Apa itu penyimpangan sosialisasi tidak sempurna?

Sosiologi SMA dan MA Kelas X Semester II 68 Kegiatan 1. Tulislah secara singkat dan jelas beberapa teori yang membahas tentang perilaku menyimpang 2. Perhatikanlah peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari Kaitkan dengan teori-teori yang membahas tentang terjadinya perilaku menyimpang Dari beberapa teori tersebut, menurut pandangan kalian manakah teori yang paling relevan? 3. Lakukan pengamatan terhadap penyimpangan-penyimpangan sosial yang terjadi di lingkungan tempat tinggal kalian. Lalu, kaitkan dengan teori-teori yang telah kalian pelajari. Jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan munculnya perilaku menyimpang dalam kehidupan masyarakat tersebut

D. PROSES TERJADINYA PERILAKU MENYIMPANG

Sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, bahwa perilaku menyimpang terjadi ketika sebuah perilaku telah keluar dari kaidah dan etika yang telah disepakati bersama. Secara teoritis, banyak hal yang menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang. Akan tetapi secara garis besar proses terjadinya perilaku menyimpang dapat dibedakan atas 2 dua kelompok, yaitu: 1 perilaku menyimpang sebagai hasil dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, dan 2 perilaku menyimpang sebagai hasil dari proses sosialisasi terhadap sistem nilai budaya yang menyimpang.

1. Proses Sosialisasi yang Tidak Sempurna

Proses sosialisasi merupakan pra syarat terjadinya proses internalisasi. Sedangkan proses internalisasi merupakan proses pengendapan sistem nilai budaya ke dalam diri manusia, dalam arti, sistem nilai dan sistem norma yang berlaku dalam masyarakat menjadi bagian dari dirinya sendiri. Hasil dari proses internalisasi akan direļ¬‚eksikan dalam bentuk kepribadian. Kepribadian inilah yang kelak diekspresikan secara nyata ke dalam bentuk perilaku. Dengan demikian, proses sosialisasi yang sempurna akan menyebabkan terbentuknya kepribadian yang sempurna. Sebaliknya, proses sosialisasi yang tidak sempurna akan menyebabkan terbentuknya kepribadian yang labil sehingga menimbulkan perilaku menyimpang. Sampai dengan uraian ini setidaknya dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa proses sosialisasi yang tidak sempurna mengandung potensi bahaya karena dapat berdampak pada terbentuknya perilaku yang menyimpang. Banyak sekali kasus-kasus yang menggambarkan proses sosialisasi yang tidak sempurna. Cerita-cerita porno yang banyak dijajakan di pinggir-pinggir jalan, gambar- gambar atau tayangan-tayangan mesum yang bermunculan pada acara televisi, bioskop, dan lain sebagainya telah disadap secara tidak sehat oleh sebagian remaja. Jika keadaan seperti ini tidak diimbangi dengan pendidikan seksual yang memadai, maka suasana kejiwaan psikologi para remaja akan mengalami kegoncangan. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya penyimpangan seksual di kalangan remaja. Di unduh dari : Bukupaket.com Perilaku Menyimpang 69 Sumber: DOK. PENERBIT. Remaja, merupakan kelompok yang rentan terhadap perilaku menyimpang Dewasa ini kita sering dibuat prihatin oleh pemberitaan tentang peristiwa tawuran yang melibatkan antarpelajar, tawuran antarpemuda, tawuran antarkampung, dan bahkan tawuran antarsuku. Peristiwa-peristiwa yang menyedihkan seperti ini terjadi karena adanya pemahaman yang keliru terhadap konsep solidaritas. Solidaritas telah ditafsirkan sebagai rasa setia kawan yang membabi buta sehingga melanggar sistem hukum yang berlaku. Peristiwa seperti ini tentu tidak akan terjadi jika masyarakat memiliki tingkat kesadaran hukum yang baik danatau masyarakat memiliki pemahaman yang baik terhadap konsep solidaritas. Penanaman nilai-nilai keagamaan yang tidak sempurna, misalnya yang berkaitan dengan keimanan, akhlak atau budi pekerti, dan sebagainya, akan menimbulkan kepribadian yang tidak kokoh. Jika kepribadian yang labil seperti itu bertemu dengan bentuk-bentuk penyimpangan danatau kejahatan yang ada di tengah-tengah masyarakat, maka tidak mustahil jika akan terjadi proses peniruan imitation sehingga terciptalah perilaku menyimpang baru yang lebih berbahaya. Jika ditinjau dari konsep psikologi, sifat suka menyendiri suka mengasingkan diri dipandang sebagai suatu sifat yang mengandung bahaya. Orang yang suka menyendiri atau mengasingkan diri mengakibatkan kurangnya pergaulan. Kurang pergaulan akan menyebabkan terjadinya proses sosialisasi yang tidak sempurna karena sistem nilai dan sistem norma tidak dapat diserap dan dipahami secara sempurna. Keadaan seperti ini pada gilirannya akan menimbulkan perilaku yang menyimpang. Pemabok dan pecandu narkoba dapat dianggap sebagai contoh dari perilaku menyimpang yang diakibatkan oleh proses sosialisasi yang tidak sempurna. Proses sosialisasi yang sempurna akan terjadi manakala adanya kerja sama yang optimal antara: 1 keluarga sebagai lembaga pendidikan informal, 2 sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, dan 3 masyarakat sebagai lembaga pendidikan nonformal. Ketiga lembaga pendidikan tersebut harus bahu membahu melaksanakan fungsi sosialisasi sistem nilai dan sistem budaya kepada generasi muda yang meneruskan cita-cita masa depan. Itulah sebabnya, Ki Hajar Dewantoro menganggap ketiga lembaga pendidikan tersebut sebagai Tri Pusat Pendidikan yang akan membentuk kepribadian seseorang. Di unduh dari : Bukupaket.com Sosiologi SMA dan MA Kelas X Semester II 70

2. Proses Sosialisasi terhadap Sistem Nilai Budaya yang Menyimpang

Newer Posts Older Posts


Page 2

If you require any more information or have any questions about our site's disclaimer, please feel free to contact us by email at
All the information on this website - https://sosial79.blogspot.com - is published in good faith and for general information purpose only. Sosial79 does not make any warranties about the completeness, reliability and accuracy of this information. Any action you take upon the information you find on this website (Sosial79), is strictly at your own risk. Sosial79 will not be liable for any losses and/or damages in connection with the use of our website. Our Disclaimer was generated with the help of the Disclaimer Generator Online and the Disclaimer Generator.
From our website, you can visit other websites by following hyperlinks to such external sites. While we strive to provide only quality links to useful and ethical websites, we have no control over the content and nature of these sites. These links to other websites do not imply a recommendation for all the content found on these sites. Site owners and content may change without notice and may occur before we have the opportunity to remove a link which may have gone 'bad'.
Please be also aware that when you leave our website, other sites may have different privacy policies and terms which are beyond our control. Please be sure to check the Privacy Policies of these sites as well as their "Terms of Service" before engaging in any business or uploading any information.
By using our website, you hereby consent to our disclaimer and agree to its terms.
Should we update, amend or make any changes to this document, those changes will be prominently posted here.


Perilaku menyimpang sebagai akibat proses sosialisasi tidak sempurna

Proses sosialisasi dapat dianggap tidak berhasil  apabila individu tidak mampu mendalami norma-norama dalam masyrakat yang berlaku. Individu yang demikian  tidak akan memiliki perasaan bersalah atau menyesal  setelah melakukan pelanggaran hokum.

Perilaku menyimpang dapat merupakan produk  sosialisasi baik disengaja maupun tidak disengaja . Orang tua guru maupun  media masa mungkin tidak tidak bermaksud mendidik para remaja untuk melakukan penyimpangan. Namun mereka melakukan perilaku menyimpang karena belajar dari teman-teman pergaulannya , membaca buku melihat film dan lain-lain. Hal  ini menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang akibat dari proses sosialisasi tidak sempurna..

Proses sosialisasi tidak sempurna  dapat juga timbul karena cacat bawaan, kekurangan gizi, ataupun ganggua jiwa.

Selain itu sering kali masing-masing media  sosialisasi dalam memberi pesan tidak sejalan, bahwa saling bertentangan satu sama lain. Akibatnya individu yang baru mengalami mengalami sosialisasididalam dirinya akan timbul konflik pribadi. . Misalnya orang tua memberikan pesan agar anak tidak merokok. Namun anak berada dalam lingkungan pergaulan perokok.dengan berbagai dalih, pada akhirnya anakpun menjadi perokok.

Berbagai jenis perilaku menyimpang

  1. Berdasarkan tujuannya :
    1. Penyimpangan social positif yaitu jenis penyimpangan yang membawa dampak positif dan memberikan keuntungan  bagi kehidupan masyarakat.
    2. penyimpangan social  negative yaitu perilaku menyimpang yang mengarah pada nilai-nilai  yang dipandang rendah pleh masyrakat.
  2. Berdasarkan sifatnya :
    1. Penyimpangan primer (primere deviviatiation)  yaitu penyimpangan yang dilakukan seseorang yang bersifat temporer dan tidak berulang-ulang.
    2. Penyimpangan skunder yaitu penyimpangan yang terjadi jika siswa tersebut mengulangi perilaku menyimpang yang pernah dilakukan, dengan kata lain penyimpangan yang tidak lagi diterima/dimaafkan oleh masyarakat
  1. Berdasarkan jumlah pelaku
    1. Penyimpangan individual ( Individual Deviation) : Penyimpangan ini muncul disebabkan karena kelainan jiwa seseorang  atau karena perilaku jahat. Misdalnya pencandu narkoba, perilaku tindak kejahatan bertindik, bertatato, korupsi,  dan lain-lain.
    2. Penyimpangankolektif (grouf deviation) yaitu penyimpangan yang dilakukan oleh sekelompok  masyrakat secara bersama-sama. Penyimpangan kelompok ini terjadi disebabkan karena mereka patuh pada norma kelompoknya yang kuat dan biasanya bertentangan dengan norma masyarkat yang berlaku.

Penyimpangan yang terjadi akibat dari sosialisasi tidak sempurna disebabkan karena ketidak sepadanan pesan-pesan yang disampaikan oleh masing-masing agen sosialisasi. Pengambilan peran yang salah dan generalized others atau belajar sub kebudyaan yang menyimpang.

Light,Keller dan Calhoun membagi kejahatan ada 4

  1. Kejahatan tanpa korban ( Crime Without Victum ) kejahatan ini tidakmengakibatkan penderitaan pada korban akibat tindak pidana orang lain.

Contoh : berjudi, mabuk-mabukan, hubungan sek bebas dan lin-lain

  1. Kejahatan terorganisir ( organized crime ) pelaku kejahatan merupakan komplotan yang secara berkesinambungan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan uang/kekuasaan dengan jalan menghindari hukum
  2. Kejahatan kerah Putih (white Collor Crime ) kejahatan ini tipenya yang mengacu pada kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang terpandang/orang yang berstatus tinggi dalam rangka pekerjaan.
  3. Kejahatan Korporat ( Corporate Crime ) kejahatan yang dilakukan atas nama organisasi dengan tujuan menaikan keuntungan/menekan kerugian.

Edwin M. Lemert mengungkapkan penyimpangan terjadi karena proses labelling ( pemberian julukan, cap, merk yang dianggap tidak sesuai dengan norma )