Apa Tujuan diselenggarakan KAA untuk dunia dan untuk Indonesia khususnya?

Dilihat 19,418 pengunjung

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, dunia mengalami ketegangan emosional dan psikologis. Meskipun perang telah berakhir, permasalahan belum selesai. Dunia terpecah menjadi dua bagian, yaitu Blok Barat dan Blok Timur.

Blok Barat terdiri dari negara-negara berpaham liberalis, sedangkan Blok Timur yang beranggotakan negara-negara komunis. Kedua blok saling berebut pengaruh terhadap bangsa-bangsa lain. 

Selain terpecahnya dunia menjadi dua paham, kolonialisme dan imperialisme masih menjadi permasalahan bagi berbagai bangsa di dunia. Masih banyak bangsa dan negara yang masih terkekang penjajahan dan mendambakan kemerdekaan.

Melihat tidak stabilnya kondisi dunia, Indonesia sebagai negara yang antipenjajahan dan berkomitmen sebagai negara netral memprakarsai kegiatan penting dalam sejarah dunia, yaitu Konferensi Asia-Afrika (KAA). Sebelumnya apakah Sobat SMP pernah mendengar mengenai KAA?

Konferensi Asia-Afrika adalah konferensi perdamaian dunia yang dilaksanakan pada tanggal 18-25 April 1955, bertempat di Gedung Merdeka, Bandung. Ketua penyelenggara konferensi adalah P.M. Ali Sastroamijoyo dan dibuka oleh Presiden Sukarno. Dalam konferensi tersebut diundang 30 negara yang berada di kawasan Asia-Afrika, namun hanya dihadiri 29 negara karena Afrika Tengah (Rhodesia) tidak bisa datang akibat kondisi negara yang belum stabil.

Diawali dari Konferensi Colombo pada 28 April 1954, Indonesia melontarkan gagasan mengenai pertemuan negara-negara Asia-Afrika. Peserta konferensi yang awalnya ragu pada akhirnya menyetujui ide tersebut.

Latar belakang diadakannya konferensi ini adalah kesamaan nasib negara-negara di Asia-Afrika pasca-Perang Dunia II. Selain itu, perjuangan bangsa-bangsa terjajah untuk memperoleh kemerdekaannya setelah Perang Dunia II terus meningkat. Negara-negara berkembang yang melihat suasana tersebut terdorong untuk mencari jalan keluar membantu meredakan ketegangan dan menciptakan perdamaian dunia.

Pertemuan yang berlangsung selama 8 hari itu menghasilkan beberapa keputusan yang cukup penting, seperti memajukan kerja sama negara-negara Asia-Afrika di bidang sosial, ekonomi, dan budaya, membantu perjuangan melawan imperialisme, menjunjung tinggi hak asasi manusia, dan ikut aktif dalam menciptakan perdamaian dunia.

Selain keputusan-keputusan penting, KAA juga melahirkan sepuluh prinsip yang tercantum ke dalam “Declaration on The Promotion of World Peace and Coorporation” atau yang lebih dikenal dengan istilah “Dasasila Bandung”.

Berhasilnya KAA di Bandung mendongkrak nama Indonesia yang baru berusia 10 tahun ke kancah dunia. Tidak hanya itu, KAA membawa banyak sekali dampak positif bagi Indonesia, negara-negara Asia-Afrika, dan juga dunia.

Negara-negara Asia-Afrika turut mendukung Indonesia dalam rangka pembebasan Irian Barat. Konferensi juga memperkuat hubungan kerja sama negara-negara dari kedua benua tersebut. Selain itu, dunia pun ikut terdampak seperti berkurangnya ketegangan dunia, negara kolonialis-imperialis mulai melepaskan daerah jajahannya, dan penghapusan politik diskriminasi rasial. 

Pada intinya, KAA telah menunjukkan bahwa Indonesia bukanlah negara biasa. Indonesia telah turut berperan aktif dalam menciptakan perdamaian dunia. Ketegangan dunia pun mulai berkurang akibat lahirnya paham dunia ketiga (non-aligned), dan itu berkat peran dari Indonesia.

Jika Sobat SMP tertarik untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai peristiwa KAA dan sejarah Indonesia lainnya, kalian bisa mengunduh modul pembelajaran jarak jauh mata pelajaran IPS di situs Direktorat SMP.

Baca Juga  Membaca Buku Melalui Layanan Perpustakaan Digital

Referensi:

Modul Pembelajaran Jarak Jauh IPS Kelas IX Semester Genap Terbitan Direktorat SMP tahun 2020

https://kniu.kemdikbud.go.id/?p=4152 diakses pada 16 April 2021

Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP

Skip to content

Apa Tujuan diselenggarakan KAA untuk dunia dan untuk Indonesia khususnya?

IPPHOS

Presiden Soekarno tatkala menyampaikan pidato pembukaan Konferensi Asia Afrika di Bandung. Di latar belakang antara lain tampak PM India Nehru, PM Birma U Nu, PM Ali Sastroamidjojo serta para pemimpin negara sponsor KAA lainnya.

Kilas Balik

Konferensi Asia Afrika

  • 23 Agustus 1953
    Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo di Dewan Perwakilan Rakyat Sementara mengusulkan perlunya kerja sama antara negara-negara Asia dan Afrika dalam perdamaian dunia.
  • 28 April-2 Mei 1954
    Konferensi Kolombo di Sri Lanka, dihadiri pemimpin negara dari Sri Lanka, India, Pakistan, Burma, dan Indonesia.
  • 28-31 Desember 1954
    Konferensi Pancanegara di Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Pertemuan ini membahas persiapan penyelenggaraan KAA.

Gagasan perlu adanya pertemuan negara-negara Asia Afrika datang dari Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dalam pernyataan politiknya di depan Dewan Perwakilan Rakyat Sementara pada 23 Agustus 1953. Ali menekankan pentingnya kerja sama antara negara-negara Asia Afrika untuk menciptakan perdamaian dunia. Sebagai tindak lanjut, pada 28 April-2 Mei 1954 diadakan Konferensi Kolombo yang dihadiri pemimpin negara dari Sri Lanka, Burma, Pakistan, Indonesia dan India. Dalam pertemuan tersebut dihasilkan kesepakatan untuk menyelenggarakan konferensi lanjutan negara-negara Asia Afrika.

Pada 28-29 Desember 1954, diadakan kembali pertemuan di Bogor, Jawa Barat, untuk mematangkan gagasan dari Konferensi Kolombo. Pertemuan Bogor tersebut menghasilkan keputusan akan diadakan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada April 1955. Selain itu, ditetapkan pula lima negara peserta Pertemuan Bogor sebagai negara sponsor, jumlah negara Asia Afrika yang akan diundang, dan menentukan tujuan pokok Konferensi Asia Afrika.

Berdasarkan hasil dari Pertemuan Bogor tersebut, maka diselenggarakan Konferensi Asia Afrika pada 18-24 April 1955. Bertempat di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat, konferensi dibuka oleh Presiden Soekarno, dihadiri oleh 29 negara Asia dan Afrika. Konferensi menghasilkan kesepakatan yang dikenal dengan Dasasila Bandung. Pada prinsipnya, Dasasila Bandung sangat menjunjung tinggi hak dasar manusia, integritas dan kedaulatan negara, persamaan hak semua suku dan bangsa, dan asas kebersamaan.

Berikut catatan yang dirangkum dari Arsip Kompas agenda peringatan Konferensi Asia Afrika yang merupakan salah satu peristiwa bersejarah bagi Indonesia dan dunia:

Fakta Singkat

Konferensi Asia Afrika

Waktu: 

18-24 April 1955

Tempat: 

Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat

Penggagas: 

  • Jawaharlal Nehru (India)
  • Ali Sastroamidjojo (Indonesia)
  • Muhammad Ali Bogra (Pakistan)
  • Sir John Kotelawala (Sri Lanka)
  • U Nu (Myanmar)

Peserta:

Afghanistan, Arab Saudi, China, Ethiopia, Filipina, Ghana, India, Indonesia, Irak, Iran, Jepang, Kamboja, Laos, Lebanon, Liberia, Libya, Mesir, Myanmar, Nepal, Pakistan, Sri Lanka, Sudan, Suriah, Thailand, Turki, Vietnam Selatan, Vietnam Utara, Yaman, Yordania. 

Peringatan 20 tahun Konferensi Asia Afrika berlangsung di Pendopo Agung Sasono Utomo TMII, Jakarta. Dalam sambutannya, Presiden Soeharto berpendapat, berbagai ketegangan yang masih menyemaskan dunia terutama perkembangan akhir-akhir ini di Indocina tidak lain adalah kelanjutan proses dekolonisasi yang belum rampung. Hal itu bisa dihindari apabila semua pihak mengikuti Dasasila Bandung, yaitu dokumen penting hasil Konferensi Asia Afrika tahun 1955.

Presiden Pada Peringatan 20 Tahun Konperensi AA: Peristiwa Indocina Kelanjutan Proses Dekolonisasi yang Belum Rampung (Kompas, 25 April 1975 halaman 1)

Wakil Presiden Adam Malik meresmikan pekan peringatan triwindu Konferensi Asia Afrika di halaman Gedung Pola, Jakarta. Adam Malik mengatakan bahwa perjuangan kemerdekaan setiap negara pada hakekatnya adalah perjuangan membangun kesejahteraan rakyat. Dilihat secara sepintas, mungkin dapat dikatakan perjuangan merebut kemerdekaan lebih dilandasi oleh hal-hal yang bersifat filosofis. Karena itu, lebih mudah menjalin solidaritas di antara negara-negara yang memiliki persamaan, permasalahan dan kepentingan.

Memupuk Kembali Solidaritas Adalah Tantangan Terbesar * Wapres Membuka Peringatan 24 Tahun KAA (Kompas, 29 April 1979 halaman 1)

KNPI mengadakan Seminar Pemuda Asia Afrika selama tiga hari, 21-23 April 1980 di Hotel Indonesia-Sheraton, Jakarta, dengan tema “Semangat Bandung dan Perjuangan untuk Mewujudkan Tata Ekonomi Internasional Baru dan Memperkokoh Perdamaian Dunia”. Seminar yang diadakan dalam rangka peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika ini, dibuka oleh Wakil Presiden Adam Malik. Seminar menghasilkan enam rekomendasi yang disebut sebagai kesepakatan bersama untuk menggelorakan kembali semangat Bandung.

Memperingati Seperempat Abad KAA: Jangan Terpaku Pada Keindahan Masa Lampau (Kompas, 22 April 1980 halaman 1)

Rekomendasi seminar pemuda Asia Afrika (Kompas, 24 April 1980 halaman 12)

Peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika diadakan di Gedung Merdeka, Bandung. Sambutan Presiden Soeharto di antaranya bahwa perubahan-perubahan yang berkembang di dunia sekarang tidak lain adalah kelanjutan yang lebih matang dari apa yang dipikirkan di Bandung seperempat abad yang lalu. Perubahan-perubahan itu merupakan perjalanan dari gerakan besar untuk membangun tata dunia yang lebih adil dan manusia, baik di lapangan ekonomi maupun di lapangan politik.

Presiden Soeharto Tentang Dasasila Bandung: Makin Cocok Dengan Kebutuhan Dunia Sekarang (Kompas, 25 April 1980 halaman 1)

Apa Tujuan diselenggarakan KAA untuk dunia dan untuk Indonesia khususnya?

KOMPAS/KARTONO RYADI

Peringatan hari ulang tahun Konferensi Asia Afrika ke-30 diperingati besar-besaran di Bandung, dihadiri 250 delegasi dari 92 negara.

Apa Tujuan diselenggarakan KAA untuk dunia dan untuk Indonesia khususnya?

Semangat Asia Afrika dengan Dasasila Bandungnya yang dikumandangkan dalam Konferensi Asia-Afrika tahun 1955, menggema lagi pada peringatan Konferensi Asia Afrika di Gedung Asia Afrika, Bandung. Di depan 250 anggota delegasi dari 92 negara dan utusan badan internasional lainnya, Presiden Soeharto mengajak negara-negara Asia Afrika untuk menggalang persatuan demi tugas sejarah masa depan.

Presiden pada HUT ke-30 KAA: Tugas Kita Sekarang Menggalang Kembali Persatuan Asia Afrika (Kompas, 25 April 1985 halaman 1)

India dan Pakistan diimbau agar segera menuju meja perundingan untuk menyelesaikan masalah Jammu dan Kashmir, dengan semangat dan jiwa Dasa Sila Bandung. Imbauan itu dikemukakan oleh Rachmawati Sukarnoputri, Ketua Umum Yayasan Pendidikan Soekarno, dalam peringatan HUT ke-35 Konferensi Asia Afrika (KAA) di Gedung Graha Purna Yudha, Jakarta. Rachmawati juga menyerukan dukungan untuk rakyat Afrika Selatan melawan politik apartheid dan perjuangan rakyat Palestina untuk memperoleh kembali tanah air mereka.

Peringatan HUT ke-35 KAA (Kompas, 23 April 1990 halaman 5)

Presiden Soeharto menyatakan, Gerakan Nonblok (GNB) tidak boleh hanya menjadi penonton dan membiarkan dirinya terpojok dalam arus perubahan sejarah. Sebab, gerakan ini merupakan koalisi politik yang mewakili lebih banyak negara berdaulat dibandingkan dengan kelompok mana pun dalam sejarah. Presiden menegaskan hal itu dalam pidatonya untuk memperingati 40 tahun Konferensi Asia Afrika di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat.

Presiden Soeharto: GNB tak Boleh Hanya Jadi Penonton (Kompas, 25 April 1995 halaman 1)

Presiden Abdurrahman Wahid menegaskan semangat Konferensi Asia Afrika tahun 1955 tetap relevan dalam konteks kekinian, terutama dalam mewujudkan kemandirian bangsa dan martabat kemanusiaan. Nilai-nilai yang dicetuskan Soekarno dan para pemimpin Asia Afrika, hendaknya diaktualisasikan sebagai motivasi untuk menghapus segala bentuk hegemoni dan ketergantungan pada negara maju.

Presiden pada 45 Tahun KAA: Hapuskan Segala Bentuk Hegemoni (Kompas, 23 April 2000 halaman 1)

Apa Tujuan diselenggarakan KAA untuk dunia dan untuk Indonesia khususnya?

KOMPAS/JULIAN SIHOMBING

Presiden Soeharto hari Senin (24/4/1995) memberi sambutan pada peringatan 40 tahun KAA (Konferensi Asia Afrika) serta Pertemuan Tingkat Menteri Biro Koordinasi Gerakan Nonblok di Gedung Merdeka, Bandung.

Dalam pidato upacara pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika Ke-50 di Jakarta, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan bahwa permasalahan utama yang dihadapi negara-negara di Asia-Afrika adalah bagaimana memerangi kemiskinan. Hal inilah yang akan menjadi inti perjuangan selanjutnya bangsa-bangsa Asia-Afrika, yang upaya pencapaiannya membutuhkan sebuah tata pemerintahan yang baik (good governance) dan kemitraan yang strategis di antara kedua benua.

Kemiskinan, Tantangan Utama Asia Afrika (Kompas, 23 April 2005 halaman 1)

Seluruh delegasi Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika 2005 diharapkan bisa mewujudkan Deklarasi Kemitraan Baru Asia-Afrika sebagai perwujudan Dasasila Bandung di tengah tantangan yang baru. Oleh karena itu, semua pihak harus bekerja bersama agar sejarah mencatat hal baik mengenai KAA 2005. Hal itu disampaikan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono ketika memberikan sambutan pada Peringatan 50 Tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Gedung Merdeka, Bandung.

Sejarah Akan Nilai Kemitraan AA (Kompas, 25 April 2005 halaman 1)

Apa Tujuan diselenggarakan KAA untuk dunia dan untuk Indonesia khususnya?

KOMPAS/ARBAIN RAMBEY

Sebanyak 87 kepala negara dan kepala pemerintahan dari Asia dan Afrika bersama Sekjen PBB Kofi Annan hadir pada pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika (KAA) 2005 di Jakarta, Jumat (22/4/2005). Banyak pihak menginginkan agar pertemuan ini tidak menjadi sekadar ajang nostalgia atau peringatan 50 tahun KAA 1955 di Bandung. KAA 2005 diharapkan dapat menjadi momentum yang kuat untuk membangkitkan kembali solidaritas dan kerja sama negara-negara Asia-Afrika guna menghadapi tantangan dunia yang semakin berat.

Sebuah festival bakal digelar di Bandung selama tujuh hari dari 18-24 April untuk memperingati 57 tahun berlangsungnya Konferensi Asia Afrika. Kegiatan yang melibatkan berbagai komunitas ini digelar sebagai ajang pertemuan sesama warga sekaligus menghayati nilai persamaan yang diusung KAA tahun 1955 silam.

Kilas Daerah: Peringatan 57 Tahun Konferensi Asia Afrika (Kompas, 13 April 2012 halaman 21)

Dasasila Bandung yang dihasilkan dari Konferensi Asia Afrika tahun 1955 masih tetap relevan untuk ditegakkan hingga kini. Dunia masih menghadapi masalah penjajahan, kesejahteraan yang tidak merata, hingga terciptanya perdamaian. Demikian kesimpulan peringatan ke-58 Konferensi Asia Afrika (KAA) di kompleks Gedung Merdeka, Bandung.

Konferensi Asia Afrika: Tetap Relevan hingga Kini (Kompas, 19 April 2013 halaman 23)

Sebanyak 22 duta besar menghadiri peringatan ke-59 Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat, yang bertema ”Semangat Kemitraan dan Langkah Maju Kerja Sama Asia Afrika”. Diharapkan ada penguatan solidaritas Asia-Afrika. Tak dimungkiri spirit dari Bandung setelah KAA 1955, sedikitnya 40 negara merdeka, dan Gerakan Nonblok dideklarasikan di Beogard, Yugoslavia, tahun 1961.

Kilas Luar Negeri: 22 Duta Besar Hadiri HUT Ke-59 KAA di Bandung (Kompas, 17 April 2014 halaman 8)

Forum internasional Deklarasi Kemitraan Strategis Asia Afrika Baru (NAASP) tetap menjadikan isu Palestina sebagai prioritas utama dalam masalah kebebasan dan kemerdekaan. Hal itu dikemukakan Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Dian Triansyah Djani, pada Pembukaan Peringatan 59 Tahun Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung, Jawa Barat.

Asia Afrika: Isu Kemerdekaan Palestina Tetap Menjadi Prioritas Utama (Kompas, 19 April 2014 halaman 10)

Apa Tujuan diselenggarakan KAA untuk dunia dan untuk Indonesia khususnya?

KOMPAS/MOHAMMAD NASIR

Gedung Merdeka hasil sentuhan arsitek Prof Ir CP Wolff Schoemaker, guru Bung Karno, terkenal di seluruh penjuru dunia, setelah dijadikan tempat Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Gedung ini setiap hari masih dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara untuk melihat dari dekat karya arsitek besar Schoemaker.

Apa Tujuan diselenggarakan KAA untuk dunia dan untuk Indonesia khususnya?

Sumber: Litbang Kompas/YOH, diolah dari pemberitaan “Kompas” dan berbagai sumber
Infografik: Ardiansyah

Pertemuan Pejabat Senior pada Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika, sepakat bulat mendukung Deklarasi Palestina. Deklarasi itu menegaskan kembali dukungan anggota terhadap kemerdekaan Palestina, sekaligus mengusahakan negara itu menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Konferensi Asia Afrika: Deklarasi Palestina Disepakati Mulus * Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika Indonesia 2015 (Kompas, 20 April 2015 halaman 1)

Negara-negara di kawasan Asia dan Afrika menghadapi banyak tantangan, tetapi yang paling serius ialah terorisme. Solidaritas kolektif yang kuat antarbenua dan stabilitas perlu dibangkitkan karena hanya dengan itu pembangunan di kawasan yang paling dinamis ini dapat berjalan dengan baik.

Bangkitkan Solidaritas * Terorisme, Ancaman Paling Serius bagi Asia dan Afrika – Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika 2015 (Kompas, 20 April 2015 halaman 8)

Pesan Bandung sebagai hasil dari Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika adalah pesan politik dan moral kepada dunia. Pesan itu harus diterapkan, mengacu pada dokumen Kerja Sama Strategis Asia Afrika Baru (NAASP).

Konferensi Asia Afrika: ”Pesan Bandung” Perlu Diimplementasikan * Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika Indonesia 2015 (Kompas, 21 April 2015 halaman 1)

Pemerintah Indonesia mengkritik peran Perserikatan Bangsa-Bangsa yang melemah dan tidak berdaya mencegah konflik bersenjata di sejumlah negara. Presiden Joko Widodo mendesak reformasi di lembaga tersebut agar dapat berperan maksimal sebagai organisasi yang memperjuangkan perdamaian dunia.

RI Dorong Reformasi PBB * Jokowi: Dunia Masih Berutang kepada Rakyat Palestina -Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika Indonesia 2015 (Kompas, 23 April 2015 halaman 1)

Pada penutupan peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika, Presiden Joko Widodo mengatakan seluruh peserta sepakat menggelorakan inti perjuangan Selatan-Selatan, yaitu kesejahteraan, solidaritas, dan stabilitas negara Asia Afrika. Pertemuan menghasilkan tiga deklarasi, yaitu Pesan Bandung, Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika, dan Deklarasi Palestina.

Simbol Kebangkitan Asia Afrika * Seruan Reformasi PBB Tak Mudah Diwujudkan – Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika Indonesia 2015 (Kompas, 24 April 2015 halaman 1)

Apa Tujuan diselenggarakan KAA untuk dunia dan untuk Indonesia khususnya?

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

Para kepala negara dan pemerintahan, serta delegasi dari sejumlah negara bersiap mengikuti peresmian Monumen Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat, Jumat (24/4/2015). Empat negara, yaitu Myanmar, Sri Lanka, India, dan Pakistan, mendukung Indonesia mengusung usulan arsip Konferensi Asia Afrika sebagai ingatan dunia ke Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) di Paris, Perancis.

Apa Tujuan diselenggarakan KAA untuk dunia dan untuk Indonesia khususnya?

Sumber: Litbang Kompas/YOH, diolah dari pemberitaan “Kompas” dan berbagai sumber
Infografik: Ardiansyah

Kemeriahan Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika ditutup dalam acara puncak di Gedung Merdeka, Bandung. Pertemuan menghasilkan kesepakatan Pesan Bandung, yang ditandatangani secara simbolis oleh tiga kepala negara mewakili negara peserta, yakni Presiden Joko Widodo, didampingi Presiden Tiongkok Xi Jinping sebagai wakil Asia dan Raja Swasi Mswati III sebagai wakil Afrika. Pesan ini berisi komitmen kerja sama baru, revitalisasi penguatan kemitraan Asia Afrika, serta solidaritas politik, kerja sama ekonomi, dan sosial budaya sebagai tiga pilar utama.

60 Tahun KAA: Semangat Bandung Kembali Bergelora * Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika Indonesia 2015 (Kompas, 25 April 2015 halaman 1)

Suasana akrab terasa begitu kental ketika para pemimpin negara Asia dan Afrika memulai acara napak tilas di Jalan Asia Afrika, Bandung. Napak tilas yang dimulai dari Hotel Savoy Homann ke Gedung Merdeka itu merupakan seremoni untuk mengenang jejak dan semangat para pencetus Konferensi Asia Afrika 1955. Ada 22 kepala negara, wakil kepala negara, kepala pemerintahan atau wakil, serta delegasi dari 106 negara yang hadir.

Konferensi Asia Afrika: Napak Tilas Perkokoh Solidaritas * Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika Indonesia 2015 (Kompas, 25 April 2015 halaman 1)

Di tengah derasnya pembahasan isu Palestina, perhelatan Konferensi Asia Afrika membawa satu misi khusus, yaitu mendorong pertumbuhan ekonomi di kedua kawasan. Misi itu seolah menegaskan kembali nilai dasar KAA, yaitu membangun kemandirian.

Dorong Pertumbuhan Bersama * Indonesia Perlu Jajaki Pengembangan Pasar di Afrika – Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika 2015 (Kompas, 25 April 2015 halaman 8)

Apa Tujuan diselenggarakan KAA untuk dunia dan untuk Indonesia khususnya?

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo bersama para pemimpin negara Asia dan Afrika berjalan bersama dalam perjalanan bersejarah untuk memperingati 60 tahun Konferensi Asia Afrika, di Jalan Asia Afrika, Bandung, Jumat (24/4/2015).

Peringatan 61 tahun Konferensi Asia Afrika diisi dengan diadakan seminar kesejarahan di Kota Bandung, Jawa Barat. Tantangan KAA berubah seiring dengan peta politik internasional yang juga berubah sejak berakhirnya era perang dingin pada 1990.

Kilas Politik & Hukum: KAA Relevan dengan Tantangan Baru (Kompas, 20 April 2016 halaman 4)

Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri, memberikan sambutan pada peringatan 62 tahun Konferensi Asia Afrika.  ”Live and Let Live Asia Africa Unity in Diversity”, yang bermakna sebuah prinsip hidup dan membiarkan yang lain hidup serta bersatu dalam sebuah keragaman diangkat kembali sebagai tema peringatan KAA. Itulah semangat yang selalu dikobarkan Soekarno untuk mewujudkan persatuan bangsa-bangsa di tengah keragaman dan perbedaan negara-negara di Asia-Afrika.

62 Tahun Konferensi Asia Afrika Soekarno: Apa Salahnya jika Ada Perbedaan-perbedaan… (Kompas, 19 April 2017 halaman 2)

Pertumbuhan ekonomi di kawasan Afrika ke depan diprediksi semakin pesat. Kondisi ini merupakan prospek bisnis yang baik bagi Indonesia. Kerja sama dengan negara-negara di kawasan Afrika berpeluang besar ditingkatkan, apalagi dengan ada fondasi yang kuat dari semangat Konferensi Asia Afrika tahun 1955.

Investasi: Kawasan Afrika Sangat Potensial (Kompas, 19 April 2018 halaman 20)

Apa Tujuan diselenggarakan KAA untuk dunia dan untuk Indonesia khususnya?

KOMPAS/NINA SUSILO

Para duta besar dan perwakilan negara Asia-Afrika berfoto bersama Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri, seusai peringatan 62 tahun Konferensi Asia Afrika di Istana Negara, Jakarta, Selasa (18/4/2017). Semangat penghargaan atas keberagaman disuarakan kembali pada peringatan KAA.

Riset Foto
AAN

Editor
Dwi Rustiono

error: Content is protected !!