Akibat yang timbul dari penggunaan pestisida yang berlebihan adalah

Selama ini, kita mengetahui bahwa pestisida sangat berguna dalam membantu petani merawat pertaniannya. Pestisida dapat mencegah lahan pertanian dari serangan hama. Hal ini berarti jika para petani menggunakan pestisida, hasil pertaniannya akan meningkat dan akan membuat hidup para petani menjadi semakin sejahtera. Pada umumnya pestisida digunakan di hampir setiap lahan pertanian. Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali.

PERATURAN PEMERINTAH NO. 7 TAHUN 1973

     Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan alam khususnya kekayaan alam hayati, dan supaya pestisida dapat digunakan efektif, maka peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973. Dalam peraturan tersebut antara lain ditentukan bahwa:

Tiap pestisida harus didaftarkan kepada Menteri Pertanian melalui Komisi Pestisida untuk dimintakan izin penggunaannya.

Hanya pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh Menteri Pertanian boleh disimpan, diedarkan dan digunakan.

Pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh Menteri Pertanian hanya boleh disimpan, diedarkan dan digunakan menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam izin pestisida itu.

Tiap pestisida harus diberi label dalam bahasa Indonesia yang berisi keterangan-keterangan yang dimaksud dalam surat Keputusan Menteri Pertanian No. 429/ Kpts/Mm/1/1973 dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam pendaftaran dan izin masing-masing pestisida.

  Dalam peraturan pemerintah tersebut yang disebut sebagai pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:

Memberantas atau mencegah hama atau penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil   pertanian.

Memberantas gulma.

Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan.

Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman, kecuali yang tergolong pupuk.

Memberantas atau mencegah hama luar pada ternak dan hewan piaraan.

Memberantas atau mencegah hama air.

Memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah tangga.

Memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang dilindungi, dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.

Pada umumnya pestisida, terutama pestisida sintesis adalah biosida yang tidak saja bersifat racun terhadap jasad pengganggu sasaran. Tetapi juga dapat bersifat racun terhadap manusia dan jasad bukan target  termasuk tanaman, ternak dan organisma berguna lainnya.

Apabila penggunaan pestisida tanpa diimbangi dengan perlindungan dan perawatan kesehatan, orang yang sering berhubungan dengan pestisida, secara lambat laun akan mempengaruhi kesehatannya. Pestisida meracuni manusia tidak hanya pada saat pestisida itu digunakan, tetapi juga saat mempersiapkan, atau sesudah melakukan penyemprotan.

Kecelakaan  akibat pestisida pada manusia sering terjadi, terutama dialami oleh orang yang langsung melaksanakan penyemprotan.  Mereka dapat mengalami pusing-pusing ketika sedang menyemprot maupun sesudahnya, atau muntah-muntah, mulas, mata berair, kulit terasa gatal-gatal dan menjadi  luka, kejang-kejang, pingsan, dan tidak sedikit kasus berakhir dengan kematian. Kejadian tersebut umumnya disebabkan kurangnya perhatian atas keselamatan kerja  dan kurangnya kesadaran bahwa pestisida adalah racun.

Kadang-kadang para petani atau pekerja perkebunan, kurang menyadari daya racun pestisida, sehingga dalam melakukan penyimpanan dan penggunaannya tidak memperhatikan segi-segi keselamatan. Pestisida sering ditempatkan sembarangan, dan saat menyemprot sering tidak menggunakan pelindung, misalnya tanpa kaos tangan dari plastik, tanpa baju lengan panjang, dan tidak mengenakan masker penutup mulut dan hidung. Juga cara penyemprotannya sering tidak memperhatikan arah angin, sehingga cairan semprot mengenai tubuhnya. Bahkan kadang-kadang wadah tempat pestisida digunakan sebagai tempat minum, atau dibuang di sembarang tempat. Kecerobohan yang lain, penggunaan  dosis aplikasi sering tidak sesuai anjuran. Dosis dan konsentrasi yang dipakai kadang-kadang ditingkatkan hingga melampaui batas yang disarankan, dengan alasan dosis yang rendah tidak mampu lagi mengendalikan hama dan penyakit tanaman.

Secara tidak sengaja, pestisida dapat meracuni manusia atau hewan ternak melalui mulut, kulit, dan pernafasan. Sering tanpa disadari bahan kimia beracun tersebut masuk ke dalam tubuh seseorang tanpa menimbulkan rasa sakit yang mendadak dan mengakibatkan keracunan kronis. Seseorang yang menderita keracunan kronis, ketahuan setelah selang  waktu yang lama, setelah berbulan atau bertahun. Keracunan kronis akibat pestisida saat ini paling ditakuti, karena efek racun dapat bersifat karsiogenic (pembentukan jaringan kanker pada tubuh), mutagenic (kerusakan genetik untuk generasi yang akan datang), danteratogenic (kelahiran anak cacad dari ibu yang keracunan).

Pestisida dalam bentuk gas merupakan pestisida yang paling berbahaya bagi pernafasan, sedangkan yang berbentuk cairan sangat berbahaya bagi kulit, karena dapat  masuk ke dalam  jaringan tubuh melalui ruang pori kulit. Menurut World Health Organization (WHO), paling tidak 20.000 orang per tahun, mati akibat keracunan pestisida. Diperkirakan 5.000 – 10.000 orang per tahun mengalami dampak yang sangat fatal, seperti mengalami penyakit kanker, cacat tubuh, kemandulan dan penyakit liver. Tragedi Bhopal di India pada bulan Desember 1984 merupakan peringatan keras untuk produksi pestisida sintesis. Saat itu, bahan kimia metil isosianat telah bocor dari pabrik Union Carbide yang memproduksi pestisida sintesis (Sevin). Tragedi itu menewaskan lebih dari 2.000 orang dan mengakibatkan lebih dari 50.000 orang dirawat akibat keracunan. Kejadian ini merupakan musibah terburuk dalam sejarah produksi  pestisida sintesis.

Selain  keracunan langsung,  dampak negatif pestisida bisa mempengaruhi kesehatan orang awam yang bukan petani, atau orang yang sama sekali tidak berhubungan dengan pestisida. Kemungkinan ini bisa terjadi  akibat sisa racun (residu)  pestisida  yang ada didalam tanaman atau bagian tanaman yang dikonsumsi manusia sebagai bahan makanan. Konsumen yang mengkonsumsi produk tersebut, tanpa sadar telah kemasukan racun pestisida melalui hidangan makanan yang dikonsumsi setiap hari. Apabila jenis pestisida mempunyai residu terlalu tinggi pada tanaman, maka akan membahayakan manusia atau ternak yang mengkonsumsi tanaman tersebut.  Makin tinggi residu, makin berbahaya bagi konsumen.

Dewasa ini, residu pestisida di dalam makanan dan lingkungan semakin menakutkan manusia. Masalah residu ini, terutama terdapat pada tanaman sayur-sayuran seperti kubis, tomat, petsai, bawang, cabai, anggur dan lain-lainnya. Sebab jenis-jenis tersebut umumnya disemprot secara rutin dengan frekuensi penyemprotan yang tinggi, bisa sepuluh sampai lima belas kali dalam semusim. Bahkan beberapa hari menjelang panenpun, masih dilakukan aplikasi pestisida. Publikasi ilmiah pernah melaporkan  dalam jaringan tubuh  bayi yang dilahirkan seorang Ibu yang secara rutin mengkonsumsi sayuran yang disemprot pestisida, terdapat kelainan genetik yang berpotensi menyebabkan bayi tersebut cacat  tubuh sekaligus cacat mental.

Belakangan ini, masalah residu pestisida pada produk pertanian dijadikan pertimbangan untuk diterima atau ditolak negara importir. Negara maju umumnya tidak mentolerir adanya residu pestisida pada bahan makanan yang masuk ke negaranya. Belakangan ini produk pertanian Indonesia sering ditolak di luar negeri karena residu pestisida yang berlebihan. Media massa pernah memberitakan, ekspor cabai Indonesia ke Singapura tidak dapat diterima dan akhirnya dimusnahkan karena residu pestisida yang melebihi ambang batas. Demikian juga pruduksi sayur mayur dari Sumatera Utara, pada tahun 80-an  masih diterima pasar luar negeri. Tetapi  kurun waktu belakangan ini, seiring dengan perkembangan kesadaran peningkatan kesehatan, sayur mayur dari Sumatera Utara ditolak konsumen luar negeri,  dengan alasan kandungan residu pestisida yang  tidak dapat ditoleransi karena melampaui ambang batas.

 Pada tahun 1996, pemerintah Indonesia melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian sebenarnya telah membuat keputusan tentang penetapan ambang batas maksimum residu pestisida pada hasil pertanian.  Namun pada kenyatannya,  belum banyak pengusaha pertanian atau petani yang perduli. Dan baru menyadari setelah ekspor produk pertanian kita ditolak oleh negara importir, akibat residu pestisida yang tinggi. Diramalkan, jika masih mengandalkan pestisida sintesis sebagai alat pengendali hama, pemberlakuan ekolabelling dan ISO 14000 dalam era perdagangan bebas, membuat produk pertanian Indonesia tidak mampu bersaing dan tersisih serta terpuruk di pasar global.

Sumber :

1 http://www.ayocintabumi.110mb.com/alternatif.html

2.http://biotis.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=82:apa-itu-pastisida&catid=14:berita

3. http://usitani.wordpress.com/2009/02/26/dampak-negatif-penggunaan-pestisida/

Penggunaan bahan kimia dalam industri pertanian, perkebunan dan kehutanan merupakan hal yang biasa. Namun nyata, seiring perkembangan teknologi pestisida menggunakan bahan kimia, masih ada beberapa petani dan masyarakat lainnya yang menggunakan pestisida berlebihan. Diawal penggunaan memang hama dan penyakit tanaman berkurang tetapi mereka akan mengeluhkan masalah baru akibat dampak penggunaan pestisida secara berlebihan. Berikut ini dampak negatif penggunaan pestisida berlebihan yang perlu diketahui tidak hanya bagi petani tetapi anda sekalian.

1. Tanaman Yang Ditanam Rusak

Tanaman yang bagus adalah tanaman yang pertumbuhannya baik dan dapat dilihat dari kondisi tanaman apakah sehat atau tidak. Beberapa ilmuan dan peneliti memiliki beberapa kategorinya masing-masing karena setiap tanaman berbeda. Tanaman yang menggunakan pestisida berlebihan bisa dibilang berpotensi mengalami kerusakan. Kondisi seperti munculnya bercak pada daun, kondisi buah banyak yang rusak dan perubahan pada warna daun.

2. Pertumbuhan Tanaman Tidak Normal

Penggunaan pestisida berlebihan tidak hanya menyebabkan tanaman rusak tetapi membuat pertumbuhan tanaman tidak normal. Kondisi seperti kerdil tidak hanya disebabkan oleh kurangnya nutrisi pada tanaman tetapi bisa disebabkan karena penggunaan pestisida yang menyebabkan kerusakan pada tanaman sehingga pada akhirnya pertumbuhan tanaman menjadi tidak normal. Pertumbuhan demikian lebih menunjukkan ke arah negatif. Baca : pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan.

3. Kandungan Nutrisi Tanaman Bercampur Dengan Pestisida

Beberapa tanaman yang memiliki lapisan kulit yang tipis akan lebih mudah menyerap cairan yang berada di atasnya. Hal ini bisa terjadi pada penggunaan pestisida. Beberapa petani menggunakan pestisida cair dengan teknik semprot karena sangat mudah dalam aplikasinya. Namun karakteristik tanaman yang memiliki lapisan kulit yang tipis atau tidak memiliki lapisan kulit akan lebih mudah menyerap pestisida jika dibandingkan dengan tanaman yang memiliki kulit yang tebal. Hal ini bisa berdampak pada kandungan nutrisi pada tanaman yang ditanaman bisa bercampur dengan pestisida.

4. Predator Alami Berkurang

Hama pada tanaman pastinya berbeda-beda. Pada konsep rantai makanan pastinya setiap individu tidak hanya memiliki 1 predator saja. Misalnya ulat yang mengkonsumsi daun pada tanaman sehingga daun akan lebih mudah bolong dan muncul benjol-benjol terutama pada tanaman jambu. Pada saat hama ulat hilang tentunya menjadi keberkahan tersendiri. Namun hama pada jambu tidak hanya ulat saja, ada beberapa hama jambu seperti lalat buah. Bisa saja pada saat petani menyemprotkan cairan pestisida tidak menyebabkan hama lalat buah mati. Hal ini bisa menyebabkan masalah baru bukan ?.

5. Muncul Hama Baru

Seperti penjelasan sebelumnya, berkurangnya hama predator alami pada tanaman berkurang bisa menyebabkan munculnya hama baru. Munculnya hama baru tentunya penggunaan pestisida akan lebih ditingkatkan sehingga penggunaan pestisida bisa berlebihan.

6. Biaya Perawatan Lebih Mahal

Faktor hama predator alami berkurang dan muncul hama serta penyakit baru tanaman, dapat menyebabkan biaya perawatan tanaman lebih mahal. Oleh karena itu petani bisa mengantisipasi dengan menggunakan bahan alami dalam penggunaan pestisidanya. Walaupun membutuhkan jumlah yang lebih banyak, justru petani tidak perlu mengeluarkan biaya yang lebih mahal.

Untuk saat ini memang beberapa konsumen cukup banyak yang memilih produk yang organik karena penggunaan pestisida yang alami. Kalau petani mencoba hal ini tentunya harga nilai jual yang dihasilkan akan lebih tinggi karena pasar petani organik masih jarang ditemukan. Baca : cara mekanisasi pertanian.

Dampak negatif penggunaan pestisida berlebihan tidak hanya merugikan baik untuk tanaman, hewan disekitar tetapi manusia pun ikut merasakan dampaknya. Hal ini perlu diperhatikan baik bagi petani atau pemilik kebun yang ingin bercocok tanam harus memperhatikan resiko yang ada. Memang penggunaan pestisida dapat mengurangi hama tanaman tersebut.

Namun alangkah baiknya petani mencari langkah baru untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida. Demikian Informasi yang dapat disampaikan dosen biologi mengenai dampak negatif penggunaan pestisida berlebihan. Semoga dapat menambah ilmu pengetahuan anda. Belajar biologi jadi asyik dan menyenangkan bersama dosen biologi.