Apa wujud akulturasi budaya dalam bidang seni bangunan setelah masuknya agama hindu-buddha

adjar.id – Adjarian masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia pada zaman dahulu menyebabkan akulturasi kebudayaan dengan masyarakat Indonesia.

Akulturasi kebudayaan adalah proses percampuran unsur-unsur kebudayaan dari satu kebudayaan dengan kebudayaan lain yang membentuk kebudayaan baru.

Kebudayaan baru tersebut tidak menghilangkan ciri khas kebudayaan aslinya.

Baca Juga: Jenis-Jenis Substansi Kebudayaan di dalam Kehidupan Masyarakat

Maka dari itu, agar dapat berakulturasi setiap kebudayaan harus seimbang.

Begitu juga dengan kebudayaan Hindu-Buddha yang berasal dari India dengan kebudayaan asli Indonesia.

Akulturasi kebudayaan Hindu-Buddha dengan kebudayaan asli Indonesia dapat kita lihat dari seni bangunan.

Yuk, kita simak seni bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia dengan Hindu-Buddha di bawah ini!

“Akulturasi kebudayaan merupakan percampuran dua kebudayaan yang berbeda tanpa meninggalkan bentuk asli kebudayaan asal.”

Bentuk-Bentuk Akulturasi Kebudayaan

1. Seni Bangunan

Adjarian pernah melihat candi, seperti Candi Borobudur yang masuk ke dalam 7 keajiban dunia?

Nah, bentuk bangunan candi di Indonesia adalah bentuk akulturasi kebudayaan antara unsur-unsur Hindu-Buddha dengan unsur budaya Indonesia asli.

Bangunan candi yang megah, juga ada patung-patung perwujudan para dewa, serta bagian candi dan stupa merupakan unsur dari India.

Sedangkan bentuk candi yang berbentuk punden berundak merupakan unsur asli Indonesia.

Baca Juga: Sejarah Kerajaan Majapahit, Kerajaan Terbesar di Indonesia Mulai dari Masa Kejayaan sampai Kehancuran

2. Seni Ukir dan Seni Rupa

Apa wujud akulturasi budaya dalam bidang seni bangunan setelah masuknya agama hindu-buddha

pxhere

Relief pada candi merupakan salah satu bentuk seni ukir.

Pangaruh kebudayaan India juga membawa perkembangan dalam bidang seni ukir yang di mana kita bisa melihatnya dari relief-relief pada candi.

Misalnya pada relief yang ada pada dinding pagar langkan di Candi Borobudur, merupakan pahatan riwayat Sang Buddha.

Penggambaran mengenai sekitar Sang Buddha yang terdapat alam Indonesia seperti burung merpati dan rumah panggung, merupakan akulturasi kebudayaan keduanya. 

“Candi merupakan bangunan hasil akulturasi kebudayaan asli Indonesia dengan kebudayaan Hindu-Buddha.”

3. Seni Sastra dan Aksara

Seni sastra Indonesia juga tidak ketinggalan dari pengaruh India.

Pada waktu itu, seni sastra ada yang berbentuk prosa dan tembang atau puisi.

O iya, berdasarkan isinya, seni sastra terbagi menjadi tiga, yaitu tutur (pitutur kitab keagamaan), kitab hukum, dan wiracarita (kepahlawanan).

Contoh wiracarita yang terkenal di Indonesia yaitu kitab Ramayana dan Mahabarata, yang kemudian memunculkan wiracarita hasil gubahan dari pujangga Indonesia.

Baca Juga: Sejarah Kerajaan Buleleng dan Penyebab Runtuhnya Kerajaan Buleleng

Gubahan tersebut berupa kitab Baratayuda karangan Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.

Seni sastra yang semakin berkembang membuat lahirnya seni pertunjukan wayang kulit di Indonesia yang bersumber dari kitab Mahabarata dan Ramayana.

Selain itu, muncul tokoh-tokoh pewayangan khas Indonesia, misalnya tokoh punakawan seperti Gareng, Semar, dan Petruk, yang tidak ada di India.

Perkembangan seni sastra sangat cepat di dudukung oleh penggunaan huruf pallawa, di mana ditemukan karya sastra Jawa Kuno.

“Kitab Ramayana dan Mahabarata menjadi awalan lahirnya pertunjukkan wayang kulit di Indonesia.”

4. Sistem Kepercayaan

Pada masa praaksara, orang-orang di kepulauan Indonesia sudah mengenal simbol-simbol filosofis.

Seperti saat ada orang meninggal, di dalam kuburnya disertakan benda-benda.

Selain itu, masyarakat tersebut juga sudah percaya tentang adanya kehidupan sesudah kematian, yaitu sebagai roh halus.

Oleh karena itu Adjarian, roh nenek moyang dipuja oleh yang masih hidup, di mana kita mengenalnya dengan kepercayaan animisme.

Baca Juga: Mengenal Hikayat: Pengertian, Contoh, dan Karakteristik Hikayat

Setelah masuknya India kepercayaan tersebut tidak punah, hal ini dapat kita lihat dari fungsi candi.

Fungsi candi di India adalah untuk pemujaan, sedangkan di
Indonesia, selain untuk pemujaan, candi juga dijadikan sebagai makam raja.

Hal ini terlihat dari peripih tempat penyimpanan abu jenazah raja, didirikan patung raja dalam bentuk mirip dewa yang dipujanya.

Ini merupakan perpaduan fungsi candi di India dan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia.


“Fungsi candi di India sebagai tempat pemujaan sama seperti yang ada di Indonesia.”

5. Sistem Pemerintahan

Datangnya pengaruh dari India di Indonesia, sistem pemerintahan menjadi berubah dan lebih sederhana.

Pemerintahan yang dimaksud adalah semacam pemerintah di suatu desa atau daerah tertentu.

Dahulu rakyat mengangkat seorang pemimpin atau kepala suka, di mana yang dipilih adalah orang yang senior dan dapat membimbing.

Baca Juga: Mengenal Kain Tenun Nusantara serta Jenis Tenun Ikat dan Tenun Songket

Selain itu seorang pimpinan pemerintah juga memiliki kelebihan, seperti dalam bidang ekonomi, berwibawa dan memiliki semacam kesaktian.

Tetapi dengan masuknya pengaruh India, maka pemimpin tadi diubah menjadi raja dan wilayahnya disebut dengan kerajaan.

Nah Adjarian itu tadi bentuk-bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Hindu-Buddha.

Sekarang, yuk coba jawab pertanyaan di bawah ini!

Pertanyaan

Contoh seni ukir yang mendapat pengaruh dari kebudayaan Hindu-Budda adalah?

Petunjuk: Cek halaman 2.

KOMPAS.com - Ketika pengaruh Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, kebudayaan lama atau tradisi lokal masyarakatnya tidak lantas hilang.

Dua kebudayaan tersebut berinteraksi sehingga melahirkan beberapa kebudayaan baru sebagai bentuk perpaduan atau terjadi proses akulturasi.

Wujud akulturasi budaya lokal dengan Hindu-Buddha dapat dilihat dalam bentuk seni bangunan, seni ukir, karya sastra, ataupun kepercayaan.

Berikut ini contoh wujud akulturasi kebudayaan nusantara dan Hindu-Buddha yang banyak dijumpai hingga saat ini.

Seni bangunan

Candi Hindu maupun Buddha pada dasarnya merupakan perwujudan akulturasi budaya lokal dengan budaya India.

Unsur-unsur Hindu-Buddha dapat dilihat dari bangunan yang megah, patung-patung perwujudan dewa, serta bagian-bagian candi dan stupa.

Sementara bentuk candi yang pada hakikatnya adalah punden berundak merupakan unsur budaya lokal.

Baca juga: Daftar Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia

Seni rupa dan seni ukir

Masuknya pengaruh Hindu-Buddha juga membawa perkembangan dalam bidang seni rupa, seni pahat, dan seni ukir.

Contohnya dapat dilihat pada relief yang dipahatkan pada bagian dinding-dinding candi.

Misalnya relief di Candi Borobudur yang berupa pahatan riwayat Sang Buddha di mana sekitarnya terdapat lingkungan alam Indonesia seperti rumah panggung dan burung merpati.

Prosa dan puisi adalah dua bentuk seni sastra yang berkembang saat kebudayaan Hindu-Buddha masuk ke nusantara.

Berdasarkan isinya, kesusatran tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tutur (kitab keagamaan), kitab hukum, dan wiracarita (kepahlawanan).

Bentuk cerita kepahlawanan sangat terkenal di Indonesia, seperti contohnya Kitab Ramayana dan Mahabarata.

Setelah masuknya kebudayaan Hindu-Buddha, terbitlah wiracarita hasil gubahan dari pujangga Indonesia.

Salah satu contohnya adalah Kitab Baratayudha yang dikarang oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.

Baca juga: Kitab Ramayana: Penulis, Isi, dan Kisahnya

Seni pertunjukan

Gamelan merupakan salah satu seni pertunjukan asli Indonesia yang dimiliki sejak sebelum masuknya Hindu-Buddha.

Ketika budaya Hindu-Buddha masuk ke nusantara, gamelan juga mengalami perkembangan baik dalam bentuk maupun kualitasnya.

Selain itu, pertunjukan wayang juga termasuk salah satu wujud akulturasi kebudayaan lokal dan Hindu-Buddha.

Berkembangnya karya sastra yang bersumber dari Ramayana dan Mahabarata kemudian melahirkan seni pertunjukan wayang kulit.

Isi dan cerita dalam pertunjukan wayang berasal dari India, sementara wayangnya adalah kebudayaan asli Indonesia.

Baca juga: Relief Candi Borobudur: Susunan dan Maknanya

Sejak masa praaksara, masyarakat Indonesia telah mengenal kepercayaan, seperti memuja roh nenek moyang yang telah mati (animisme).

Setelah Hindu-Buddha masuk, kepercayaan terhadap roh halus tidak punah.

Hal ini dapat dilihat dari cara masyarakat Indonesia menggunakan candi.

Apabila bagi masyarakat India fungsi candi adalah sebagai tempat pemujaan, orang Indonesia juga menggunakannya sebagai makam raja atau tempat menyimpan abu jenazah.

Di tempat penyimpanan abu itu kemudian didirikan patung raja dalam bentuk mirip dewa yang dipujanya.

Sistem pemerintahan

Pada zaman prasejarah, kelompok-kelompok masyarakat Indonesia biasanya mengangkat seorang pemimpin untuk dijadikan kepala suku.

Orang yang dipilih biasanya memiliki kelebihan bahkan kesaktian.

Setelah pengaruh Hindu-Buddha masuk, pemimpin itu diubah menjadi raja dan wilayahnya disebut kerajaan.

Salah satu contohnya adalah pada masyarakat Kutai.

Referensi:

  • Yudoseputro, Wiyoso. (2008). Jejak-Jejak Tradisi Bahasa Rupa Indonesia Lama. Jakarta: Yayasan Seni Visual Indonesia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.