Analisis SIG yang digunakan untuk mengukur cakupan daerah rawan bencana yaitu

pembobot an/pengsk oran 3. Analisis Overlay

Show

Dari beberapa hasil penelitian di atas, terdapat beberapa titik persamaan ataupun perbedaan yang sangat mendasar dengan penelitian ini, yaitu :

1. Aris Primayuda, pemetaan daerah rawan dan resiko banjir menggunakan sistem informasi geografis (studi kasus kabupaten trenggalek, provinsi jawa timur). Terdapat beberapa titik persamaan ataupun perbedaan terhadap penelitian ini, yaitu :

a. Persamaan terkait penelitian ini terletak pada metode, variabel (curah hujan, jenis tanah, kemiringan lereng dan penggunaan lahan), analisis (tingkat kerawanan banjir, pembobobtan, dan overlay) serta objek penelitian yaitu pemetaan daerah rawan dan resiko banjir menggunakan sistem informasi geografis (SIG).

b. Perbedaan terkait penelitian ini terletak pada variabel untuk menentukan titik dan rute evakuasi (peta rawan banjir, kondisi eksisting jaringan sungai, kondisi eksisting jaringan jalan dan data kemiringan lereng) yang dijadikan dasar dalam menganalisa penentuan jalur evakuasi becana banjir, penelitian

ini tidak menggunakan variabel (citra landsat) dan analisis (citra landsat) serta perbedaan lainya terdapat pada waktu dan tempat penelitian.

2. Zulfahmi1, Nur Syam2, Jufriadi3, dampak sedimentasi sungai tallo terhadap kerawanan banjir di kota makassar. Terdapat beberapa titik persamaan ataupun perbedaan terhadap penelitian ini, yaitu :

a. Persamaan terkait penelitian ini terletak pada metode, variabel (deaerah aliran sungai, curah hujan, jenis tanah, dan kemiringan lereng) serta analisis (kerawanan banjir, overlay dan arahan penanganan kawasan banjir).

b. Perbedaan terkait penelitian ini terletak pada variabel untuk menentukan titik dan rute evakuasi (peta rawan banjir, kondisi eksisting jaringan sungai, kondisi eksisting jaringan jalan dan data kemiringan lereng) yang dijadikan dasar dalam menganalisa penentuan jalur evakuasi becana banjir, penelitian ini tidak menggunakan variabel (citra SPOT) dan analisis (citra SPOT) serta perbedaan lainnya ada pada waktu dan tempat penelitian.

3. Hendi Hamdani1, Sulwan Permana2, Adi Susetyaningsih3, analisis daerah rawan banjir menggunakan aplikasi sistem informasi geografis (studi kasus pulau bangka). Terdapat beberapa titik persamaan ataupun perbedaan terhadap penelitian ini, yaitu :

a. Persamaan terkait penelitian ini terletak pada metode, variabel, analisis (overlay) serta objek penelitian yaitu analisis daerah rawan banjir menggunakan aplikasi sistem informasi geografis (SIG).

b. Perbedaan terkait penelitian ini terletak pada variabel untuk menentukan titik dan rute evakuasi (peta rawan banjir, kondisi eksisting jaringan sungai, kondisi eksisting jaringan jalan dan data kemiringan lereng) yang dijadikan dasar dalam menganalisa penentuan jalur evakuasi becana banjir, penelitian ini tidak menggunakan analisis (matrix pairwise comparison/AHP) serta perbedaan lainnya terdapat pada waktu dan tempat penelitian.

4. Asep Purnama, pemetaan kawasan rawan banjir di daerah aliran sungai cisadane menggunakan sistem informasi gegrafis. Terdapat beberapa titik persamaan ataupun perbedaan terhadap penelitian ini, yaitu :

a. Persamaan terkait penelitian ini terletak pada metode, variabel, analisis serta objek penelitian yaitu pemetaan daerah rawan dan resiko banjir menggunakan sistem informasi geografis (SIG).

b. Perbedaan terkait penelitian ini terletak pada waktu dan tempat penelitian serta variabel untuk menentukan titik dan rute evakuasi (peta rawan banjir, kondisi eksisting jaringan sungai, kondisi eksisting jaringan jalan dan data kemiringan lereng) yang dijadikan dasar dalam menganalisa penentuan jalur evakuasi becana banjir.

K. Kerangka Pikir

LATAR BELAKANG

Genangan banjir yang ada di Kota Pangkep telah menggenangi beberapa area yang dominan sebagai permukiman masyarakat banyak area rawa yang telah dialih fungsikan sebagai area permukiman sehingga menjadikan beberapa

daerah sebagai area yang selalu tergenang banjir selama musim hujan.

RUMUSAN PERTAMA

Bagaimana tingkat kerawanan

banjir di Kota Pangkep Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan ?

TUJUAN

Untuk menentukan arahan titik dan rute evakuasi bencana banjir di Kota Pangkep Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.

PEMETAAN KAWASAN RAWAN BANJIR BERBASIS SIG UNTUK MENENTUKAN TITIK DAN RUTE EVAKUASI

(Studi Kasus : Kawasan Perkotaan Pangkep, Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan)

TUJUAN

Untuk mengetahui tingkat

kerawanan banjir berbasis sistem informasi geografis (SIG) di Kota Pangkep Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. VARIABEL -Kemiringan Lereng -Curah Hujan -Jenis tanah -Penggunaan lahan VARIABEL

-Peta rawan banjir

-Kondisi eksisting jaringan sungai

-Kondisi eksisting jaringan jalan

-Data kemiringan lereng

METODE ANALISIS -Analisis Deskriptif/kualitatif

-Analisis Pembobotan

-Analisis Overlay

METODE ANALISIS

- Analisis Penentuan Titik/Tempat

Evakuasi

- Analisis Penentuan Jalur Evakuasi

KESIMPULAN

RUMUSAN KEDUA

Bagaimana arahan titik dan rute evakuasi

bencana banjir di Kota Pangkep

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan ?

TINJAUAN TEORI

FE

ED

B

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian “Studi Pemetaan Kawasan Rawan Banjir untuk Menentukan

Titik dan Rute Evakuasi Bencana Banjir Studi Kasus Kota Pangkep Kabupaten

Pangkajene dan Kepulauan” adalah deskriptif kuantitatif atau penelitian terapan yang di dalamnya mencakup penelitian survey, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan tingkat kerentanan serta rute evakuasi kawasan rawan banjir di Kota Pangkep yang terjadi saat ini dan yang akan datang.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Pangkep Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Luasan kawasan yang merupakan obyek penelitian, yaitu :

1. Lokasi Penelitian

Cakupan wilayah kelurahan yang menjadi kawasan penelitian pada kawasan Perkotaan Pangkep adalah Kelurahan Anrong Appaka (754.99 Ha), Bonto Perak (706.34 Ha), Jagong (116.01 Ha), Mappasaile (409.87 Ha), Paddoang Doangan (156.74 Ha), Sibatua (1042.64 Ha), Tekolabbua (829.11 Ha), Tumampua (153.11 Ha), Pabbundukang (252.40 Ha) adalah Kelurahan yang masuk cakupan wilayah Kecamatan Pangkajene. Sementara Boriappaka (762.93 Ha), Samalewa (184.37 Ha), Sapanang (252.38 Ha) adalah Kelurahan yang

masuk cakupan wilayah Kecamatan Bungoro dan Kelurahan Biraeng (656.09 Ha), Bontokio (415.50 Ha) dan Minasatene (217.70 Ha) merupakan cakupan wilayah Kecamatan Minasatene.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung mulai dari minggu pertama bulan April tahun 2017 sampai minggu keempat bulan September tahun 2017. Waktu penelitian tersebut mencakup tahap persiapan, tahap pelaksanaan hingga tahap penyusunan skripsi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.Tata Waktu Penelitian

No. Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus September

1. Pembuatan Proposal 2. Pengambilan data 3. Analisis Data 4. Penyusunan Skripsi 5. Seminar Hasil 6. Seminar Munaqasyah

C. Jenis dan Metode Pengumpulan Data 1. Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data dan informasi dapat melalui observasi atau pengamatan langsung situasi dan kondisi yang terjadi dalam wilayah penelitian. Jenis data dapat dibedakan menjadi:

a. Data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi langsung atau survei langsung dilapangan yaitu cara pengumpulan data secara langsung ke lapangan dengan melakukan proses pengamatan dan pengambilan data atau

informasi terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan penelitian. Data Primer yang dibutuhkan antara lain :

1) Data kondisi eksisting terkait penggunaan lahan

b. Data sekunder merupakan data pendukung yang sudah ada sehingga hanya perlu mencari dan mengumpulkan data tersebut. Data tersebut dapat diperoleh dengan mengunjungi tempat atau instansi terkait dengan penelitian. Data sekunder ini dapat berupa literatur, telaah pustaka, dokumen, buku-buku, serta laporan-laporan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Data sekunder yang dibutuhkan meliputi data aspek dasar yaitu :

1) Data aspek fisik dasar meliputi : topografi dan kemiringan lereng, jenis tanah, kondisi curah hujan.

2) Karakteristik banjir meliputi periode ulang (frekuensi terjadinya banjir), kedalaman genangan, lama genangan dan luas genangan.

3) Peta-peta yang mendukung penelitian.

2. Metode Pengumpulan Data

Beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian, yaitu :

a. Observasi langsung di lapangan, berfungsi untuk pencarian data kondisi eksisting terkait penggunaan lahan yang ada di lokasi penelitian.

b. Pengumpulan data-data sekunder dengan mengambil data-data yang sifatnya dokumen, literature pada dinas terkait atau buku-buku yang mampu mendukung penelitian. Data-data sekunder yang dibutuhkan berupa data

kependudukan, kondisi fisik lingkungan, kebencanaan, serta sarana dan prasarana.

Tabel 3. Kebutuhan Data Serta Sumber Data

No Kebutuhan

Data Identitas Jenis Data Sumber Data

1 Data

Kependudukan

Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk Sekunder

Kantor Kecamatan BPS 2 Kondisi Fisik Lingkungan Topografi - kemiringan lereng Klimatologi Penggunaan Lahan Jenis Tanah Curah Hujan Primer, sekunder

Kantor Kecamatan dan Pengambilan pada instansi terkait (BMKG) 3 Kebencanaan RTRW Kabupaten Pangkep (kebijakan mengenai daerah rawan banjir)

Sekunder

Pengambilan data pada instansi terkait (Bappeda, PU). 4 Sarana dan Prasarana Sarana Prasarana Primer,

sekunder Kantor Kecamatan

D. Variabel Penelitian

Menurut Sudjana (1991) variabel dapat diartikan ciri dari individu, objek, gejala, peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif ataupun kualitatif. Variabel dipakai dalam proses identifikasi, ditentukan berdasarkan kajian teori yang dipakai. Semakin sederhana suatu rancangan penelitian semakin sedikit variabel penelitian yang digunakan. Dalam mengukur tingkat kerawanan banjir maka variabel-variabel yang dapat dijadikan sebagai indikator tingkat kerawanan banjir didasarkan pada teknik mitigasi (paimin et al, 2009). Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel-variabel yang akan digunakan dalam menganalisa terkait penelitian ini, yaitu :

1. Penggunaan lahan meliputi klasifikasi dan intensitas penggunaan lahan (Permukiman, sawah, perkebunan, sungai, dll).

2. Kondisi fisik dasar wilayah meliputi kondisi kemiringan lereng, curah hujan, dan jenis tanah.

3. Sarana dan prasarana lingkungan (prasarana jalan dan drainase).

E. Metode Analisis Data

Sesuai dengan rumusan masalah, maka metode analisis yang digunakan dalam menganalisis masalah yaitu :

1. Rumusan Masalah Pertama

Rumusan masalah pertama tentang tingkat kerawanan banjir di Kota Pangkep sebagai ibukota Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, dapat diketahui dengan tiga cara, yaitu (1) menggunakan analisis deskriptif dan kuantitatif, (2) analisis pembobotan, dan yang terakhir (3) analisis overlay.

a. Analisis Deskriptif/Kualitatif

Analisis deskriptif yang di lakukan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menggambarkan atau menguraikan secara jelas kondisi yang terjadi di lokasi penelitian dan untuk lebih akurat dalam menginterpretasi digunakan instrument berupa peta-peta.

b. Analisis Pembobotan

Metode yang digunakan dalam penentuan daerah rawan banjir dilakukan dengan metode pengskoran pada setiap faktor dan variabel dimana

hasil perkalian dan penjumlahan dari faktor dan variabel tersebut dapat digunakan untuk menentukan wilayah bahaya banjir dengan membagi antara nilai tertinggi dan terendah terhadap kelas bahaya yang ditentukan sebelumnya.

Penyusunan tematik daerah rawan banjir ini akan menghasilkan tiga kelas tingkatan yaitu kerawanan banjir rendah, karawanan banjir menengah, dan kerawanan banjir tinggi. Penentuan wilayah rawan banjir, dilakukan dengan menggunakan metode overlay, dimana setiap faktor diberi bobot dan setiap variabel dari setiap faktor diberi skor berdasarkan kepekaan terhadap banjir.

Nilai bobot dan skor pada setiap faktor dan variabel yang digunakan dalam penentuan kelas tingkatan kerawanan banjir, yaitu :

Tabel 4. Klafikasi Kemiringan Lereng

No. Kemiringan Lereng (%) Harkat Bobot Skor

1. 0-2 5 3 15 2. 2-15 4 12 3. 15-25 3 9 4. 25-40 2 6 5. > 40 1 3

Sumber : Van Zuidam, 1985

Tabel 5. Intensitas Curah Hujan

No. Curah Hujan Tahunan Harkat Bobot Skor

1. > 3000 mm 5 3 15 2. 2500 - 3000 mm 4 12 3. 2000 - 2500 mm 3 9 4. 1500 - 2000 mm 2 6 5. < 1500 mm 1 3

Tabel 6. Klasifikasi Tekstur Tanah

No. Tekstur Tanah Harkat Bobot Skor

1. Halus 5 2 10 2. Agak Halus 4 8 3. Sedang 3 6 4. Agak Kasar 2 4 5. Kasar 1 2

Sumber : Primayuda (2006) dalam Asep (2008)

Tabel 7. Klasifikasi Penggunaan Lahan

No. Penggunaan Lahan Harkat Bobot Skor

1. Lahan terbuka,

sungai/kanal, danau, rawa, genangan, tambak 5 2 10 2. Permukiman, kebun campuran, tanaman pekarangan, perdagangan dan jasa, lapangan,makam, pendidikan

4 8

3. Pertanian, sawah, tegalan 3 6

4. Perkebunan, semak 2 4

5. Hutan, mangrove 1 2

Sumber : Primayuda (2006) dalam Asep (2008) c. Analisis Overlay

Overlay merupakan salah satu prosedur penting dalam analisis SIG (Sistem Informasi Geografis). Overlay adalah kemampuan untuk menempatkan grafis satu peta di atas grafis peta yang lain dan menampilkan hasilnya di layar komputer atau pada plot. Dengan kata lain, overlay menampilkan suatu peta digital pada peta digital yang lain beserta atribut-atributnya dan menghasilkan peta gabungan keduanya yang memiliki informasi atribut dari kedua peta tersebut.

Analisis overlay ini digunakan untuk menentukan daerah tingkat kerawan banjir dengan didasarkan pada beberapa aspek fisik dasar yaitu curah

hujan, jenis tanah, kemiringan lereng serta penggunaan lahan pada suatu kawasan yang didasarkan pada pengharkatan dan pembobotan.

Dalam menganalisis overlay peta kawasan rawan banjir menggunakan ArcGis 10.3, berikut langkah-langkah yang digunakan untuk melakukan overlay : (Wahana Komputer, 2015)

1. Tampilkan empat peta yang akan di overlay pada aplikasi ArcGis 10.3; 2. Pilih Add Data dan pilih direktori penyimpanan peta kemudian Klik Add

dan otomatis peta akan tampil pada layer;

3. Pilih Intersect pada tool Georeferensing lalu pilih Input Feature pada proses Intersect;

4. Masukkan Keempat peta dasar yang di gunakan lalu pilih direktori penyimpanan hasil overlay peta selanjutnya klik Save dan klik OK; 5. Secara otomatis hasil overlay akan tampil pada layer ArcGis 10.3;

6. Tambahkan atribut harkat pada tabel atribut lalu klik kanan shapefile dan pilih Open Attribute Table selanjutnya tambahkan kolom tabel dengan klik Table Option lalu klik Add Field, berikan keterangan nama pada kolom dan pilih Short Integral;

7. Selanjutnya klik Start Editing pada tool Editor lalu blok tabel harkat kemudian klik kanan dan klik Field Calculator, pilih atribut yang akan dijumlahkan lalu klik OK;

8. Urutkan harkat dari kecil hingga terbesar dengan memblok tabel harkat dan pilih Sort Ascending selanjutnya klik Stop Editing pada tool Editor lalu klik Save pada Option Stop Editing;

9. Berdasarkan hasil overlay, maka perlu menggabukan atribut yang sama pada tabel dengan Dissolve yang ada pada Geoprocessing kemudian pilih Input Feature yang akan diolah (data hasil overlay) lalu pilih direktori penyimpanan selanjutnya pilih (√) pada kolom tabel atribut yang akan digunakan dan klil OK;

10. Setelah di Dissolve, maka harus menambahkan tabel kelas untuk menentukan tingkat bahaya banjir misalkan tingkat kerawanan banjir rendah, karawanan banjir menengah, dan kerawanan banjir tinggi. Klik kanan pada Shapefile lalu Open Attribute Table kemudian tambahkan kolom tabel dengan klik Add Field selanjutnya berikan keterangan nama pada kolom dan pilih Short Intergral;

11. Selanjutnya klik Start Editing pada tool Editor beri kelas pada setiap poligon hasil digitasi kemudian klik Stop Editing pada tool Editor, klik Save pada Option Stop Editing lalu tutup atribut dan kembali ke Window Layer. Maka terbentuklah sebuah peta rawan bencana beserta kelas tingkat bahaya banjir.

Pembuatan nilai interval kelas kerawanan banjir bertujuan untuk membedakan kelas kerawanan banjir antara yang satu dengan yang lain.

Rumus yang digunakan untuk membuat kelas interval, adalah : (Sturgess dalam Akbar, 2013). Keterangan: Ki : Kelas Interval Xt : Data tertinggi Xr : Data terendah

k : Jumlah kelas yang diinginkan

Nilai interval ditentukan dengan pendekatan relatif dengan cara melihat nilai maksimum dan nilai minimum tiap satuan pemetaan, kelas interval didapatkan dengan cara mencari selisih antara data tertinggi dengan data terendah dan dibagi dengan jumlah kelas yang diinginkan.

2. Rumusan Masalah Kedua

Rumusan masalah kedua tentang arahan titik dan rute evakuasi bencana banjir di Kota Pangkep sebagai ibukota Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dapat diketahui dengan menggunakan metode analisis sebagai berikut :

a. Analisis Penentuan Tempat Evakuasi

Dalam proses analisis penentuan tempat evakuasi ini digunakan beberapa data spasial sebagai indikator dalam menganalisa tempat evakuasi yaitu peta penggunaan lahan yang berfungsi untuk melihat kenampakan

persebaran area permukiman agar dapat disesuaikan dengan pemilihan jalur. Peta kemiringan lereng juga digunakan dalam proses analisa penentuan tempat evakuasi, dimana peta ini digunakan untuk melihat karakteristik dari relief suatu daerah (titik elevasi) sehingga dapat ditujuh oleh korban bencana banjir. (Sahetapy et al, 2016)

b. Analisis Penentuan Titik Utama Tempat Evakuasi

Proses analisis penentuan tempat evakuasi bencana banjir di Kawasan Perkotaan Pangkep memiliki titik utama dari semua tempat evakuasi yang memiliki potensi. Tempat evakuasi yang menjadi titik utama dianggap memenuhi semua kriteria, faktor-faktor pertimbangan pemilihan titik utama yaitu dari segi aksesibilitas (waktu tempuh), jumlah daya tampung dan ketersediaan MCK (mandi cuci kakus).

Penentuan tempat evakuasi bencana banjir yang menjadi titik utama pada Kawasan Perkotaan Pangkep bertujuan untuk memilihkan tempat evakuasi yang tepat diantara tempat evakuasi yang memiliki potensi. Langkah-langkah yang digunakan untuk menentukan titik utama dari tempat evakuasi yaitu dengan cara mengskorkan nilai rata-rata dari standar kriteria yang digunakan yaitu dari segi aksesibilitas (waktu tempuh), jumlah daya tampung dan ketersediaan MCK (mandi cuci kakus) dari ketiga faktor-faktor yang digunakan sebagai pertimbangan titik utama evakuasi masing-masing memiliki nilai terkait standar kriterianya, yaitu sebagai berikut:

Tabel 8. Kriteria Titik Utama Tempat Evakuasi

No. Jenis Kriteria Kondisi Skor

1. Waktu Tempuh < 20 Menit 5

20 - 60 Menit 3 > 60 Menit 1 2. Daya Tampung > 20 KK 5 5 – 20 KK 3 < 5 KK 1 3. Ketersediaan MCK > 5 MCK 5 2 – 5 MCK 3 < 2 MCK 1

Sumber :Sahetapy et al. 2016 dan Hasil Modifikasi Peneliti

Penentuan titik utama tempat evakuasi bencana banjir di Kawasan Perkotaan Pangkep menurut kriteria diatas adalah :

1) Waktu Tempuh

Waktu tempuh merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terkait penentuan titik utama, kondisi aksesibilitas yang dianggap sangat layak atau baik adalah ketika waktu tempuh menujuh titik utama tempat evakuasi kurang dari 20 Menit, maka kriteria tersebut mempunyai skor 5. Untuk waktu tempuh menujuh titik utama tempat evakuasi 20 - 60 Menit, maka kriteria tersebut mempunyai skor 3. Sedangkan waktu tempuh menujuh titik utama tempat evakuasi lebih dari 60 Menit, maka kriteria tersebut mempunyai skor 1.

2) Daya Tampung

Daya tampung tempat evakuasi merupakan faktor yang terpenting saat mengevakuasi warga yang terkena dampak bencana banjir, kondisi daya tampung yang dianggap baik untuk dijadikan titik utama tempat

evakuasi ketika daya tampung tempat evakuasi mampu menampung lebih dari 20 KK (kepala keluarga), maka kriteria tersebut mempunyai skor 5. Untuk kondisi daya tampung tempat evakuasi mampu menampung 5 – 20 KK, maka kriteria tersebut mempunyai skor 3. Sedangkan kondisi daya tampung yang mampu menampung kurang dari 5 KK, maka kriteria tersebut mempunyai skor 1.

3) Ketersediaan MCK (Mandi Cuci Kakus)

Ketersediaan MCK (mandi cucu kakus) dalam lokasi pengungsian atau tempat evakuasi sangat berperan penting selain sebagai tempat mandi, mencuci dan juga sumber air besih yang bermanfaat bagi korban bencana banjir. Kondisi ketersediaan MCK yang dianggap sangat layak atau baik adalah ketika kondisi MCK memiliki air bersih dengan jumlah MCK di tempat evakuasi lebih dari 5, maka kriteria tersebut mempunyai skor 5. Untuk kondisi MCK yang memiliki air bersih dengan jumlah MCK di tempat evakuasi 2 – 5, maka kriteria tersebut mempunyai skor 3. Sedangkan kondisi MCK yang tidak memiliki air bersih dengan jumlah MCK di tempat evakuasi kurang dari 2, maka kriteria tersebut mempunyai skor 1.

Rumus yang digunakan untuk mengskorkan standar kriteria penentuan titik utama tempat evakuasi adalah :

Keterangan : TU = Titik Utama T = Waktu Tempuh DT = Daya Tampung M = Ketersediaan MCK

c. Analisis Penentuan Rute Evakuasi

Dengan menggunakan data spasial (peta rawan banjir, peta jaringan jalan, peta jaringan sungai dan data kemiringan lereng) untuk dijadikan dasar dalam menganalisa penentuan jalur evakuasi bencana banjir di Kota Pangkep. Dalam penentuan jalur evakuasi, ada beberapa faktor yang dapat digunakan dalam mempertimbangkan pemilihan jalur evakuasi bencana banjir di Kota Pangkep. Faktor-faktor pertimbangan pemilihan jalur evakuasi banjir adalah sebagai berikut : (Sahetapy et al, 2016)

1) Jalur yang dipilih merupakan jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal sehingga memudahkan proses evakuasi.

2) Jalur evakuasi dirancang menjauhi aliran sungai. 3) Sudut kemiringan lereng 4%.

4) Untuk daerah berpenduduk padat, dirancang jalur evakuasi berupa sistem blok, dimana pergerakan masa setiap blok tidak tercampur dengan blok lainnya untuk menghindari kemacetan.

Network Analyst secara umum adalah pemodelan transportasi makroskopis untuk melihat hubungan antar obyek yang dihubungkan oleh jaringan transportasi. Dalam kaitannya dengan pengembangan alternatif jalur evakuasi bencana banjir, tools yang dapat digunakan dalam penelitian ini yaitu route analyst. Dengan bantuan route analyst dapat ditentukan jalur optimal evakuasi korban bencana banjir di Kawasan Perkotaan Pangkep. Penentuan jalur ini bisa berdasarkan waktu tempuh dan pengaturan-pengaturan user sesuai yang diinginkan. Untuk melakukan route analyst ini variabel utamanya adalah jaringan jalan yang menurut wilayah studi adalah jalan Kawasan Perkotaan Pangkep dengan atribut lengkap, mulai dari arteri, kolektor dan lokal.

Secara garis besar tahapan dalam Network Analysis untuk penyusunan data spasial jalur evakuasi bencana banjir terdiri dari 2 tahap yaitu :

1. Geodatabase 2. Route Analyst

Uraian secara rinci kedua tahapan tersebut adalah sebagai berikut: Tahap pertama, Network Analysis ialah mempersiapkan data yang akan digunakan karena data GIS standar dalam bentuk shapefile tidak dapat langsung digunakan sebagai input, akan tetapi harus diubah ke dalam format khusus. Pada ArcGis, format data yang dapat digunakan untuk proses Network Analysis ialah format Geodatabase. Setelah data dalam

bentuk Shapefile diubah menjadi geodatabase, langkah berikutnya ialah membuat Network Dataset dimana kita bisa mengolah data dan parameter yang digunakan untuk Network Analysis. Berikut ini adalah langkah-langkah penyusunan file database :

1. Klik ikon ArcCatalog

2. Pilih folder yang dibutuhkan (folder sesuai tempat penyimpanan user) 3. Buat Geodatabase baru dengan tipe File Geodatabase (format Shapefile

harus diubah ke format yang baru yaitu Geodatabase) yaitu dengan cara klik kanan pada ruang yang kosong dan pilih New – File Geodatabase 4. Lalu Rename file dengan nama “Jalan Kawasan Perkotaan Pangkep”

5. klik kanan pada file Geo-Database baru, pilih New – Feature Dataset 6. Tuliskan “Jalan” pada kolom New Feature Dataset, lalu klik Next. 7. Pilih Projected Coordinate Systems –UTM – WGS 1984

8. Lalu pada WGS 1984, pilih Zone 51N. Lalu, klik Next. Klik Next.

9. Lalu, Finish. Kemudian akan muncul tampilan file Jalan dengan tipe File Geodatabase Feature Dataset.

10. Langkah selanjutnya yaitu klik kanan pada Jalan dengan tipe File Geodatabase Feature Dataset lalu pilih Import – Feature Class (single) 11. Add Input Features dengan cara buka folder sebelumnya pilih Jalan.shp

klik, maka Field Map (optional) dengan otomatis akan terisi. 12. Untuk Output Feature Class, isikan “Jalan” didalamnya. klik OK.