Pendidikan Muhammadiyah tentu memiliki karakteristik berbeda dengan sistem pendidikan yang lainnya. Empat pilar pendidikan Muhammadiyah menjadi fokus utama dalam karakteristik ini. Sebagai organisasi yang bergerak di bidang keagamaan, tentunya Muhammadiyah berpedoman dengan nilai-nilai Islam. Pendidikan Muhammadiyah melambangkan kepribadian dari sang Muhammadiyah itu sendiri. koran.tempo.coInilah Empat Pilar Pendidikan Muhammadiyah yang Menjadi KarakteristiknyaSeperti yang kita lihat sekarang ini, pendidikan Muhammadiayah sukses berjalan dengan selalu mengalami kemajuan yang signifikan. Bersamaan dengan keberhasilan itu, ada empat karakteristik dari pendidikan Muhammadiyah. 1. AIK (Al-islam dan Kemuhammadiayahan)Pilar yang pertama yaitu adanya pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Melalui AIK ini, pendidikan Muhammadiyah bisa menjadi salah satu organisasi Islam yang mempunyai unsur pokok dalam sistem pendidikan. Al-Islam merupakan elaborasi dari PAI (Pendidikan Agama Islam). Meliputi Al-Quran, Hadist, akidah, akhlak, ibadah/fiqh, dan sejarah/tarikh. Sedangkan Kemuhammadiyahan ialah pendidikan terhadap pemahaman khusus tentang Muhammadiyah sejak awal berdiri sampai detik ini. Mata pelajaran AIK menjadi prioritas utama orang tua dalam menentukan sekolah berbasis Muhammadiyah. AIK juga menjadi daya tarik dari sebuah lembaga pendidikan Muhammadiyah. 2. Tata Kelola Kolektif-kolegialKunci suksesnya pendidikan Muhammadiyah terletak pula di model kepemimpinannya yang mempunyai ciri khas. Hal ini biasa dikenal sebagai model kolektif-kolegial. Tata cara kelola pendidikan Muhammadiyah model ini tidak berdasarkan sepihak atau satu orang saja. Kolektif-kolegial ini memberi potensi untuk mengaplikasikan keadilan organisasi. Contohnya seperti keadilan prosedural, keadilan informasi, atau distribusi keadilan. 3. Kader MuhammadiyahPilar utama sebagai tenaga penggerak persyarikatan adalah para kader Muhammadiyah yang telah melewati pendidikan, pelatihan, dan mempunyai totalitas jiwa raga, sikap, pengetahuan, pemikiran, kepribadian, serta keterampilan bermuhammadiyah. Kader Muhammadiyah juga merangkap sebagai pelaku sekaligus SDM (Sumber Daya Manusia) yang akan mewarisi dalam menjalankan lembaga pendidikan Muhammadiyah. Kader Muhammadiayh dituntut bisa memanfaatkan seluruh dimensi kehidupannya agar totalitas mengemban misi Muhammadiyah terpenuhi. Tidak hanya saat ini, melainkan juga masa yang akan datang nanti. Di mana semakin banyak rintangan sehingga memerlukan effort lebih untuk melawan. 4. Pelibatan Orang Tua dan MasyarakatPilar terakhir yang harus ada dalam pendidikan Muhammadiyah adalah pelibatan orang-orang di luar lembaga. Hal ini didasari kurangnya kesadaran masyarakat akan partisipasinya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Sangat bertolak belakang dengan negara-negara penganut paham desentralisasi yang telah menunjukkan tingginya kesadaran masyarakat akan pemilik dan penanggung jawab lembaga pendidikan. Keikutandilan masyarakat dan orang tua sangat penting dalam sistem pendidikan. Dengan demikian, pendidikan Muhammadiyah harus bisa membangkitkan pola interaksi idealis sehingga tercipta komunikasi timbal-balik. Pengajar bisa memulainya dengan cara mengunjungi rumah-rumah sebagai simbol persahabatan atau mengapresiasi masyarakat yang punya keahlian di bidang tertentu dengan cara menjadikannya narasumber wawancara. Barangkali seperti itulah kurang lebihnya empat pilar pendidikan Muhammadiyah yang wajib ada. Pendidikan Muhammadiyah yang tak memiliki ciri khas dan karakteristik tidak bisa bertahan lama. Eksistensi pendidikan Muhammadiyah pun akan ada jika punya karakteristik sebagai pondasi utama.
You're Reading a Free Preview
You're Reading a Free Preview
You're Reading a Free Preview
You're Reading a Free Preview
You're Reading a Free Preview
You're Reading a Free Preview
You're Reading a Free Preview
You're Reading a Free Preview
You're Reading a Free Preview
You're Reading a Free Preview
You're Reading a Free Preview
You're Reading a Free Preview
You're Reading a Free Preview
You're Reading a Free Preview |