Apa yang dimaksud dengan tri kerangka dasar agama Hindu brainly

Rabu, 17 Oktober 2018 | admin | 10289 kali

Apa yang dimaksud dengan tri kerangka dasar agama Hindu brainly

Pemahaman masyarakat tentang pemahaman dan proses pembelajaran umat Hindu banyak di mulai dan menggunakan sarana upacara keagamaan atau upacara adat.  Dengan demikian tujuan penanaman konsep dasar Agama Hindu menjadi kabur dan dapat membingungkan masyarakat, khususnya bagi penganut sebuat ritual keagamaan. Bahwa dengan demikian sebenarnyalah para tetua Hindu telah meletakkan dasar yang kuat sebagai kerangka Umat hindu, yaitu Tattwa, Susila dan Upacara. Ketiga konsep dasar ini satu sama lainnya saling memperkuat dan tidak bisa terlepas dari system pembelajaran hidup dan berkarya dalam umat Hindu. Tatwa adalah ajaran tentang kebenaran, yang dapat ditelusuri melalui Tri Premana: 1) agama premana yaitu melalui pembejaran agama dan penelusursan kita suci agama hindu, dimana disana dituangkan hasil-hasil pendalaman tentang peradaban umat manusia sejak ratusan tahun yang lalu, dan diperkirakan daya jangkaunya jauh ke depan, selama umat manusia masih ada. 2) menyangkut Anumana premana, setiap umat dibekali nalar dan pikiran yang sehat serta rasionalitas, untuk dapat memahami, menghubungkan berbagai fakta, yang dapat mengungkapkan kebenaran, masa kini dan masa yang akan datang. 3) pratyaksa proses pemahaman melalui panca indera, di mana manusia dapat merasakan, mendengar, melihat, mengamati berbagai hal yang mengarah pada kebenaran dunia. Sejak penanaman terhadap lima kepercayaan umat Hindu yang disebut dengan panca srada, yaitu percaya dengan adanya Brahman, Atman, Karma Phala, Punarbhawa dan moksa, maka keinginan manusia untuk mencari tentang kebenaran tersebut tidak bisa dibendung. Timbul keinginan mendalami, mencari dan membahasnya dalam setiap pertemuan ilmiah adalah upaya untuk membuktikan bahwa panca sradha itu benar adanya dan dapat dicapai melalui keheningan jiwa dan pengabdian yang tulus pada setiap pemahaman yang diajarkan pada umat manusia. Melalui panca sradha cita-cita dan tujuan umat hindu dirancang sedemikian rupa agar manusia berbuat,  berperilaku berdasarkan dan dibimbing oleh keyakinan tersebut, untuk mencapai tujuan utama umat hindu yaitu moksartham jagatdhita. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi upaya mencapai kesejahteraan umat manusia berlandaskan pada ajaran kebenaran dan kebijaksaan, yang berlandasakan pada masa kini, untuk menata masa depan yang lebih baik, melalui kerangka agama dan tattwa dirancang, untuk tidak sekedar sejahtera secara materiil akan tetapi pencapaian kesejahteraan non matriil spiritual menjadi bagian utama yang ditungkan melalui ajaran agama, melalui berbagai kita suci, yang merupakan mahakarya adiluhung, yang tidak ada tandingan sampai jaman sekarang maupun di masa akan datang. Berbagai masalah dan solusi terhadap masalah, baik ekonomi, politik, budaya, sosial kemasyarakat dapat dikupas habis melalui weda, bagawadgitha, artha sastra, dan kitab suci lainnya.

 Kalau disepadankan dengan kehidupan dan tatanan masyarakat modern, dimana di negeri ini adalah Pancasila sebagai dasarnya, maka sila ke Tuhanan Hyang Maha Esa (Brahman) adalah yang pertama dan utama. Perputaran dunia yang didasarkan pada keyakinan pada Tuhan akan membawa manusia, meyakini bahwa perlu adanya saling memahami antar umat manusia, peradaban yang mengarah pada pembangunan kualitas manusia, yang mengandung makna harmonisasi hubungan manusia dengan Tuhannya (prahyangan), didasari pada harmoni hubungan manusia dengan manusia lainnya (pawongan). Tentunya dalam hal ini kita sudah membicarakan soal kerangka yang kedua, yaitu SUSILA, yang dapat mencerminkan ketegasan sikap yang dapat merefleksikan sikap simatik, memegang teguh seni-sendi kesusilaan, moralitas yang tinggi. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, etika dan moral ini sudah semestinya menjadi tuntunan bagi para pelayan publik, praktisi politik, birokrat, pengusaha dan para pekerja diberbagai bidang profesi, serta masyarakat. Masyarakat dan para pejabat publik dapat menyadari secara penuh tentang hak dan kewajibannya sebagai pengabdi masyarakat dan pelayan Negara. Masyarakat hindu bersifat terbuka dan dapat menerima perubahan, dapat tercermin manakala umat dapat memahami ajaran tatwamasi, “vasudhaiwa kutumbakam” (dunia adalah satu keluarga), ajaran tri kaya parisudha, dimana setiap pikiran, perkataan, dan perbuatan senantiasa selalu dalam keadaan bersih, suci atau tersucikan “parisudham”. Pikiran, perkataan dan perbuatan baik sehingga manusia memiliki kebajikan dan kebijaksanaan, melalui wiweka jnana umat manusia dapat menyaring semua pengaruh dari unsur-unsur yang tidak sesuai dengan adab manusia, dimana perilaku yang selalu mengarah pada satwam dan menghindarkan diri dari perilaku yang berbau rajasika dan tamasika. Dalam menghasilkan material, sebagai salah satu unsur pembentuk kebahagiaan, umat hindu berpedoman pada catur purusa artha, yaitu dharma,artha, kama dan moksa. Penggunaan artha kekayaan yang diperolehnya adalah yang terutama untuk melaksanakan dharma agama, sebagai contoh menekuni ajaran agama, melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari, melakukan sedekah, menjaga dan memelihara tempat suci. Yang kedua artha, yaitu untuk mengembangkan artha itu sendiri melalui investasi, menabung, membangun usaha, menciptakan lapangan kerja, melaksanakan pendidikan dan menjaga warisan leluhur, yang dapat berupa kita suci, pusaka, merajan, kahyangan, dan pura-pura lainnya. Yang ketiga kama, umat manusia juga diperkenankan untuk dapat memenuhi keinginannya, hasratnya, yang tentunya yang sudah dibenarkan melalui ajaran tatwa dan susila ini. Dan moksa adalah tujuan akhir yang harus sudah direncanakan dapat dicapai, melalui menyisihkan artha matariil kita, untuk cepat mencapai kemapanan bidang ekonomi, dan segera menuju tindakan dan perilaku menuju upaya mencapai kesejahteraan bahtin, dapat dengan memperdalam ajaran agama, melakukan brata semadi, menyebarkan ajaran kebajikan, membantu setiap umat yang mengalami kesusahan di bidang kesejahteraan lahir dan bathin. Suasana pemahaman yang mendalam, dapat mengendalikan diri secara baik, melakukan setiap tindakan penuh pengorbanan suci dan tanpa pamrih, dapat menciptakan pencapaian moksa secara lahiriah, badan dan pikiran senantiasa dalam keadaan bahagia. “Laksanane suka lila, legawa suka sejati” (tamtam).

Pencapaian konsep tertinggi, bagi umat di Bali banyak dimulai dengan penerapan siwa sesana dan menggunakan sarana upacara ritual, sebagai kerangka hindu yang ketiga. Simbul-simbul dan berbagai perwujudan Idha Sanghyang Kuasa, pemahaman hakekat manusia dan lingkungan diwujudkan melalui sarana bebantenan. Kata banten memliki pamaknaan “bahan” dan “enten” (sarana dan eling), manusia melakukan tindakan upacara sering di sebut “maturan” asal “atur” atau menata-di tata. Upacara juga bisa diartikan acara atau tatanan: 1) kelakuan, 2) adat istiadat dan 3). Peraturan. Sering juga diwakili dengan konsep yadnya, yang dapat berarti memuja, menghormati, berkorban, mengabdi, berbuat baik, berserah diri. Yadnya dalam  pengertian melaksanakan kewajiban dan juga menebus tri rnam, yaitu  Dewa rnam melalui dewa yadnya dan Butha yadnya memberikan persembahan pada mahluk ciptaannya dan alam semesta, dalam upaya mewujudkan harmonisasi hubungan manusia dengan lingkungannya (palemahan), pitra rnam dengan pitra yadnya mis. Upacara pengabenan, membuat merajan dan selalu menyembah leluhur melalui pura kawitan ataupun setiap waktu dimanapun berada dan manusa yadnya perwujudan bayar utang pada leluhur dengan melaksanakan kewajiban sebagai orang tua, mempersiapkan keturunan dengan pendidikan yang baik, telah dilakukan upacara manusa yadnya, sebagaimana kita alami sebagai anak diperlakukan oleh orang tua, rsi rnam dengan dengan menghormati guru dan melaksanakan ajarannya, mengajarkan berbagai ajaran pada umat dan generasi selanjutnya dan melaksanakan upacara rsi yadnya, serta tirta yatra.

Dengan pemahaman yang komprehensif terkait tiga kerangka Umat Hindu, yaitu Tattwa, Susila dan Upacara sebagai satu rangkaian yang tak terpisahkan, Maka cita-cita leluhur kita untuk mempersiapkan umat Hindu senantiasa dalam ketenangan, jagra, damai adalah upaya untuk mencapai cita-cita umat hindu, yaitu moksartham jagatdhita ya ca iti dharma adalah upaya mencapai masyarakat madani dan modern, yang memiliki ciri: menghormati hak dan kewajiban, memanfaatkan IPTEK, tidak pernah menyerah, bersifat terbuka dan menerima perubahan, berorientasi masa kini dan masa yang akan datang, penuh perencanaan dan cita-cita yang luhur

Demikian materi jagrawinungu Pro 1 RRI narasuber : Dr. Gede Sandiasa, S.Sos, M.Si, dengan pemandu Mbak Ningsih

Terima kasih semoga bermanfaat

Jakarta (Kemenag) --- Tujuan agama Hindu adalah mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan jasmani. Dalam pustaka Weda disebut “Mokshartham Jagathitaya Ca Iti Dharma”. Agama atau dharma itu ialah untuk mencapai moksa (kebahagiaan rohani) dan jagathita yang artinya mencapai kebebasan jiwatman terhadap kebahagiaan duniawi. 

Untuk mencapai hal tersebut, agama Hindu menjabarkan menjadi tiga kerangka dasar, yaitu: “Tatwa (filsafat), Etika (susila), dan Upacara (ritual).

A. Tatwa
Tatwa yaitu filsafat, ajaran, pengetahuan yang bersumber dari Weda (Sruti dan Smerti). Weda terdiri atas enam batang tubuh atau Sad Wedangga, yaitu:  Siksha (fonetika dan fonologi/sandi), Chanda (irama), Wyakarana (tata bahasa), Nirukta (etimologi), Jyotisa (ilmu perbintangan/astrologi), dan Kalpa (ilmu mengenai upacara keagamaan).

Kalpa Wedangga terdiri atas empat jenis menurut topiknya, yaitu: Srauta Sutra (manual untuk upacara besar), Grhya Sutra (manual untuk orang berumah tangga), Dharma Sutra (manual untuk melakukan pemerintahan), dan Sulva Sutra (manual untuk membuat bangunan-bangunan agama hindu)

Dalam perkembangannya, ajaran agama Hindu di Indonesia oleh para orang suci/maharsi disusun dan disesuaikan dengan tempat mereka mengembangkan ajaran dalam bentuk Rontal/Lontar. Salah satunya adalah Sulva Sutra, dalam Bahasa Jawa kuno disebut sebagai rontal/lontar kosala dan kosali. Ada juga Jyotisa, di Bali sering dipakai sebagai pedoman mencari hari baik atau wariga/wewaran. 

Dalam perkembangan ajaran agama Hindu, dikenal juga: pokok-pokok ajaran agama Hindu, Panca Srada, Tri Guna (tiga sifat alami yang ada sejak lahir), Tri Hitakarana (tiga penyebab kebahagiaan), Tri Kaya Parisudha (tiga perbuatan yang harus dijaga kesuciannya), Tri Rna (tiga hutang manusia), Catur Purusa Arta, dan banyak lagi ajaran atau filsafat seperti Bhagawad Gita, Samkya, Sarasamuscaya, dan lain sebagainya.

B. Etika
Etika atau susila berasal dari kata “su” yang berarti baik, indah, harmonis dan “sila” yang berarti prilaku, tata cara/tata laku. Jadi susila berarti tingkah laku manusia yang baik dalam mengadakan hubungan timbal balik yang selaras dan harmonis antara sesama manusia dengan alam semesta dan dengan tuhan (tri hita karana). Setiap individu guna mencapai kesempurnaan dan kesucian hidupnya hendaknya selalu menjaga kesucian pikiran, perkataan, dan perbuatan (tri kaya parisudha).

Di lingkungan keluarga misalnya, anak-anak hendaknya berbicara dan bertingkah laku yang sopan terhadap orang tua. Orang tua juga hendaknya memberi contoh/teladan tentang perilaku yang baik kepada anaknya, sehingga terjadi hubungan yang harmonis di lingkungan keluarga.

Dalam menjaga hubungan dengan alam,  ketika akan menebang pohon untuk digunakan, maka hendaknya menanam pohon baru sebagai pengganti. Setiap orang hendaknya merawat lingkungan sekitar sehingga alam tetap lestari.

Sementara untuk menjaga hubungan dengan Ida Sanghyang Widi/Tuhan, dapat dilakukan dengan Nitya Yadnya (persembahyangan Tri Sandhya, Mesesaiban/Ngejot), dan Naimitika Yadnya (persembahyangan pada waktu-waktu tertentu misalnya hari-hari suci, Tilem, Purnama, Galungan, Kuningan, Nyepi dan hari suci lainya). Selain kedua cara di atas, hubungan dengan Tuhan dapat pula dilakukan dengan berdoa dalam kegiatan sehari-hari (doa makan, sebelum makan, mau bekerja dan sebagainya) dapat pula dengan berjapa.

C. Upacara
Upacara yaitu kegiatan agama Hindu dalam bentuk ritual. Ada lima upacara/yadnya yang dikenal dalam Hindu atau yang disebut dengan Panca Yadnya, yaitu: Dewa Yadnya (upacara hari suci tilem, purnama, galungan), Rsi Yadnya (upacara pewintenan, diksa, dan lainnya), Pitra Yadnya (upacara ngaben/kematian), Manusia Yadnya (upacara otonan, potong gigi, pewiwahan/nikah, dan lainnya),  Bhuta Yadnya (upacara Mecaru, mesegeh).

Ketika kita berbicara upacara tentu ada yantra dan mantra (persembahan/Banten dan doa).  Bhagawadgita BAB IX Sloka 26 menjelaskan: Patram Puspam Phalam Toyam, Yo me bhaktya prayacchati, Tad aham bhakty-upahrtam, Aasnami prayatatmanah. Artinya, siapapun dengan sujud bhakti kepada-ku mempersembahkan sehelai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan, seteguk air, aku terima sebagai bhakti persembahan dari orang yang berhati suci.

Tatwa, Etika, Susila merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Ketiganya mesti dimiliki dan dilaksanakan oleh umat Hindu. Begitu eratnya kaitan antara ketiga dasar ini, sehingga diumpamakan seperti sebuah telur ayam yang terdiri dari: kuning telur dan sarinya adalah tatwa, putih telur adalah susila, sedangkan kulit telur adalah upacara.

Telur itu sempurna. Jika ketiga bagiannya sempurna dan dipanaskan dengan tepat dan baik oleh sang induk ayam, maka akan menetaslah telur itu atau lahirlah anak ayam sebagai tujuan akhir dari diciptakannya telur.

Om Shanti Shanti Shanti

I Nyoman Artawan (Ditjen Bimas Hindu)