Apa tujuan PM Sutan Sjahrir mengirim bantuan beras 500 ton kepada India?

ABSTRAK

Arifudin, Mochamad. 2015. Kontribusi Pelabuhan Probolinggo Dalam Diplomasi Beras Masa Kabinet Sjahrir Tahun 1945-1946. Skripsi, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: Drs. Dewa Agung Gede Agung, M.Hum.

Kata Kunci: Pelabuhan Probolinggo, Diplomasi Beras, Kabinet Sjahrir.

Sebagai bangsa yang telah merdeka, Indonesia harus memenuhi syarat untuk menjadi bangsa berdaulat, salah satu syarat tersebut adalah mendapatkan pengakuan kedaulatan dari bangsa lain, pada masa revolusi upaya diplomasi dilakukan dalam memperoleh kedaulatan Internasional. Pada masa awal kemerdekaan, bantuan beras kepada india merupakan strategi dalam perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Peristiwa bantuan beras ke India ini dikenal dengan Diplomasi Beras. diplomasi beras dilakukan pada masa kabinet Sjahrir. Sjahrir menawarkan 500.000 ton beras kepada India pada saat terjadi bencana kelaparan di India. Pada proses diplomasi beras beberapa pelabuhan di Indonesia digunakan untuk pelaksanaan pengiriman beras. salah satu pelabuhan yang berkontribusi sebagai tempat pengiriman beras ke India adalah pelabuhan Probolinggo. Penelitian ini membahas (1) bagaimana latar belakang adanya diplomasi beras antara Indonesia dengan India pada masa kabinet Sjahrir (2) bagaimana kontribusi pelabuhan Probolinggo dalam diplomasi beras dengan India.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah yang meliputi lima tahapan, yaitu pemilihan topik, heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Dalam penelitian ini peneliti menginterpretasikan berita dari surat kabar Merdeka (Minggoean Merdeka) dan Soeloeh ra’jat. Kemudian menuliskan dalam bentuk historiografi kontribusi pelabuhan probolinggo dalam diplomasi beras masa kabinet Sjahrir.

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu: (1) latar belakang dilaksanakannya diplomasi beras dikarenakan adanya blokade Belanda yang membuat perekonomian di Indonesia tidak stabil dan belum adanya pengakuan dari bangsa lain sebagai salah satu syarat bangsa berdaulat. Proses perjuangan diplomasi beras secara teknis dimulai dengan tawaran 500.000 ton beras oleh Sjahrir kepada pemerintah India pada tanggal 12 April 1946. Selanjutnya perjanjian diplomasi beras tersebut ditandatangani pada tanggal 19 Mei 1946. Pengiriman beras dilaksanakan tanggal 20 Agustus 1946 melalui pelabuhan Probolinggo dengan menggunakan kapal Empire Favour (2) pelabuhan Probolinggo digunakan sebagai sarana dalam proses pengiriman beras ke India. pelabuhan Probolinggo sebelumnya sukses digunakan untuk pengirimian pasukan Jepang kepulau Galang. Pasukan Divisi VII Untung Suropati menjamin keamanan dan letak pelabuhan Probolinggo yang dekat dengan daerah karesidenan besuki yang memiliki daerah penghasil terbanyak pada masa pendudukan Jepang, sangat mempermudah pengiriman beras ke India.

Pada dasarnya dalam penelitian ini masih terdapat banyak ruang yang bisa dikaji lebih lanjut, sehingga diperoleh pembahasan tentang sejarah perjuangan diplomasi yang dilakukan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia khususnya diplomasi lebih luas dan menyeluruh, misalnya dinamika perjuangan diplomasi Indonesia.

Apa tujuan PM Sutan Sjahrir mengirim bantuan beras 500 ton kepada India?

Apa tujuan PM Sutan Sjahrir mengirim bantuan beras 500 ton kepada India?
Lihat Foto

Arsip Kompas

Penaikan bendera pusaka sesudah dibacakan teks proklamasi, 17 Agustus 1945.

KOMPAS.com - Pasca proklamasi kemerdekaan, Indonesia harus memenuhi syarat berdirinya suatu negara secara de facto dan de jure dengan mendapatkan pengakuan dari negara lain.

Untuk mendapatkan pengakuan kemerdekaan dari negara lain, Indonesia giat melakukan diplomasi ke negara-negara Asia dan Afrika, salah satunya India.

India merupakan salah satu negara yang mengakui kemerdekaan Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan.

Dalam buku Sejarah Revolusi Nasional (1989) karya Nyoman Dekker, dijelaskan latar belakang dukungan India terhadap kemerdekaan Indonesia, yaitu:

  1. Perasaan senasib dan sepenanggungan sebagai bangsa yang terjajah oleh imperialisme dan kolonialisme bangsa Barat.
  2. India dan Indonesia memiliki kedekatan sejarah dan budaya dengan Indonesia sejak abad ke-5 Masehi.
  3. Keakraban pemimpin India dan Indonesia
  4. Diplomasi Beras yang dilakukan oleh Sutan Sjahrir pada tahun 1946.

Baca juga: Pengakuan Kedaulatan

Diplomasi beras

Dalam buku Sejarah Indonesia Modern: 1200-2004 (2005) karya M.C Ricklefs, pada sekitar tahun 1946, India mengalami krisis pangan dan bencana kelaparan berskala nasional. Mendengar kabar tersebut, Sutan Sjahrir berinisiatif untuk memberikan bantuan beras kepada India.

Tujuan Sutan Sjahrir melakukan Diplomasi Beras dengan India tidak hanya untuk alasan kemanusiaan, namun juga demi kepentingan politik Indonesia.

Sutan Sjahrir menggunakan Diplomasi Beras untuk menembus blokade ekonomi yang dilakukan oleh Belanda pasca proklamasi kemerdekaan.

Selain itu, Sutan Sjahrir juga ingin menghimpun dukungan internasional terhadap kemerdekaan Indonesia.

Pada 18 Mei 1946, Indonesia berhasil melakukan diplomasi dengan India dan mengirimkan 500.000 ton beras kepada K.L Punjabi yang merupakan perwakilan India di Indonesia. Di sisi lain, India juga memberikan bantuan sandang kepada Indonesia pada tahun yang sama.

Baca juga: Kondisi Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Pengakuan Kemerdekaan Indonesia

Diplomasi Beras Sutan Sjahrir menjadi titik awal hubungan bilateral yang harmonis antara Indonesia dan India.

Pada tahun 1946, Indonesia melakukan diplomasi beras dengan India. Indonesia mengirim bantuan sebesar 500.000 ton beras kepada India yang saat itu sedang mengalami krisis pangan akibat penjajahan Inggris. Diplomasi yang dilakukan oleh Sutan Syahrir ini lebih bersifat politis karena India menjadi salah satu negara di Asia yang terus gencar menyuarakan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Waah pinter banget ya.Kemudian, India memprakarsai diadakannya Konferensi Inter-Asia atau Konferensi New Delhi pada 20-25 Januari 1949, dan yang memprakarsai adalah Pandit Jawaharlal Nehru. Konferensinya sendiri, dihadiri oleh beberapa negara seperti Arab Saudi, Ethiopia, Burma, Iran, Irak, Australia, Afganistan, Selandia Baru, Yaman, Sri Lanka, Nepal, Republik Rakyat Tiongkok, dan Muangthai.

Pasca proklamasi kemerdekaan, Indonesia harus memenuhi syarat berdirinya suatu negara secara de facto dan de jure dengan mendapatkan pengakuan dari negara lain. Untuk mendapatkan pengakuan kemerdekaan dari negara lain. Indonesia giat melakukan diplomasi ke negara-negara Asia dan Afrika, salah satunya India. Pada sekitar tahun 1946, India mengalami krisis pangan dan bencana kelaparan berskala nasional. Mendengar kabar tersebut, Sutan Sjahrir berinisiatif untuk memberikan bantuan beras kepada India. Tujuan Sutan Sjahrir memberikan bantuan kepada India tidak hanya untuk alasan kemanusiaan, namun juga demi kepentingan politik Indonesia. Pada 18 Mei 1946, Indonesia berhasil melakukan diplomasi dengan India dan mengirimkan 500.000 ton beras kepada K.L Punjabi yang merupakan perwakilan India di Indonesia. Di sisi lain, India juga memberikan bantuan sandang kepada Indonesia pada tahun yang sama. Sutan Sjahrir menggunakan Diplomasi Beras untuk menembus blokade ekonomi yang dilakukan oleh Belanda pasca proklamasi kemerdekaan. Selain itu, Sutan Sjahrir juga ingin menghimpun dukungan internasional terhadap kemerdekaan Indonesia.

Diplomasi Beras Sutan Sjahrir menjadi titik awal hubungan bilateral yang harmonis antara Indonesia dan India. Pada 2 September 1946, Jawaharlal Nehru membalas kebaikan Indonesia dengan memberikan pengakuan kemerdekaan secara resmi kepada Indonesia. Jawaharlal Nehru menaruh harapan besar kepada Indonesia untuk turut serta dalam menjaga perdamaian, menghapuskan kolonialisme dan membantu India memperoleh kedaulatan penuh.

Dukungan India terhadap kemerdekaan Indonesia juga terlihat dari peristiwa Konferensi Asia di New Delhi pada tahun 1949. Konferensi Asia dicetuskan oleh Jawaharlal Nehru untuk menghimpun kekuatan negara-negara Asia dalam melawan kolonialisme dan imperialisme di kawasan Asia. Dalam Konferensi Asia, India juga mengajak negara-negara Asia untuk mendukung Indonesia yang sedang berjuang melawan Agresi Militer Belanda II. Dukungan negara-negara Asia untuk Indonesia mampu membuat PBB dan Amerika Serikat berbalik mendukung Indonesia untuk merdeka dan terlepas dari penjajahan Belanda.

Dengan demikian, imbalan yang diterima Indonesia dari Diplomasi Beras adalah mendapatkan pengakuan kemerdekaan dari India. Sementara itu, dampak yang ditimbulkan dari Diplomasi Beras ini adalah adanya dukungan dari dunia internasional yang motori oleh India melalui peristiwa Konferensi Asia di New Delhi tahun 1949.

MEMPERTAHANKAN Proklamasi 17 Agustus 1945, tak hanya dilakukan di medan perang, tapi juga arena diplomasi internasional.

Perdana Menteri (PM) Sutan Sjahrir berpikir keras, bagaimana caranya untuk menembus blokade ekonomi Belanda, menyanggah propaganda Belanda soal krisis ekonomi dan pangan, sekaligus menegaskan pengakuan dunia internasional terhadap kedaulatan RI.

Medio 1946, Belanda tengah ketat-ketatnya memblokade RI untuk bisa berdagang dengan negara lain. Sjahrir pun mencetuskan inisiatif yang di kemudian hari sangat vital dan cemerlang buat pengakuan RI terhadap negara-negara lain, terutama sesama bangsa Asia, yakni lewat “diplomasi beras”.

Tentunya pemerintah RI harus meyakinkan dulu pada segenap rakyat untuk mau merelakan sejumlah beras saat itu, untuk dikirim sebagai bantuan kepada salah satu negara sahabat, India. Hal itu juga disampaikan pada Jawaharlal Nehru pada 13 Mei 1946.

Seperti dikutip buku “Kronik Revolusi Indonesia”, Pembicaraan pun segera dilakukannya pada 18 Mei 67 tahun silam (1948), ketika memulai pertemuan lewat perjamuan makan malam dengan wakil pemerintah India, K.L. Punjabi, terkait niat pemerintah RI untuk mengirim bantuan beras ke India.

Persetujuan pemberian bantuan 500 ribu ton beras pun tercapai dan sebagai “tanda jadi” persetujuan itu, PM Sjahrir menyerahkan sekeranjang beras yang ditutupi dengan bendera merah putih, untuk kemudian diberikan pada Raja Muda Lord Wavell di India.

Sebuah kepanitiaan pun dibentuk pada 27 Mei 1946 dengan diketuai Ir. Subianto. India merespons pula dengan mengirim empat kapal ke Indonesia yang akan jadi sarana mengirim beras dari Pelabuhan Cirebon, Probolinggo dan Banyuwangi ke India.

Jawatan Kereta Api juga ikut memberi kontribusi dengan mengangkut sejumlah beras yang terkumpul, termasuk 15 ton dari Badan Perekonomian Rakyat Indonesia di Karawang, dan diantarkan ke pelabuhan Cirebon. Pengiriman bantuan itu berhasil dilakukan pada 20 Agustus 1946.

Sebagai balasannya, India mengirimkan bahan-bahan pakaian, obat-obatan, serta alat-alat pertanian. India juga kian simpati pada perjuangan rakyat Indonesia, dengan melarang sejumlah pesawat, serta kapal Belanda yang hendak singgah ke India.

“Diplomasi Beras” itu kemudian jadi satu titik pengekalan hubungan persaudaraan Indonesia-India, terutama sesama bangsa Asia yang sama-sama tengah memperjuangkan kemerdekaannya.

Diplomasi itu dengan cepat meraih simpati dari negara-negara lainnya, termasuk Australia yang sedianya, sempat menyediakan “ruang” untuk pembentukan NICA (Nederlandsch Indië Civil Administratie), balik mendukung perjuangan Indonesia.

Seperti ketika Australia ikut dalam Konferensi Asia di New Delhi, India, 23 Januari 1949. Konferensi yang juga diikuti sejumlah perwakilan dari Iran, Irak, Lebanon, Pakistan, Filipina, Myanmar, Arab Saudi, Suriah, Yaman, China, Nepal, Selandia Baru dan Thailand itu, menuntut adanya gencatan senjata dan pemulihan Ibu Kota RI di Yogyakarta.