Al-quran adalah wahyu allah yang diturunkan kepada

Wahyu merupakan petunjuk dari Allah SWT  kepada Rasul untuk dijadikan petunjuk bagi Umat Islam. Tetapi, bagaimana proses penyampaian wahyu tersebut?

Menurut Syekh Shafiyarrahman Al-Mubarakfuri dalam bukunya Sirah Nabawiyah (2012, Pustaka Al-Kautsar). Mengutip Ibnu Qayyim, dijelaskan bahwa ada tujuh cara Allah SWT menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW yaitu sebagai berikut:

Pertama, mimpi yang hakiki atau benar. Mimpi ini termasuk salah satu permulaan media penyampaian wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad SAW.

Kedua, melalui bisikan dalam jiwa dan hati Nabi tanpa diihatnya. Nabi Muhammad SAW berkata:

إنَّ رُوحَ القُدُسِ نفثَ في رُوعِي ، أنَّ نفسًا لَن تموتَ حتَّى تستكمِلَ أجلَها ، وتستوعِبَ رزقَها ، فاتَّقوا اللهَ ، وأجمِلُوا في الطَّلَبِ ، ولا يَحمِلَنَّ أحدَكم استبطاءُ الرِّزقِ أن يطلُبَه بمَعصيةِ اللهِ ، فإنَّ اللهَ تعالى لا يُنالُ ما عندَه إلَّا بِطاعَتِهِ

“Sesungguhnya Ruhul-Qudus menghembuskan ke dalam diriku, bahwa suatu jiwa sama sekali tidak akan mati hingga disempurkan Rezekinya. Maka bertakwalah kepada Allah, baguskan dalam meminta, dan janganlah kalian menganggap lamban datangnya rezeki, sehingga kalian mencarinya dengan cara mendurhakai Allah, karena apa yang di sisi Allah tidak akan bisa diperoleh kecuali dengan menaati-Nya.’’

Ketiga, malaikat muncul di hadapan Nabi Muhammad SAW.

Malaikat menyerupai seoarng laki-laki menemui secara langsung kepada Nabi. Lalu, ia berbicara dengan Nabi hingga bisa menangkap secara langsung apa yang dibicarakan. Bahkan, dalam hal ini terkadang para sahabat juga bisa melihat penjelmaaan malaikat.

Keempat, wahyu datang menyerupai gemerincing lonceng. Wahyu ini dianggap wahyu paling berat dan malaikat tidak dapat dilihat oleh pandangan Nabi. Dahi Nabi sampai berkerut dan mengeluarkan keringat sekalipun pada waktu yang sangat dingin. Bahkan, hewan yang ditunggangi Nabi menderum ke tanah.

Wahyu seperti ini pernah terjadi tatkala paha beliau berada di atas Zaid bin Tsabit, sehingga Zaid merasa keberatan dan hampir saja tidak kuat menyangganya.

Kelima, malaikat melihatkan rupa aslinya. Peristiwa  seperti ini pernah terjadi dua kali kepada Nabi. Malaikat mendatangi Nabi untuk menyampaikan wahyu seperti yang dikehendaki Allah kepada beliau. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Allah di dalam surat An-Najm.

Keenam, Wahyu yang disampaikan Allah kepada Nabi. Kejadian ini terjadi di lapisan-lapisan langit pada malam Mi’raj. Wahyu ini berisi kewajiban untuk melaksanakan sholat dan lain-lain.

Ketujuh, Allah berfirman langsung kepada Nabi tanpa perantara. Dalam hal ini, sebagaimana Allah telah  berfirman dengan Musa bin Imran. Wahyu semacam ini berlaku bagi Musa berdasarkan nash Alquran. Sedangkan Nabi Muhammad terjadi dalam hadist tentang Isra. (Saddam Al-Ghifari/ Nashih)

Wahyu yang diturunkan kepada Nabi terkadang pernyataan ini menjadi suatu hal yang membingungkan. Pasalnya, Nabi dan Rasul dalam agama Islam yang harus kita imani ada 25.

Wajar saja jika banyak orang yang bingung. Akan tetapi, berbeda dengan wahyu yang satu ini. Meski ada beberapa Nabi yang menerima wahyu, akan tetapi untuk yang satu ini adalah wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah uswatun hasanah kita, Nabi akhir zaman.

Baca juga: 3 Amalan yang Tidak Terputus Pahalanya Meski Sudah Wafat dari Dunia

Dalam agama Islam, menjelaskan bahwa wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad SAW adalah Al-Quran. Al-Quran merupakan salah satu landasan hukum pertama dalam Islam.

Surat yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril adalah surat Al-Alaq ayat 1 sampai dengan 5.

Kanjeng Muhammad SAW menerima firman Allah tersebut ketika berada di Gua Hira. Tepatnya tanggal 17 Ramadhan atau 6 Agustus 610 Masehi.

Baca juga: Hukum Menjawab Salam Wajib, Mendatangkan 30 Kebaikan yang Haqiqi

Kisah Singkat Turunnya Al-Quran

Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW yang berada di Gua Hira berdiam diri, kemudian Malaikat Jibril datang. Jibril datang seraya berkata kepada Muhammad SAW iqra (bacalah). Rasulullah SAW menjawab “aku tidak bisa membaca”.

Selanjutnya malaikat menarik dan menutupinya sampai Rasulullah merasa kesusahan. Setelah itu, Jibril kembali berkata kepada Rasulullah iqra.

Kanjeng Rasul tetap saja masih menjawab tidak bisa. Jibril kemudian mendekap Nabi Muhammad SAW untuk yang ketiga kalinya. Akan tetapi setelah itu, masih saja Malaikat Jibril menyeru uswatun hasanah kita untuk membaca.

Namun, suruhan untuk yang ketiga kali ini berbeda. Pasalnya, Malaikat Jibril membaca surat Al-Alaq ayat satu sampai lima. Mendengar wahyu yang diturunkan kepada Nabi berupa surat Al-Alaq tersebut, Rasulullah menggigil. Hingga pada akhirnya ia pulang meminta bantuan Khadijah.

Baca juga: Perbedaan Syirik dan Musyrik, Dosa Besar yang Tidak Diampuni Allah

Isi Dalam Al-Quran

Dalam surat Al-Isra ayat 106 menjelaskan bahwa wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW itu tidak dalam satu waktu. Akan tetapi berangsur-angsur. Supaya Rasulullah membacakannya kepada manusia dengan perlahan. Turunnya ayat dalam Al-Quran juga bertahap.

Perlu Anda ketahui bahwa firman Allah yang turun kepada Nabi Muhammad SAW itu 22 hari 2 bulan 22 tahun. Jadi tidak dalam satu waktu turun sebanyak 30 juz. Bukan hanya itu saja, dalam wahyu tersebut juga terdapat 114 surat dengan jumlah 30 juz.

Surat terpanjang adalah surat Al-Baqarah yang berarti Sapi Betina. Sedangkan surat terpendek Al-Kautsar dengan arti nikmat yang banyak.

Surat yang menjadi pembuka dalam Al-Quran adalah Al-Fatihah yang juga mempunyai arti pembukaan, Ummul Quran. Surat An-Naas yang berarti manusia menjadi surat penutup.

Oh iya, surat berjumlah 114 terdapat dalam wahyu yang diturunkan kepada Nabi itu berisikan tentang akidah, ibadah, dan muamalah. Lalu juga kisah-kisah terdahulu, persoalan hukum, juga rujukan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Akidah atau Kepercayaan

Pengertian secara etimologi, akidah memiliki arti keyakinan atau kepercayaan. Adapun kandungan dalam wahyu yang turun kepada Nabi ini adalah persoalan tauhid kepada Allah yang maha segala-galanya.

Akidah juga meliputi rukun iman. Mulai dari keyakinan kepada Allah, Malaikat, Rasul, kitab, hari kiamat, juga qadha dan qadar.

Untuk ibadah dan muamalah mengandung perihal persoalan ibadah. Maksudnya adalah hubungan manusia dengan Allah SWT. Tak hanya itu saja, akan tetapi juga hubungan manusia dengan manusia lainnya.

Hablumminallah dan hablumminannas. Dalam hal ini, Al-Quran juga memberi petunjuk dan tata cara lengkap mengenai ibadah kepada Allah Ta’ala dan sesama.

Persoalan Hukum dalam Al-Quran

Hukum yang berasal dari Allah merupakan hukum paling adil. Oleh sebab itu, kita sebagai hambanya harus menjadikan Al-Quran itu sebagai rujukan pertama dalam menentukan hukum.

Mengenai isi wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ini sering umat Islam lupakan. Pasalnya, kehidupan saat ini justru tidak berpaku pada hukum yang terdapat dalam Al-Quran. Akan tetapi berpaku pada hukum pemerintah yang justru banyak anggota pemerintah yang melanggarnya.

Saat ini juga banyak pemerintah yang melanggar, tetapi justru hukumnya tidak mereka jalankan. Berbeda dengan rakyat biasa, mendapatkan hukuman yang tidak sama seperti halnya dengan mereka yang katanya wakil rakyat. Dunia memang sudah hampir mendekati akhir zaman.

Kisah-Kisah Terdahulu

Selain mengandung perintah, wahyu yang turun kepada Nabi juga menceritakan kejadian umat terdahulu. Tujuannya adalah mengambil pelajaran dari masa lalu tersebut. Sebagai contohnya adalah surat Yusuf ayat 111.

Al-quran adalah wahyu allah yang diturunkan kepada
Al-quran adalah wahyu allah yang diturunkan kepada

Sudah banyak ilmuwan yang membuktikan bahwa ilmu pengetahuan akan terus berkembang seiring perubahan zaman. Akan tetapi, hal yang demikian itu juga sudah Al-Quran jelaskan sejak zaman dahulu. (Muhafid/R6/HR-Online)