Yang pertama masuk islam dari kalangan anak-anak

Ali bin Abi Thalib, Anak Pertama yang Masuk Islam

Ali bin Abi Thalib memeluk Islam ketika usianya 10 tahun.

Yang pertama masuk islam dari kalangan anak-anak

Daily Sabah

Ali bin Abi Thalib, Anak Pertama yang Masuk Islam. Kuil Imam Ali di Najaf, Irak menjadi tempat pemakaman Ali bin Abi Thalib.

Rep: Febryan. A Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ali bin Abi Thalib sekitar 10 tahun usianya ketika ia memutuskan memeluk Islam. Kendati masih belia, keputusan besar itu diambil bukan karena kedekatannya dengan Nabi Muhammad SAW, melainkan lewat proses pencarian penuh pertanyaan.

Baca Juga

  • Nasihat Ali bin Abi Thalib Soal Panjang Angan-Angan
  • Keadilan Ali bin Abi Thalib yang Disandarkan pada Allah
  • Doa Nabi Saat Hijrah Meninggalkan Kampung Halaman Makkah

Ali diketahui sangat dekat dengan Nabi Muhammad SAW yang tak lain adalah sepupunya sendiri. Ia kerap mengikuti ke manapun Muhammad pergi dan meniru kata-kata serta tindakannya.

Namun, ketika Muhammad ditunjuk sebagai utusan Allah, Ali tidak segera memeluk Islam hanya karena kedekatannya ataupun kebiasaannya meniru sang sepupu. Ia memilih memahami agama Islam itu terlebih dahulu.

Ali lahir di Makkah sekitar tahun 600 M. Ia adalah putra Abu Thalib, paman sekaligus pendukung setia Nabi Muhammad. Ketika kelaparan melanda Makkah, Muhammad membantu keluarga pamannya itu dengan membawa dan merawat Ali.

Oleh karena itu, Ali dibesarkan oleh Muhammad dan Khadijah seolah-olah ia adalah anak mereka sendiri. Ali berada di tengah-tengah keluarga itu ketika Muhammad menerima wahyu pertama.

Diyakini ia menyaksikan Muhammad dan Khadijah bersujud dalam doa dan bertanya tentang apa yang telah dilihatnya. Meskipun baru berusia 10 tahun, Ali sudah berpikir keras dan mengajukan banyak pertanyaan sebelum menerima Islam.

Melansir laman About Islam, Ahad (12/7), disebutkan Ali juga khawatir dengan reaksi keluarganya, terutama sang Ayah. Ketika seseorang hendak memeluk Islam, rasa khawatir semacam itu memang sering menghantui. Apakah ia akan kehilangan cinta dari keluarganya atau keluarganya bisa menerima.

Hal semacam itulah yang dirasakan Ali. Sebagaimana diketahui, Abu Thalib adalah pribadi yang menolak memeluk Islam. Beruntung, ia bisa menerima ketika Ali berkata bahwa Muhammad akan menuntunnya pada jalan kebenaran. Abu Thalib bahkan menasihati agar Ali tetap dekat dengan Muhammad.

Ali pun semakin gencar bertanya kepada Muhammad. Ia selalu berdiskusi ketika menemui suatu hal yang belum dipahami tentang agama baru tersebut.

Tak lama berselang, Ali akhirnya membaca dua kalimat syahadat. Walhasil, Ali menjadi anak pertama yang masuk Islam.

Suatu ketika, keberanian Ali dan kecintaannya pada Allah tampak langsung oleh Nabi Muhammad. Saat itu, Muhammad diperintahkan oleh Allah untuk menyampaikan pesan kepada kerabatnya.

Setelah mengundang mereka untuk makan malam, Nabi bertanya siapa yang akan bergabung dengannya di jalan Allah. Tak satu pun yang bersuara.

Adalah Ali, meski masih anak-anak, yang memecahkan keheningan dan menawarkan membantu Nabi Muhammad dengan cara apa pun yang dia bisa. Semua orang di ruangan makan malam itu tertawa mendengarnya.

Ali pun mengulangi tawarannya, berdiri tegak di hadapan tawa dan cemoohan. Di masa depan ia terus berdiri tegap berulang kali menunjukkan keberanian dan cintanya kepada Allah dan Nabi Muhammad.

Salah satu keberaniannya yang paling dikenang adalah ketika kaum kafir hendak membunuh Muhammad. Ali yang ketika itu berusia 22 tahun berani mempertaruhkan nyawanya.

Ia pura-pura menjadi Nabi dengan tidur di kasurnya agar Muhammad bisa berhijrah ke Madinah. Ketika para pembunuh memasuki rumah Muhammad dengan pedang, mereka terkejut dan kecewa hanya menemukan Ali. Ia pun tak disakiti.

Begitulah keberanian Ali dalam melindungi Muhammad. Ia tak hanya sepupu, anak angkat, dan teman dekat nabi, tapi juga kelak menjadi menantu Muhammad. Ali diketahui menikahi Fatimah, putri Nabi Muhammad.

Meski demikian, Ali sebenarnya lebih dikenal atas kerendahan hatinya, kesalehan, dan pengetahuannya yang mendalam tentang Alquran. Dia adalah seorang sarjana besar Islam dan sastra Arab, dan mempelopori bidang tata bahasa Arab.

  • ali bin abi thalib
  • kisah mualaf
  • anak pertama masuk islam
  • rasulullah
  • nabi muhammad

Yang pertama masuk islam dari kalangan anak-anak

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Subscribe to Notifications

YANG PERTAMA KALI MASUK ISLAM

Setelah menerima wahyu pertama, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak langsung menerima wahyu berikutnya. Ada tenggang waktu. Masa kekosongan ini disebut dengan masa fatrah. Tidak ketahui secara pasti berapa lama masa ini berlangsung. Namun, sepertinya tidak berlangsung lama.[1] Saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah mulai merasa tenang dan siap menerima wahyu berikutnya, maka wahyupun turun.

Mengenai wahyu yang turun setelah masa fatrah ini, para ulama berselisih pendapat mengenai wahyu yang turun kemudian. Ada yang mengatakan surat al Muddatstsir ayat 1-5. Ada juga yang mengatakan surat adh Dhuha, seperti Ibnu Ishaq. Beliau t mengatakan dalam sirahnya : “Kemudian wahyu tidak turun kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beberapa saat, sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa berat dan sedih. Lalu Jibril datang kepadanya dengan membawa surat adh Dhuha”.[2]

Namun dari dua pendapat tersebut, yang terkuat, yaitu pendapat yang didukung oleh hadits, yakni surat al Muddatstsir. Sebagaimana tersebut dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Jabir :

فَبَيْنَا أَنَا أَمْشِي سَمِعْتُ صَوْتًا مِنْ السَّمَاءِ فَرَفَعْتُ بَصَرِي قِبَلَ السَّمَاءِ فَإِذَا الْمَلَكُ الَّذِي جَاءَنِي بِحِرَاءٍ قَاعِدٌ عَلَى كُرْسِيٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ فَجَئِثْتُ مِنْهُ حَتَّى هَوَيْتُ إِلَى اْلأَرْضِ فَجِئْتُ أَهْلِي فَقُلْتُ زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي فَزَمَّلُونِي فَأَنْزَلَ الهُا تَعَالَى يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ إِلَى قَوْلِهِ فَاهْجُرْ

Ketika aku sedang berjalan, (tiba-tiba) aku mendengar suara dari (arah) langit. Aku mengangkat pandanganku ke arah langit, ternyata ada malaikat yang mendatangiku di Gua Hira`. Dia duduk di atas kursi antara langit dan bumi. Aku takut padanya, sampai-sampai aku jatuh ke tanah. Lalu aku mendatangi keluargaku. Aku katakan kepada mereka : “Selimuti aku! Selimuti aku!” Maka merekapun menyelimutiku, lalu Allah Azza wa Jalla menurunkan :

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ

Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatann, dan Rabb-mu agungkanlah, dan pakaianmu sucikanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, -QS al Muddatstsir ayat 1-5. [HR Imam al Bukhari dan Muslim].

Sedangkan surat adh Dhuha, surat ini diturunkan saat wahyu tidak turun selama dua atau tiga hari.[3] Kemudian orang kafir Quraisy mengolok-olok, dengan mengatakan bahwa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah ditinggalkan Rabb-nya. Bahkan diriwayatkan, ada seorang wanita musyrik mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata : “Aku berharap setanmu telah meninggalkan engkau,” akan tetapi kemudian Allah Azza wa Jalla menurunkan surat ini sebagai pelipur lara bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

DAKWAH SECARA RAHASIA
Setelah menerima surat al Muddatstsir ayat 1-5, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai mendakwahkan Islam secara sembunyi-sembunyi. Mulanya dengan mendakwahkan kepada orang-orang yang terdekat dengan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Ibnu Ishaq dan al Waqidi mengatakan, dakwah dengan cara seperti ini berlangsung selama tiga tahun. Ada juga yang mengatakan selama empat tahun. Hingga akhirnya Islam mulai dikenal, dan mulai ada sahabat yang beriman kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Meskipun saat itu fanatik kesukuan sangat kuat tertanam dalam dada orang Quraisy, namun Islam tidak tersebar melalui jalur ini. Buktinya, tidak semua orang terdekat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mau menerima dakwah ini. Sebagai contoh, Abu Thalib meninggal dalam keadaan tidak beriman. Begitu juga salah satu paman beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bernama Abu Jahl, bahkan menjadi penentang keras dakwah Islam.

Baca Juga  Peran Para Pendahulu Islam

ORANG-ORANG YANG PERTAMA KALI MENERIMA ISLAM

1. Khadijah Radhiyallahu anha binti Khuwailid.
Hadits yang berkaitan dengan permulaan wahyu menunjukkan bahwa, Khadijah Radhiyallahu anha adalah orang yang pertama kali mendengar kabar kenabian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan turunnya wahyu. Dalam hadits itu juga dijelaskan, Khadijah Radhiyallahu anha percaya terhadap apa yang didengarnya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , mendukungnya, dan berusaha meringankan beban yang dirasakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Siapapun yang memahami permasalahan ini, tentu tidak merasa heran jika Khadijah Radhiyallahu anha menjadi orang pertama yang beriman kepada risalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Ishaq dan al Waqidi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mendengar sesuatu yang menyakitkan dari Khadijah; tidak pernah membantah dan juga tidak pernah mendustakan. Kegelisahan dan penderitaan yang dirasakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , telah dihapus oleh Allah Azza wa Jalla, atau berkurang dengan perantaraan Khadijah Radhiyallahu anha . Sungguh, beliau Radhiyallahu anha seorang isteri yang sangat berjasa. Wajarlah jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mencintainya. Sampai-sampai diceritakan bahwa, Aisyah Radhiyallahu anhuma tidak pernah merasa cemburu kecuali kepada Khadijah Radhiyallahu anha, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering menyebutnya, meskipun beliau Radhiyallahu anha sudah wafat.

2. Ali bin Abu Thalib bin Abdul Muthallib al Quraisy al Hasyimiy.
Tidak berapa lama kemudian, Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu anhu memeluk Islam. Beliau Radhiyallahu anhu berada dalam asuhan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sebagai wujud kepedulian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada pamannya yang memiliki banyak anggota keluarga, sementara tidak memiliki harta yang cukup untuk menanggung beban hidup.

Tentang usia Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu anhu saat memeluk Islam, para ulama berbeda pendapat. Imam ath Thabari, Ibnu Ishaq, menguatkan pendapat yang mengatakan, usianya saat itu dua puluh tahun.[4] Sedangkan Imam Ibnu Hajar, menguatkan pendapat yang menyatakan sepuluh tahun. Yang jelas, Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu anhu termasuk generasi pertama yang memeluk Islam. Kemudian dijadikan menantu oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , menikahkannya dengan Fatimah anak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu anhu juga memiliki banyak keutamaan, kedudukan dan keistimewaan di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dijelaskan dalam banyak hadits, di antaranya sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ali bin Abu Thalib :

أَنْتَ مِنِّي وَأَنَا مِنْكَ

Engkau adalah bagian dariku, dan aku bagian darimu.

Umar bin Khaththab juga pernah mengatakan :

تُوُفِّيَ رَسُولُ الهِa صَلَّى الهُl عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَنْهُ رَاضٍ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat dalam keadaan ridha terhadap Ali Radhiyallahu anhu . [Lihat Shahih Bukhari].

3. Abu Bakr ash Shiddiq.
Dia bernama ‘Abdullah bin Utsman. Terkenal dengan nama Abu Qahafah at Taimiy, berasal dari Bani Taim bin Murrah. Dialah laki-laki dewasa merdeka yang pertama kali masuk Islam, sekaligus sebagai pendukung pertama Rasulullah. Membantu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan harta dan jiwanya. Dia tegar bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Mempercayai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat orang lain mengingkari atau meragukannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan :

إِنَّ اللَّهَ بَعَثَنِي إِلَيْكُمْ فَقُلْتُمْ كَذَبْتَ وَقَالَ أَبُو بَكْرٍ صَدَقَ وَوَاسَانِي بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ

Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah mengutusku kepada kalian, lalu kalian mengatakan : “Engkau dusta,” sedangkan Abu Bakr mengatakan : “Dia benar,” lalu dia membantuku dengan harta dan jiwanya. [HR Bukhari].

Baca Juga  Antara Tragedi Raji, Bi'r Maunah Dan Qunut Nazilah

Dia jualah yang memberikan pembenaran terhadap peristiwa Isra` dan Mi`raj Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, saat orang-orang kafir Quraisy berusaha membuatnya ragu, namun ia sama sekali tidak bergeming. Sehingga tidak mengherankan, kalau kemudian ia mendapatkan gelar ash Shiddiq.

4. Zaid bin Haritsah.
Dia merupakan orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan budak yang sudah merdeka. Berasal dari suku al Kalb. Dia menjadi tawanan pada masa jahiliyah. Lalu Hakim bin Hazam membelinya untuk Khadijah. Dan saat Rasulullah menikah dengan Khadijah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memintanya.

Pada saat bapak dan bibinya datang ke Mekkah, mereka mengetahui keberadaan Zaid bin Haritsah. Lalu ingin menebusnya, tetapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan pilihan kepada Zaid. Ikut bapak dan bibinya, atau tetap bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Ternyata, Zaid lebih memilih tetap bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .[5] Oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Zaid bin Haritsah disebutnya sebagai “saudara”, sebagaimana dalam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أَنْتَ أَخُوْنَا وَ مَوْلاَنَا

Engkau adalah saudara dan pembantu kami.

5. Bilal bin Rabbah.
Dialah dari kalangan budak yang pertama kali masuk Islam. Dia budak dari seorang tuan yang zhalim, yaitu Umayyah bin Khalaf. Saat tuannya mengetahui Bilal telah memeluk Islam, maka ia menyiksanya dengan siksaan yang berat, dengan harapan Bilal mau kembali meyakini yang telah menjadi keyakinannya semula. Namun Bilal, tetap teguh dengan keimanannya, meskipun mendapatkan siksaan yang berat. Sampai akhirnya, dia dibeli oleh Abu Bakr, lalu dibebaskannya.

Kemuliannya nampak, karena dia termasuk di antara para sahabat yang dijamin masuk surga.\ Disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

… فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ …

… Sesungguhnya aku mendengar suara gerakan dua sandalmu di hadapanku di surga. [HR Bukhari].

Demikian beberapa sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pertama kali memeluk Islam. Namun siapakah di antara para sahabat tersebut yang paling dahulu memeluk Islam?

Dalam masalah ini, para ulama berselisih pendapat. Di antaranya ada yang berpendapat Khadijah yang paling pertama. Yang lain mengatakan Ali Radhiyalllahu anhu . Yang lain lagi mengatakan Abu Bakr Radhiyallahu anhu. Dan ada juga yang mengatakan Zaid bin Haritsah Radhiyallahu anhu. Terlepas dari perbedaan pendapat ini, yang jelas mereka merupakan orang-orang yang paling pertama menyambut dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Syaikh al Albani mengatakan : “Lelaki dewasa dan merdeka yang pertama kali beriman adalah Abu Bakar. Dari kalangan anak-anak adalah Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu anhu. Dari kalangan wanita ialah Khadijah, isteri beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dan dari kalangan budak adalah Zaid bin Haritsah al Kalbiy. Semoga Allah meridhai mereka, serta membuat mereka menjadi ridha”. [6]
Wallahu a’lam bish-shawab.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07//Tahun X/1427H/2006M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016] _______ Footnote [1]. As Siratun Nabawiyah ash Shahihah, hlm. 127. [2]. As Siratun Nabawiyah fi Dhau-il Kitab was Sunnah, hlm. 280. [3]. HR Bukhari. Lihat As Siratun Nabawiyah ash Shahihah, hlm. 127. [4]. As Siratun Nabawiyah fi Dhau-il Kitab was Sunnah, hlm. 284. [5]. Lihat Fat-hul Baari, Manaqibu Zaid.

[6]. Shahihus Siratin Nabawiyah, hlm. 99.