Yang menarik tentang industri kelapa sawit

03 Jan 2022, 09:13 WIB - Oleh: Bustanul Arifin

Muhammad Bagus Khoirunas Pekerja memanen kelapa sawit di Desa Rangkasbitung Timur, Lebak, Banten, Selasa (22/9/2020). ANTARA FOTO

Bisnis.com, JAKARTA - Tahun 2021 menjadi saksi sejarah munculnya titik kritis baru dari industri kelapa sawit. Indonesia adalah produsen dan eksportir terbesar kelapa sawit, jauh meninggalkan Malaysia.

Produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia diperkirakan 53 juta ton, naik 3 persen dari 51,5 juta ton pada 2020. Produksi CPO tahun ini diperkirakan terus naik meski tidak setinggi 2021, karena ekspansi lahan kelapa sawit baru nyaris terhenti.

Indonesia terus melanjutkan kebijakan moratorium perizinan penambahan areal sawit baru, utamanya yang berasal dari konversi hutan alam dan areal bergambut. Peningkatan produksi CPO lebih banyak didorong peningkatan produktivitas, termasuk dari kebun-kebun sawit rakyat, karena harga tinggi menjadi insentif penting bagi peningkatan produksi dan produktivitas.

Kenaikan harga CPO di pasar global di atas US$1.300/ton tidak terlalu disambut baik untuk jangka menengah-panjang. Secara historis, tiga gelombang kenaikan harga CPO yang terjadi dalam dua dekade terakhir semuanya berhubungan dengan krisis ekonomi, yaitu pada 2008 dan 2011.

Saat ini berhubungan dengan resesi ekonomi global, karena pandemi Covid-19 dan semakin tingginya permintaan terhadap bahan bakar nabati biofuels.

Bagaimana prospek industri kelapa sawit 2022? Secara umum masih cukup cerah tapi tantangannya berubah. Harga CPO masih tetap tinggi di atas US$1.000/ton tapi komitmen transisi energi Indonesia sangat memengaruhinya.

Dampak kenaikan harga CPO mulai berimbas ke beberapa sektor. Harga eceran minyak goreng dalam negeri melonjak tinggi dan menjadi kontributor utama peningkatan laju inflasi di banyak daerah. Harga eceran minyak goreng kemasan bermerek menembus Rp20.000/kg, rekor anomali kenaikan harga, karena Indonesia adalah produsen CPO terbesar di dunia.

Pada awal pandemi Covid-19, harga CPO global turun signifikan karena sistem logistik terganggu. Indonesia memilih kebijakan menggenjot pembangunan biofuels B-30. Hasilnya, alokasi CPO untuk industri biofuel domestik meningkat pesat. Harga CPO naik signifikan sejak Agustus 2020. Kenaikan harga minyak goreng menjadi penyumbang laju inflasi terbesar di seluruh provinsi Sumatera, kecuali di Bengkulu.

Kenaikan harga minyak goreng terkompensasi dengan stabilnya harga-harga barang kebutuhan pokok gula dan beras. Kenaikan harga CPO juga berdampak signifikan terhadap kinerja peremajaan sawit rakyat (PSR). Realisasi PSR per 22 Desember 2021 hanya 38.032 hektare (ha), sangat jauh dari target 180.000 ha, bahkan terendah dalam 3 tahun terakhir.

Dengan harga tandan buah segar (TBS) yang sangat tinggi sampai Rp3.000/kg, Setidaknya, biaya peremajaan sawit mencapai Rp60—Rp70 juta/ha, tergantung pada lokasi kebun dan kompleksitas permasalahan sosial-ekonominya.

Pada 2019 dan 2020, realisasi peremajaan sawit rakyat mencapai 90.207 ha dan 94.033 ha, karena beberapa penyederhanaan prosedur, partisipasi koperasi dan masyarakat serta kerja sama dengan sektor swasta yang akan menjadi pembeli (off-taker) dari produksi TBS dari kebun petani.

Presidensi Indonesia di G20 menjadi etalase penting bagi komitmen industri sawit secara berkelanjutan. Adapun pada 2022 Indonesia akan mengandalkan strategi intensifikasi dan efisiensi pengolahan sawit atau hilirisasi, baik untuk pangan maupun bahan bakar nabati atau biofuel.

Tantangan industri sawit berubah menjadi peningkatan produktivitas, efisiensi industri dan diversifikasi produk hilir untuk pangan, biofuel dan kebutuhan rumah tangga lain. Indonesia akan serius dalam menerapkan sertifikasi berkelanjutan di tingkat global (Roundtable Sustainable Palm Oil/RSPO) dan International Sustainability and Carbon Certification/ISCC) yang bersifat sukarela dan sertifikasi berkelanjutan tingkat nasional (Indonesia Sustainable Palm Oil/ISPO) yang bersifat wajib.

Pembangunan keunggulan keberlanjutan akan mewarnai perjalanan strategi peningkatan daya saing industri sawit. Selain sistem pangan tangguh dan berkelanjutan di G20, Indonesia juga berkomitmen melakukan transisi energi. Program pengembangan biofuels B-30 adalah salah satu manifestasi dari komitmen transisi energi tersebut.

Permintaan biodiesel (dari CPO) diperkirakan naik 2,4% sesuai dengan Rencana Umum Energi Nasional. Permintaan bioavtur atau sustainable aviation fuel (SAF) diperkirakan naik 24,6 persen, menyusul sukses Pertamina uji coba Bioavtur J2.4 palm-based SAF yang berhasil baik.

Tantangan baru bagi industri sawit adalah perumusan strategi alokasi CPO dan produk turunannya ke depan, terutama alokasi energi versus pangan dan kebutuhan rumah tangga. Tantangan jangka pendek energi berbasis fosil versus berbasis nabati (CPO dan biomassa) adalah tingkat efisiensi atau harga keekonomian CPO versus minyak bumi.

Kampanye positif tentang peran industri sawit pada ekonomi, pengembangan wilayah, pengentasan kemiskinan dan lainnya perlu lebih gencar dilaksanakan agar efektif dan tepat sasaran. Uni Eropa (dan banyak negara lain) sebenarnya sangat butuh CPO Indonesia, karena pertumbuhan industri pangan dan energi yang cukup pesat.

Perkembangan gugatan Indonesia ke WTO perlu terus dipantau berikut strategi komunikasi dan diplomasi ekonomi CPO di tingkat global.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Awalnya saya bekerja sebagai karyawan magang untuk mencari pengalaman selama empat bulan. Namun akhirnya saya bergelut dengan industri kelapa sawit selama satu tahun, setelah masa magang saya bersama Sinar Mas Agribusiness and Food diperpanjang pada tahun 2018. Dengan hampir berakhirnya masa magang saya bersama tim Group Corporate Communications pada bulan Agustus ini, saya ingin berbagi pengalaman, terutama kepada mereka yang ingin bekerja di industri kelapa sawit agar lebih memahami peluang yang dapat diraih.

Tugas saya membantu mengelola media sosial perusahaan, membantu persiapan acara, berhubungan dengan jurnalis media nasional, dan bahkan melakukan riset online dan offline seputar industri kelapa sawit. Salah satunya adalah riset tentang biodiesel, yang kemudian saya tuliskan dalam bentuk blog.

Tim Group Corporate Communications di R&D Marunda pada Desember 2018.

Bersama dengan tim, saya menangani berbagai tantangan: dari berusaha meluruskan persepsi yang salah tentang minyak kelapa sawit, hingga mengatasi tuduhan palsu tentang proses pengelolaan limbah perusahaan. Sebagai seorang millennial yang awalnya sangat asing dengan industri kelapa sawit, hal ini membantu saya lebih memahami serta mendukung industri kelapa sawit berkelanjutan dengan banyaknya manfaat dan keuntungan yang diberikan.

Anda mungkin berpikir bahwa saya mendukung industri kelapa sawit karena pepatah “dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung”. Namun hal ini tidak sepenuhnya benar. Dukungan ini saya berikan karena saya sudah melihat banyak pengaruh positif dari kelapa sawit dan berbagai upaya yang dilakukan perusahaan untuk mencapai kata keberlanjutan. Namun sayangnya seringkali hal baik tersebut tetap tidak disadari karena kontroversi yang terus menyelimuti industri ini. Mereka yang menentang tidak menyadari bahwa perubahan yang nyata membutuhkan waktu dan upaya untuk dapat mewujudkannya, dan kami telah melakukan banyak upaya selama lebih dari 1 dekade, seperti rehabilitasi gambut serta pencegahan kebakaran hutan dan lahan.

Saya mempelajari bahwa kunci dari keberlanjutan rantai pasok bukan hanya tanggung jawab para perusahaan produsen saja, tapi seluruh pemangku kepentingan di balik industri kelapa sawit juga memiliki perannya masing-masing. Sebagai contohnya, walaupun kami memberikan upaya terbaik dalam menyediakan bantuan dan panduan melalui KSLG (Kebijakan Sosial dan Lingkungan GAR), lokakarya dan pelatihan, namun pelaksanaan akhirnya tetap berada di tangan para pemasok.

Pertanian membosankan dan ketinggalan jaman?

Saya juga menyadari bahwa jumlah generasi muda yang tertarik dengan industri pertanian kini semakin berkurang. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), dalam kurun waktu 10 tahun (2003-2013), jumlah rumah tangga petani berkurang sebanyak 5 juta. Hal ini terjadi karena banyaknya generasi muda yang beranggapan buruk tentang industri pertanian. Banyak dari mereka terpengaruh oleh pola pikir yang kuno, yaitu bahwa industri pertanian sudah ketinggalan jaman dan terlalu membosankan.

Berdasarkan pengalaman saya, tidak salah lagi bahwa persepsi mereka salah. Industri pertanian saat ini, terutama di Sinar Mas Agribusiness and Food telah menerapkan teknologi canggih, big data dan bahkan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dalam proses produksinya. Pertanian juga terus menjadi industri yang paling banyak menawarkan lapangan pekerjaan terbesar di Indonesia. Bagi saya sendiri, industri ini menjadi sangat menarik karena manfaatnya yang luar biasa: menjadi minyak nabati yang paling produktif sehingga menjadi sumber pangan untuk dunia!

Tidak mungkin jika saya harus menghitung banyaknya hal yang berkesan selama bekerja di korporasi besar ini. Oleh karena itu saya hanya akan berbagi tiga momen yang paling berkesan selama berada di sini:

1. Acara “Belajar dari Ahlinya” di R&D Marunda, Bekasi

Acara “Belajar dari Ahlinya” di R&D perusahaan, Marunda. Saya berada di paling kanan.

Saya sebagai orang awam pertama kali melihat secara langsung bahwa para ahli teknologi pangan memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan berbagai produk makanan dengan kelapa sawit sebagai bahan bakunya. Salah satu hal yang mereka lakukan adalah membuat produk-produk berbahan baku minyak kelapa sawit yang sehat dan bernutrisi. Di sana, saya melihat banyak demo memasak oleh para chef handal, salah satunya adalah chef selebritis Nina Bertha. Tak hanya menonton, saya juga mencicipi banyak jenis makanan mulai dari roti, kue, coklat, hingga es krim yang semuanya dapat dibuat menggunakan bahan dasar minyak kelapa sawit. [Catatan editor: Sebuah kesempatan yang layak kamu dapatkan setelah lelah bekerja di kantor!]

2. Acara International Women’s Day 2018 di Jakarta

Acara ini didedikasikan untuk para perempuan karir yang bekerja di perusahaan. Setelah mengikuti acara ini, saya semakin menyadari bahwa kesetaraan gender dalam dunia profesi adalah hal yang penting. Terlebih lagi, kesetaraan bukan hanya tentang gender, namun juga etnis, ras, budaya, hingga agama. Sebagai salah satu perusahaan pemasok minyak kelapa sawit terbesar di Indonesia, saya melihat bahwa Sinar Mas Agribusiness and Food sudah mewujudkan kesetaraan dalam keberagaman.

Acara International Women’s Day untuk karyawan perusahaan.

3. Acara Group Corporate Communications Annual Meeting di Singapura

Acara ini diadakan sebagai bagian dari rutinitas dua-kali-setahun untuk mendiskusikan perencanaan tim kami, dan melatih kemampuan individu dalam tim melalui pelatihan yang diadakan. Saya berkesempatan berkunjung ke kantor di Singapura dan bertemu dengan seluruh anggota tim yang bekerja di sana, serta ikut menyumbangkan pikiran dalam tiga hari pertemuan yang diadakan. Pada rangkaian acara ini saya banyak belajar tentang perencanaan tim, serta mendapatkan pelatihan tentang branding dan storytelling untuk perusahaan dari Anita Neville, Senior Vice President of Group Corporate Communications.

Secara personal, bekerja sebagai karyawan magang di Sinar Mas Agribusiness and Food sungguh menyenangkan, dan saya sungguh berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan serta seluruh pengalaman berharga yang saya dapatkan.

Ketahui informasi lebih lanjut tentang lowongan karir di perusahaan, klik di sini

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA