Apa tujuan Soekarno Hatta dan Radjiman ke Dalat Vietnam?

Apa tujuan Soekarno Hatta dan Radjiman ke Dalat Vietnam?

Ilustrasi: Edi Wahyono

Kamis, 4 Agustus 2022

Militer Jepang di Asia-Pasifik mulai terpojok oleh militer Sekutu pada 1944. Perdana Menteri Jepang Koiso Kuniaki, dalam pidatonya pada 7 September 1944, menyampaikan bahwa daerah-daerah di laut selatan, termasuk Indonesia, akan dimerdekakan. Bangsa Indonesia pun mulai diizinkan mengibarkan bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu ‘Indonesia Raya’.

Terkait janji kemerdekaan itu, pada 29 April 1945, dibentuklah Dokuritsu Junbi Chosakai atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Lembaga beranggotakan 60 orang itu dipimpin oleh dr KRT Radjiman Wedyodiningrat sebagai ketua dan Ichibangase Yosio sebagai ketua muda. Lalu sebagai sekretarisnya adalah Toyohito Masuda dan Abdul Gaffar Pringgodigdo.

BPUPKI, yang di antaranya berisi Sukarno, Mohammad Hatta, Muhammad Yamin, Raden Oto Iskandardinata, KH Wahid Hasyim, Supomo, dan Haji Agus Salim, dilantik di gedung Cuo Sangi In (sekarang kantor Kementerian Luar Negeri) di Jalan Pejambon, Jakarta Pusat, pada 28 Mei 1945. BPUPKI bersidang dua kali membahas rumusan dasar negara dan rancangan undang-undang dasar hingga rencana membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Setelah tugasnya selesai, BPUPKI melaporkannya kepada Gunseikanbu atau penguasa Jepang pada 18 Juli 1945. Lalu badan tersebut dibubarkan dan diganti dengan Dokuritsu Junbi Inkai atau PPKI pada 7 Agustus 1945. PPKI, yang beranggotakan 27 orang, dipimpin oleh Sukarno sebagai ketua, Hatta sebagai wakil ketua, dan Ahmad Soebardjo sebagai penasihat.

Pembentukan PPKI ini sangat cepat karena melihat perkembangan politik dan keamanan di kawasan Asia-Pasifik. Lembaga itu dibentuk sehari setelah pasukan Amerika Serikat menjatuhkan bom atom seberat 64 kilogram di Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Bom nuklir atau bom little boy itu setidaknya menewaskan 90-146 ribu orang. Pada 8 Agustus, Uni Soviet mengumumkan perang melawan Jepang dengan menginvasi Manchuria. Esoknya, 9 Agustus 1945, pesawat AS kembali menjatuhkan bom nuklir ke Nagasaki yang menewaskan 39-80 ribu orang.

Apa tujuan Soekarno Hatta dan Radjiman ke Dalat Vietnam?

Jenderal Terauchi Hisaichi, Panglima Perang Jepang wilayah Selatan (Asia Tenggara) 1943-1945
Foto : Getty Images

Panglima Perang Tertinggi Jepang Wilayah Selatan (Asia Tenggara) Jenderal Besar Terauchi Hisaichi memanggil tiga anggota PPKI, yaitu Sukarno, Hatta, dan Radjiman, untuk datang ke markasnya di Dalat, Vietnam. “Aku gugup. Aku merasakan sesuatu yang penting yang akan terjadi. Tapi apa?” ungkap Sukarno dalam Bung Karno Penjambung Lidah Rakjat Indonesia karya Cindy Adam (1966).

Bertepatan dengan dijatuhkannya bom nuklir di Nagasaki, Sukarno, Hatta, dan Radjiman terbang menuju Dalat. Dikawal Kolonel Nomura dan Miyosi sebagai penerjemah serta 20 perwira Jepang, mereka berangkat menumpang pesawat dari Kemayoran pada pukul 05.00 WIB. Penerbangan tersebut dirahasiakan, termasuk kepada keluarga, karena sewaktu-waktu pesawat yang mereka tumpangi bisa saja disergap dan ditembaki pesawat pemburu pasukan Sekutu.

Siang hari, rombongan Sukarno, Hatta, dan Radjiman tiba di Singapura. Mereka menginap semalam untuk menghindari penerbangan malam hari karena pesawat pemburu Sekutu biasa berpatroli pada malam hari. Selain itu, pasukan Sekutu tak hanya mengincar pasukan Jepang, tapi juga Sukarno-Hatta, yang dianggap sebagai kolaborator Jepang dan sangat berbahaya.

Keesokan harinya, rombongan Sukarno melanjutkan penerbangan menuju Saigon dengan menumpang pesawat kargo. Penerbangan Singapura-Saigon tidaklah mudah saat itu karena cuaca buruk, hujan lebat, dan kabut tebal. Pesawat berguncang hebat karena melewati daerah turbulensi. Guncangan pesawat membuat semua barang di dalam kabin berantakan. Hal itu menambah kecut hati semua rombongan Sukarno. “Kami mendarat dengan keras di suatu lapangan terbuka dan hampir saja menubruk seekor kerbau. Barang-barang berserakan. Kami terhempas dan benjol-benjol. Pikiran kami sangat terguncang karenanya,” ungkap Sukarno.

Kecemasan mereka bertambah karena mereka belum tahu alasan dipanggil Terauchi itu. Baru pada 12 Agustus 1945 pagi-pagi sekali, mereka berangkat menuju Dalat. Mereka dijadwalkan bertemu dengan Terauchi sekitar pukul 10.00 WIB. Setelah bertemu, ketiganya baru lega mendengar bahwa Jepang akan segera memerdekakan Indonesia.

Apa tujuan Soekarno Hatta dan Radjiman ke Dalat Vietnam?

Mohammad Hatta (kedua dari kiri) dan Sukarno
Foto: Kepustakaan Presiden/Perpustakaan Nasional

Dalam pertemuan itu, Terauchi mengatakan Tokyo memutuskan memberikan kemerdekaan kepada seluruh wilayah Hindia Belanda, tapi tidak termasuk Malaya dan bekas wilayah jajahan Inggris di Kalimantan. Sesudah itu, Terauchi memberikan selamat kepada Sukarno, Hatta, dan Radjiman, yang kemudian diikuti seluruh staf di markas besar pasukan Jepang ikut menyalami mereka.

Hatta memandang pertemuan itu sangat spesial. Ia menganggap kemerdekaan itu sebagai kado ulang tahun baginya karena bertepatan dengan tanggal kelahiran, yaitu 12 Agustus. “Dalam hati kecilku, aku menganggap kemerdekaan Indonesia itu sebagai hadiah jasaku sekian lama berjuang untuk kemerdekaan Indonesia,” ungkapnya terharu seperti dikutip dalam buku Untuk Negeriku: Sebuah Otobiografi (2011).

Saat itu Sukarno bertanya kepada Terauchi, kapan keputusan Tokyo tentang Indonesia merdeka dapat diumumkan kepada rakyatnya. Terauchi menjawab, “Terserah kepada tuan-tuan panitia persiapan, kapan saja dapat. Itu sudah menjadi urusan tuan-tuan,” jawabnya seperti tertulis dalam Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang disusun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2015).

Setelah pertemuan itu, rombongan Sukarno dan Hatta meninggalkan Dalat untuk kembali menuju Saigon pada pukul 12.00 WIB. Setelah bermalam di Saigon, rombongan kembali ke Jakarta dengan transit semalam di Singapura. Saat perjalanan pulang ke Jakarta, mereka menumpang pesawat pengebom uzur milik pasukan Jepang yang sudah penuh dengan lubang bekas tembakan. Tak ada tempat duduk, pendingin udara, maupun ruang toilet.

Walau begitu, mereka tak mengeluhkan buruknya fasilitas di pesawat tersebut. Sukarno malah menyempatkan diri berdiskusi dengan Hatta tentang bagaimana untuk segera mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Di tengah diskusi itulah, Sukarno kebelet buang air kecil. Ia berbisik kepada dokter pribadinya bagaimana caranya untuk buang air kecil. Dokter itu menyarankan agar Sukarno kencing di lubang bekas tembakan peluru yang ada di ekor pesawat.

Apa tujuan Soekarno Hatta dan Radjiman ke Dalat Vietnam?

Radjiman Wedyodiningrat (tengah)
Foto : ANRI

Sukarno mengamini usulan itu. Ia lalu membuka ritsleting celananya dan kencing di lubang bekas tembakan peluru itu. Tapi nahas, air seninya yang keluar malah tertiup angin kencang melalui lubang-lubang peluru di bagian ekor pesawat itu. Cipratan air seninya itu mengenai seluruh kabin dan kawan-kawan seperjalanannya. “Kawan-kawanku yang malang terpaksa mandi dengan zat cairan itu. Dalam setengah basah inilah pemimpin besar dari revolusi Indonesia sampai di Jakarta,” kenang Sukarno.

Akhirnya rombongan mendarat di Kemayoran, Jakarta, pada 14 Agustus 1945 siang. Kedatangan rombongan itu disambut ribuan orang yang ingin mendengarkan sambutannya. Saat itu Sukarno hanya berkata singkat, “Apabila dulu aku katakan bahwa Indonesia akan merdeka sesudah jagung berbuah, sekarang dapat dikatakan Indonesia akan merdeka sebelum jagung berbunga,” ucapannya itu langsung disambut tepuk tangan dan sorak ‘Indonesia Merdeka’.

Sementara itu, sesampai di rumah, Hatta kedatangan Sutan Sjahrir, yang ingin menanyakan hasil pertemuan di Dalat. Ia juga menyampaikan kabar melalui radio bahwa Jepang sudah menyerah kepada Sekutu. Ia menyarankan agar segera dibuat pernyataan kemerdekaan secepatnya oleh Sukarno mewakili rakyat Indonesia, bukan sebagai Ketua PPKI, yang dianggap Sekutu sebagai buatan Jepang. Keduanya sepakat akan membicarakan hal itu di rumah Sukarno.

Setelah bertemu, Sukarno dan Hatta kurang setuju dengan usul Sjahrir karena janggal bila dirinya seorang diri menyatakan Indonesia merdeka, bukan sebagai Ketua PPKI. Alasannya, PPKI-lah yang diberi tugas untuk menyiapkan kemerdekaan.

Keesokan harinya, 15 Agustus 1945, Sukarno didampingi Hatta dan Ahmad Soebardjo pergi ke Gunseikanbu, tetapi tidak ada seorang pun pejabat di sana, sehingga mereka pergi mencari informasi kepada Laksamana Muda Tadashi Maeda. Dalam pertemuan tersebut, Sukarno menanyakan apakah benar Jepang sudah menyerah kepada Sekutu. Namun ia tidak mendapat jawaban yang memuaskan dari Maeda, karena belum mendapat perintah langsung dari Tokyo.

Melalui perdebatan yang panjang, akhirnya Indonesia bisa memproklamasikan kemerdekaan tepat pada Jumat, 17 Agustus 1945, atau bertepatan dengan 9 Ramadan 1364 Hijriah pukul 10.00 WIB.

Penulis: M Rizal
Editor: Irwan Nugroho

[Widget:Baca Juga]

Apa tujuan Soekarno Hatta dipanggil ke Dalat Vietnam?

Selain membicarakan pengangkatan anggota PPKI, tujuan pemanggilan Soekarno-Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat ke Vietnam adalah untuk membahas perihal kemerdekaan Indonesia. Pertemuan tiga tokoh bangsa dan Jenderal Terauchi di Dalat terjadi pada 12 Agustus 1945.

Apa tujuan Jenderal Terauchi mengundang Soekarno Hatta dan Radjiman ke Dalat?

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, berdasarkan tim PPKI.[

Mengapa Jepang mengundang Soekarno Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat ke Dalat markas tentara Jepang di Asia Tenggara pada 9 Agustus 1945 *?

Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat pada tanggal 9 Agustus 1945 ke Dalat Vietnam adalah untuk memberikan ucapan selamat kepada Soekarno dan Hatta karena telah terpilih sebagai ketua dan wakil organisasi PPKI dan untuk memberikan janji kemerdekaan kepada Indonesia.

Mengapa Jendral Terauchi memanggil Ir Soekarno Moh. Hatta dan Radjiman Wedyoningrat untuk pergi ke Dalat *?

JAWABAN: Karena Jepang ingin menyakinkan penuh keinginan bangsa Indonesia untuk merdeka.