagai lokasi ziarah di Jawa sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih atas manfaat dan syafaat yang mereka amalkan pada masa hidupnya.

Nama dan Biografi Singkat Wali Songo

Kesembilan wali tersebut di antaranya, 1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)Maulana Malik Ibrahim dipercaya sebagai keturunan dari Nabi Muhammad. Wali yang disebut Sunan Gresik ini dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Pulau Jawa. Selain berdakwah, Sunan Gresik mengajarkan cara baru dalam bercocok tanam.Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Saat Majapahit sedang berada diambang keruntuhan karena perang saudara hingga ada masalah politik dan krisis ekonomi maka Sunan Gresik berusaha menenangkan dan menggugah semangat masyarakat.Bersama dengan pasukan dan tentara dari Laksamana Cheng Ho, Sunan Gresik mencetak sawah baru dan membangun irigasi untuk pertanian rakyat. Tindakannya ini berhasil membawa perbaikan pada masyarakat pesisir Gresik. Melalui pendekatan yang halus maka secara perlahan agama Islam dapat disebarkan dengan baik.2. Sunan AmpelSunan Ampel memiliki nama asli Raden Rahmat. Ia memulai dakwahnya dari sebuah pondok pesantren yang didirikan di Ampel Denta, Surabaya. Ia dikenal sebagai pembina pondok pesantren pertama di Jawa Timur. Sunan Ampel memiliki murid yang mengikuti jejak dakwahnya, yaitu Sunan Giri, Sunan Bonang, dan Sunan Drajat.Suatu ketika, Sunan Ampel diberi tanah oleh Prabu Brawijaya di daerah Ampel Denta. Ia lantas mendirikan sebuah masjid. Di sana, masjid tersebut dijaga oleh Mbah Sholeh. Ia sangat terkenal sebagai orang yang selalu menjaga kebersihan. Hal itu juga diakui oleh Sunan Ampel. Hingga suatu hari, Mbah Sholeh meninggal dunia. Ia lantas dimakamkan di samping masjid.Sepeninggal Mbah Sholeh, Sunan Ampel tak kunjung menemukan  pengganti penjaga masjid yang serajin Mbah Sholeh. Akibatnya, masjid tak terurus dan kotor. Sunan Ampel kemudian bergumam, “Seandainya Mbah Sholeh masih hidup, pasti masjidnya jadi bersih.”Seketika itu pula sosok serupa Mbah Sholeh muncul. Ia lantas menjalankan rutinitas yang biasa dilakukan Mbah Sholeh, namun tak lama kemudian meninggal lagi dan dimakamkan persis di samping makam Mbah Sholeh. Peristiwa itu terulang hingga sembilan kali. Konon, Mbah Sholeh baru benar-benar meninggal setelah Sunan Ampel meninggal dunia.Metode dakwah dari Kanjeng Sunan Ampel terkenal dengan keunikannya di mana ia melakukan upaya akulturasi dan asimilasi dari aspek budaya pra-Islam dengan Islam, baik melalui jalan sosial, budaya, politik, ekonomi, mistik, kultus, ritual, tradisi keagamaan, maupun konsep sufisme yang khas untuk merefleksikan keragaman tradisi muslim secara keseluruhan yang dibahas pada buku Mazhab Dakwah Wasathiyah Sunan Ampel.3. Sunan Bonang (Raden Makhdum Ibrahim)Sunan Bonang adalah salah satu Wali Songo yang menyebarkan ajaran agama Islam di Tanah Jawa. Ia memiliki nama asli Syekh Maulana Makdum Ibrahim, putra dari Sunan Ampel dan Dewi Condrowati (Nyai Ageng Manila). Namun, ada versi lain yang mengatakan Dewi Condrowati adalah putri Prabu Kertabumi. Dengan demikian, Sunan Bonang adalah Pangeran Majapahit.Sebab, ibunya adalah putri Raja Majapahit dan ayahnya menantu Raja Majapahit. Sunan Bonang menyebarkan ajaran agama Islam dengan cara menyesuaikan diri terhadap corak kebudayaan masyarakat Jawa. Seperti diketahui, orang Jawa sangat menggemari wayang dan musik gamelan. Karena itulah, Sunan Bonang menciptakan gending-gending yang memiliki nilai-nilai keislaman.Setiap bait lagu ciptaannya diselingi ucapan dua kalimat syahadat sehingga musik gamelan yang mengiringinya kini dikenal dengan istilah sekaten. 4. Sunan Drajat (Raden Qasim Syarifuddin)Raden Qasim Syarifuddin adalah putra Sunan Ampel dan adik dari Sunan Bonang. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kalangan rakyat kecil. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam.Dakwahnya diselingi dengan tembang suluk yang berisi petuah-petuah indah dan mendalam. Minat yang tinggi dari masyarakat terhadap dakwahnya mendorong Sunan Drajat untuk mendirikan pesantren yang dijalankan secara mandiri sebagai wilayah otonom dan bebas pajak.5. Sunan Kudus (Jafar Shaddiq)Sunan Kudus (Jafar Sadiq) diberi gelar oleh para wali dengan nama Wali Al-ilmi yang memiliki arti orang yang berilmu luas. Sunan  Kudus memiliki keahlian khusus dalam bidang agama. Ia juga dipercaya untuk memegang pemerintahan di daerah Kudus. Sunan Kudus merupakan salah satu Wali Songo penyebar agama Islam di Jawa, khususnya wilayah Jawa Tengah.Sunan Kudus merupakan putra dari Raden Usman Haji yang bergelar Sunan Ngudung di Jipang Panolan, dekat Blora. Selain belajar agama kepada ayahnya, Sunan Kudus juga belajar kepada beberapa ulama terkenal, seperti Kiai Telingsing, Ki Ageng Ngerang dan Sunan Ampel.Setelah menimba ilmu agama dari Kyai Telingsing, Sunan Kudus mewarisi ketekunan dan kedisiplinan dalam mengejar atau meraih cita-cita. Selanjutnya, Sunan Kudus juga berguru kepada Sunan Ampel di Surabaya selama beberapa tahun lamanya.Perjuangan Sunan Kudus dalam menyebarkan agama Islam sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan para wali lainnya. Ia senantiasa menempuh jalan kebijaksanaan. Dengan siasat dan taktik itu, masyarakat dapat diajak memeluk agama Islam.Saat itu, masyarakat di Kudus masih banyak yang belum beriman. Tentu saja bukan pekerjaan yang mudah untuk mengajak mereka memeluk agama. Apalagi mereka yang masih memeluk kepercayaan lama dan memegang teguh adat-istiadat jumlahnya tidak sedikit. Di dalam masyarakat dengan kondisi seperti itulah Sunan Kudus harus berjuang menegakkan agama.6. Sunan Giri (Muhammad Ainul Yaqin)Wali yang termasyur dengan sebutan Sunan Giri ini bernama asli Raden Paku. Sejak remaja ia belajar agama Islam di pondok pesantren Ampel dan berguru kepada Sunan Ampel. Ia mendirikan pesantren di Giri Kedaton yang berperan sebagai pusat dakwah di wilayah Jawa dan Indonesia Timur bahkan sampai ke Kepulauan Maluku.  Sunan Giri terkenal dengan dakwahnya yang membawa keceriaan, yang mana di tengah dakwahnya, ia menyelipkan tembang yang riang seperti cublak cublak suweng, lir ilir, dan jamuran.7. Sunan Kalijaga (Raden Mas Said)Masa muda dari Sunan Kalijaga dihabiskan sebagai “perampok budiman”, yang mengambil harta orang kaya untuk dibagikan ke rakyat miskin. Petualangannya itu berakhir saat bertemu Sunan Bonang, sehingga bertobat dan tergerak untuk menimba ilmu agama Islam.Sunan Kalijaga menjadikan Demak sebagai pusat dakwahnya. Di mana, ia berdakwah menggunakan pendekatan budaya dan kesenian yaitu wayang kulit serta tembang suluk. Ciri khas dari dakwahnya adalah toleransinya terhadap budaya dan tradisi setempat yang secara bertahap ia tanamkan kesadaran akan nilai-nilai Islam pada budaya masyarakat.8. Sunan Muria (Raden Umar Said)Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Seperti ayahnya, Sunan Muria menggunakan budaya dan kesenian dalam dakwahnya, di mana tembang sinom, kinanti, dan tradisi kenduri merupakan hasil kreativitasnya.Ia berupaya menanamkan kesadaran akan keluhuran nilai-nilai Islam secara bertahap. Pendekatannya disesuaikan dengan kondisi para pendengarnya yang kebanyakan berasal dari kalangan pedagang, nelayan, dan rakyat biasa. Adapun wilayah dakwahnya meliputi Pati, Juwana, Tayu, dan Kudus.9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) berperan penting dalam penyebaran Islam di Jawa Barat, khususnya Cirebon. Sunan Gunung Jati adalah pendiri dinasti kesultanan Banten yang dimulai dengan putranya, Sultan Maulana Hasanudin. Pada tahun 1527, Sunan Gunung Jati menyerang Sunda Kelapa di bawah pimpinan panglima perang Kesultanan Demak, Fatahillah.Sunan Gunung Jati merupakan sosok yang cerdas dan tekun dalam menuntut ilmu. Karena kesungguhannya, ia diizinkan ibunya untuk menuntut ilmu ke Makkah. Di sana, dia berguru pada  Syekh Tajudin Al-Qurthubi. Tak lama kemudian, ia lanjut ke Mesir dan berguru pada Syekh Muhammad Athaillah Al-Syadzili, ulama bermadzhab Syafi’i. Di sana, Sunan Gunung Jati belajar tasawuf tarekat syadziliyah.Setelah diarahkan oleh Syekh Ataillah, Syarif Hidayatullah memutuskan pulang ke Nusantara untuk berguru pada Syekh Maulana Ishak di Pasai, Aceh. Kemudian, ia melanjutkan perjalanan ke Karawang, Kudus, sampai di Pesantren Ampeldenta, Surabaya. Di sana, ia berguru pada Sunan Ampel.Sunan Gunung Jati lantas diminta untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam di daerah Cirebon dan menjadi guru agama. Ia menggantikan Syekh Datuk Kahfi di Gunung Sembung. Setelah masyarakat Cirebon banyak yang memeluk agama Islam, Syarif Hidayatullah lantas lanjut berdakwah ke daerah Banten.

Selama berdakwah di Cirebon, Syarif Hidayatullah menikahi Nyi Ratu Pakungwati, putri dari Pangeran Cakrabuana atau Haji Abdullah Iman, penguasa Cirebon saat itu. Di sana, ia mendirikan sebuah pondok pesantren, lalu mengajarkan agama Islam kepada penduduk sekitar. Para santri di sana memanggilnya dengan julukan Maulana Jati atau Syekh Jati. Selain itu, ia juga mendapatkan gelar Sunan Gunung Jati karena berdakwah di daerah pegunungan.

 

Dari berbagai sumber

Download

Ket. klik warna biru untuk link

Lihat Juga  

Materi Sosiologi SMA
1. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.1 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
2. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.2 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
3. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.3 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
4. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.4 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)   
5. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 3. Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum 2013)
6. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 1. Bentuk-bentuk Struktur Sosial (KTSP)
7. Materi Ujian Nasional Kompetensi Dinamika Struktur Sosial 
8. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 6. Masyarakat Multikultural (KTSP)
9. Materi Ujian Nasional Kompetensi Masyarakat Multikultural
10. Materi Ringkas Struktur Sosial dan Diferensiasi Sosial


Page 2

At Sosial79, accessible from https://sosial79.blogspot.com, one of our main priorities is the privacy of our visitors. This Privacy Policy document contains types of information that is collected and recorded by Sosial79 and how we use it.
If you have additional questions or require more information about our Privacy Policy, do not hesitate to contact us.
Sosial79 follows a standard procedure of using log files. These files log visitors when they visit websites. All hosting companies do this and a part of hosting services' analytics. The information collected by log files include internet protocol (IP) addresses, browser type, Internet Service Provider (ISP), date and time stamp, referring/exit pages, and possibly the number of clicks. These are not linked to any information that is personally identifiable. The purpose of the information is for analyzing trends, administering the site, tracking users' movement on the website, and gathering demographic information.
Like any other website, Sosial79 uses 'cookies'. These cookies are used to store information including visitors' preferences, and the pages on the website that the visitor accessed or visited. The information is used to optimize the users' experience by customizing our web page content based on visitors' browser type and/or other information.
For more general information on cookies, please read the "What Are Cookies" article on Cookie Consent website.
Google is one of a third-party vendor on our site. It also uses cookies, known as DART cookies, to serve ads to our site visitors based upon their visit to www.website.com and other sites on the internet. However, visitors may choose to decline the use of DART cookies by visiting the Google ad and content network Privacy Policy at the following URL – https://policies.google.com/technologies/ads
Some of advertisers on our site may use cookies and web beacons. Our advertising partners are listed below. Each of our advertising partners has their own Privacy Policy for their policies on user data. For easier access, we hyperlinked to their Privacy Policies below.

  • Google https://policies.google.com/technologies/ads
You may consult this list to find the Privacy Policy for each of the advertising partners of Sosial79. Our Privacy Policy was created with the help of the Free Privacy Policy Generator and the Privacy Policy Generator Online.
Third-party ad servers or ad networks uses technologies like cookies, JavaScript, or Web Beacons that are used in their respective advertisements and links that appear on Sosial79, which are sent directly to users' browser. They automatically receive your IP address when this occurs. These technologies are used to measure the effectiveness of their advertising campaigns and/or to personalize the advertising content that you see on websites that you visit.
Note that Sosial79 has no access to or control over these cookies that are used by third-party advertisers.
Sosial79's Privacy Policy does not apply to other advertisers or websites. Thus, we are advising you to consult the respective Privacy Policies of these third-party ad servers for more detailed information. It may include their practices and instructions about how to opt-out of certain options.
You can choose to disable cookies through your individual browser options. To know more detailed information about cookie management with specific web browsers, it can be found at the browsers' respective websites. What Are Cookies?
Another part of our priority is adding protection for children while using the internet. We encourage parents and guardians to observe, participate in, and/or monitor and guide their online activity.
Sosial79 does not knowingly collect any Personal Identifiable Information from children under the age of 13. If you think that your child provided this kind of information on our website, we strongly encourage you to contact us immediately and we will do our best efforts to promptly remove such information from our records.
This Privacy Policy applies only to our online activities and is valid for visitors to our website with regards to the information that they shared and/or collect in Sosial79. This policy is not applicable to any information collected offline or via channels other than this website.
By using our website, you hereby consent to our Privacy Policy and agree to its Terms and Conditions.