Apa penyebab orang-orang kaya terlambat memasuki surga

Apa penyebab orang-orang kaya terlambat memasuki surga

Anda orang kaya? Jangan senang dulu. Harus diakui bahwa memang benar bahwa banyak orang kaya akan masuk neraka.

Tapi di samping orang kaya, orang miskin juga banyak yang masuk neraka.

Artinya bahwa orang masuk neraka tidak ada hubungannya dengan kaya-miskin.

Orang kaya secara umum dipandang sebagai orang yang memiliki banyak harta benda.

Walaupun tidak ada ukuran yang pasti tentang kekayaan, namun seseorang akan disebut kaya bila kebutuhan primer dan sekunder tidak lagi menjadi masalah dalam memenuhinya.

Tidak dapat di pungkiri bahwa setiap orang ingin menjadi kaya secara materi, tidak akan ada orang yang menolak jika kekayaan menghampiri kehidupannya.

Itu sebabnya banyak orang bekerja keras siang dan malam untuk mengumpulkan rupiah supaya kelak menjadi orang kaya.

Namun ada juga orang yang tidak sabar menjadi kaya, dia tidak mengikuti proses yang benar untuk menjadi orang kaya.

Dia mengambil jalan pintas menuju kekayaan dengan cara korupsi, menipu atau dengan banyak cara haram lainnya.

Bagi anda yang ingin menjadi kaya, niat itu tidaklah salah, sebab sebenarnya bukanlah rencana Allah manusia itu hidup miskin dan kekuarangan.

Dan semua manusia memiliki kesempatan yang sama untuk memiliki hidup makmur dan sejahtera. Namun kenyataan membuktikan bahwa tidak semua manusia kaya, ada juga yang miskin dan melarat.

Bagi anda yang sudah kaya, saya ucapkan selamat untuk anda dan bagi anda yang sedang berjuang untuk menjadi kaya, teruskan usaha anda, sebab dengan usaha yang tekun, sabar dan bijaksana tidak mustahil anda pun bisa menjadi kaya.

Jadi bagi anda yang sudah kaya dan yang masih dalam proses menjadi kaya, ada baiknya waspada dan memperhatikan dengan seksama nasehat firman Tuhan sehubungan dengan orang kaya.

Kenapa? Sebab menjadi orang kaya sangat besar godaannya, jika tidak mampu mengendalikan diri maka kekayaan itu dapat membuat anda terjerembab di lembah kesombongan, kemunafikan, dll.

Itu sebabnya Firman Tuhan sebaiknya menjadi buku panduan yang dapat manjauhkan diri dari dosa karena kekayaan.

Alkitab berbicara banyak tentang kekayaan dan orang kaya, namun satu nasehat yang penting untuk waspada tertulis di kitab Yakobus 5:1

Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu!

Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat!
Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api.

Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir.

Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu, dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang menyabit panenmu.

Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di bumi, kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan.

Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang yang benar dan ia tidak dapat melawan kamu.

Yakobus 5:1-6

Ayat diatas adalah teguran yang keras sekaligus sindiran kepada orang kaya yang tidak jujur dan adil. Orang-orang kaya disebut tidak jujur dan adil karena:

  • Mengumpulkan harta hanya untuk kepentingan pribadi
  • Menahan atau mengurangi upah pekerjannya
  • Tidak peduli kepada orang-orang susah disekitarnya
  • Menghambur-hamburkan uang dengan sia-sia
  • Menindas orang-orang lemah
  • Memberi untuk pamer kekayaan
  • Tidak mau menyokong pekerjaan Tuhan, dll

Orang-orang kaya yang demikian sebenarnya tinggal menunggu waktu untuk meratap dan menangisi kekayaannya.

Satu hal lagi yang akan menjadi lonceng kematian orang-orang kaya adalah anggapan bahwa semua kekayaan yang dimilikinya adalah karena kekuatan dan kepintaran dirinya semata.

Orang kaya yang menyingkirkan peran Allah dalam mewujudkan kekayaannya cepat atau lambat akan meratap dan menangis.

Sejalan dengan ucapan Yesus di Luk 18:24 Lalu Yesus memandang dia dan berkata: “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah. “

Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.”

Lukas 18:25

Ucapan Yesus diatas di sampaikan di depan murid-muridNya, setelah seorang muda yang kaya bertanya tentang hidup kekal kepada Yesus.

Orang muda itu seorang penurut hukum hanya teori, bukan dalam bentuk prakte atau perbuatan, terbukti ketika Yesus menyuruh dia untuk menjual hartanya dan membagikan kepada orang miskin, dia keberatan dan pergi tinggalkan Yesus.

Menjual harta dan membagikan kepada orang miskin adalah tindakan pengorbanan yang ingin diajarkan kepada orang muda ini, sebab bukti kasih adalah kerelaan untuk berkorban kepada sesama.

Jadi orang-orang kaya yang tidak siap berkorban, adalah orang-orang kaya yang tidak mengasihi.

Karena mereka tidak rela harta kekayaan yang dicari dengan susah payah itu menjadi berkat bagi orang lain, dan inilah yang membuat mengapa orang kaya sukar masuk surga.

Satu hal lagi yang perlu direnungkan, bahwa harta kekayaan tidak dibawa mati. Orang kaya yang mati akan tinggal di sebuah peti ukuran 2 m dan segera akan membusuk dimakan cacing. Rumah mewah dan mobil mewah akan ditinggalkan.

Akan tiba masanya harta kekayaan tidak akan ada harganya, bahkan dibuang dipinggir jalanpun tidak akan ada orang yang tertarik mengambilnya…

Jadi selagi saat ini harta kekayaan itu masih berharga, bantulah orang-orang miskin, berikan bea siswa bagi anak-anak yang tidak mampu, angkatlah harkat dan martabat orang-orang gelandangan…

Lihatlah…pekerjaan Tuhan membutuhkan banyak dana…anda dapat menyokongnya dengan harta kekayaan mu.

Jadi, sebelum anda meratap dan menangis, sebelum emas dan perak mu karatan, sebelum sengsara menimpa kehidupanmu, bertobat dan kembalilah kepada Yesus.

kasihilah Tuhan lebih dari apapun didunia ini, dan kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri.

Dengan demikian orang-orang kaya tidak perlu masuk neraka, sorga tersedia bagi orang-orang kaya yang benar, orang-orang kaya yang penuh kasih, yang menghidupkan kehidupan Yesus dalam diri mereka, orang-orang kaya yang rela berbagi dan berkorban untuk kebaikan.

Orang-orang kaya yang setia, jujur dan adil. Orang-orang kaya yang menyadari bahwa mereka hanyalah penatalayan milik Allah, menyadari segala kekayaan mereka hanyalah titipan sementara didunia.

Diberkati untuk menjadi berkat!

Comments

comments

Rasulullah SAW dalam sejumlah riwayat dari beberapa sahabat mengatakan bahwa orang-orang beriman yang fakir dan miskin kelak akan masuk surga terlebih dahulu dibandingkan orang-orang kayak karena setidaknya mereka bebas dari hisab harta.


Ibnu Majah meriwayatkan hadits Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa orang-orang miskin akan lebih dulu setengah hari masuk surga daripada orang-orang kaya. Hanya saja durasi setengah hari di akhirat terasa seperti 500 tahun di dunia.


عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم يَدْخُلُ فُقَرَاءُ الْمُؤْمِنِينَ الْجَنَّةَ قَبْلَ الأَغْنِيَاءِ بِنِصْفِ يَوْمٍ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ


Artinya, “Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Orang-orang beriman yang fakir kelak akan masuk surga terlebih dahulu setengah hari yang setara 500 tahun lamanya daripada orang kaya.’” (HR Ibnu Majah).


Imam Imam At-Turmudzi meriwayatkan hadits serupa melalui sahabat Jabir bin Abdullah dengan lafal “fuqara’ul muslimin” atau orang-orang muslim yang fakir.


Adapun berikut ini adalah hadits riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari sahabat Abdullah bin Umar RA yang menceritakan keluhan orang fakir dari kalangan muhajirin kepada Rasulullah SAW perihal keterbatasan finansial dalam kaitannya dengan ibadah.


عن عبد الله بن عمر قال اشتكى فقراء المهاجرين إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم ما فضل الله به عليهم أغنياءهم فقال يا معشر الفقراء ألا أبشركم أن فقراء المؤمنين يدخلون الجنة قبل أغنيائهم بنصف يوم خمس مائة عام


Artinya, “Dari Abdullah bin Umar RA, ia bercerita, orang-orang miskin dari kalangan muhajirin mengadu kepada Rasulullah atas kelebihan yang Allah anugerahkan kepada orang-orang beriman yang kaya. Rasulullah bersabda, ‘Wahai orang-orang miskin, maukah kuberikan kabar gembira kepada kalian? Sungguh, Orang-orang beriman yang fakir kelak akan masuk surga terlebih dahulu setengah hari yang setara 500 tahun lamanya daripada orang kaya,’” (HR Ibnu Majah dan At-Tirmidzi dengan lafal “al-muslimin”).


Musa bin Ubaidah, salah satu perawi hadits ini dalam Sunan Ibnu Majah, kemudian membaca Surat Al-Hajj ayat 47 yang menyebut konversi satu hari di akhirat yang setara dengan seribu tahun di dunia.


وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ


Artinya, “Sungguh, sehari pada sisi Tuhanmu berdurasi seperti 1000 tahun menurut perhitunganmu,” (Surat  Al-Hajj ayat 47).


Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa setengah hari di akhirat setara dengan 500 tahun di dunia. Sehari di akhirat setara dengan 1000 tahun lamanya di dunia.


Pertanyaannya kemudian, orang fakir dan orang miskin seperti apa yang akan masuk surga terlebih dahulu? Apakah semua orang fakir dan miskin asalkan beriman? Berikut ini kami kutip penjelasan Imam An-Nawawi perihal kriteria orang miski yang masuk surga lebih dahulu daripada orang-orang kaya.


هم المحتاجون الذين ليس لهم كفايتهم وليسوا مرتكبين كبيرة من المعاصي هذا ما ظهر لنا


Artinya, “Mereka yang berhajat pada sesuatu namun tidak dapat memenuhi keperluannya dan mereka tidak mengerjakan salah satu dosa besar dari sekian banyak maksiat. Ini (sifat orang miskin yang dimaksud) yang jelas pada kami,” (Imam An-Nawawi, Fatawal Imam An-Nawawi, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2018 M/1439 H], halaman 63).


Orang miskin yang dimaksud, berdasarkan penjelasan Imam An-Nawawi, adalah mereka yang tidak memiliki kapasitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun demikian, mereka juga bersabar dan tidak melakukan dosa besar atau maksiat-maksiat berat lainnya baik lahir maupun batin.

Jadi bukan asal fakir dan miskin, tetapi mereka yang tidak pesimis dan putus asa serta tidak menghalalkan segala cara untuk mengatasi keterbatasannya. Di samping itu, mereka adalah orang yang menjaga keimanan dan martabatnya. Wallahu a’lam.


Penulis: Alhafiz Kurniawan

Editor: Abdullah Alawi