Kenapa darah haid berhenti setelah berhubungan intim

Mandi junub syarat mutlak bolehnya bersenggema usai haid

Rabu , 27 Oct 2021, 05:50 WIB

antarafoto

Mandi junub syarat mutlak bolehnya bersenggema usai haid. Ilustrasi suami istri

Rep: Muhyiddin Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setelah darah haid seorang istri berhenti, biasanya sang suami akan langsung meminta istrinya untuk berhubungan intim atau bersenggama. 

Padahal, sang istri belum bersuci dengan melakukan mandi wajib. Lalu, bagaimana hukumnya berhubungan intim dalam keadaan seperti itu?

Pertanyaan seperti ini pernah diajukan seorang wanita kepada anggota Lembaga Fatwa Mesir Dar Ifta, Syekh Mahmud Syalabi. Dia menjelaskan, mayoritas ulama berpendapat bahwa seorang istri yang baru selesai haid tetap perlu mandi besar untuk melakukan hubungan intim. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 222:

وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىٰ يَطْهُرْنَ ۖ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

Artinya: “…….dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri.” (QS Al Baqarah ayat 222)

Syalabi menambahkan, melalui video yang diterbitkan Dar Al Ifta Mesir di saluran YouTube-nya, beberapa ahli hukum meyakini bahwa dalam kasus semacam ini jika menstruasi berhenti lebih awal dari waktunya, maka perlu mandi, dan jika menstruasi berhenti setelah mencapai waktunya, maka tidak perlu mandi terlebih dahulu untuk melakukan senggama.

Kendati demikian, dia juga menjelaskan bahwa dalam hal ini kita harus memperhatikan pendapat mayoritas, bahwa mandi harus dilakukan begitu selesai menstruasi dan sebelum berhubungan intim.

Sebelumnya, ada juga pertanyaan dari seorang perempuan yang mengira bahwa telah suci dari menstruasi. Namun, setelah berhubungan intim ternyata dia menyadari bahwa ternyata ia belum suci. Lalu bagaimana hukumnya terkait masalah ini?

Dalam menjelaskan hukum Syariah tentang masalah itu, Dar Al Ifta Mesir berkata, “Seharusnya wanita dan suaminya meminta ampun dan taubat karena dia melakukan hubungan intim dengannya saat dia masih menstruasi.”  

Menurut lembaga fatwa Mesir tersebut, suami dan istrinya harus membayar denda atau kafarat, karena itu adalah salah satu ketetapan hukum yang ditetapkan dalam fikih dan syariah, bahwa hubungan seksual dengan istri yang sedang menstruasi itu tidak diperbolehkan.

Madzhab Syafii berpendapat bahwa sepasang suami istri yang melakukannya dikenai denda masing-masing satu dinar jika hubungan itu dilakukan pada masa awal haid, atau seperlima dinar jika dilakukan pada pertengahan-akhir haid.

Pendapat di atas didukung ulama dari Madzhab Hanafi. Tetapi, mazhab Hanafi berpendapat bahwa denda tersebut hanya diwajibkan atas suami dan tidak kepada istri.Karena larangan itu ditujukan pada suami. Pendapat-pendapat di atas berdasarkan pada hadits berikut: 

عنِ ابنِ عبَّاسٍ رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: في الذي يأتي امرأته وهي حائض قالَ إذا أصابَها في الدَّمِ فدينارٌ وإذا أصابَها في انقطاعِ الدَّمِ فنصفُ دينارٍ

 "Seorang laki-laki menjima istrinya yang sedang haid, apabila itu dilakukan saat darah haid istrinya berwarna merah maka dikenai denda satu dinar, sedangkan jika dilakukan saat darahnya sudah berwarna kekuningan, dendanya seperlima dinar." (HR Abu Dawud). 

Sedangkan ulama dari Mazhab Hanbali mengatakan bahwa keduanya (suami-istri) dikenai denda masing-masing setengah dinar tanpa membedakan apakah itu dilakukan di awal, pertengahan, atau akhir masa haid.

Mazhab Maliki berpendapat, tidak ada denda apa pun dalam perbuatan itu, baik atas si suami atau si istri. Satu dinar setara dengan emas 4,25 gram 21 karat.

Sumber: masrawy   

Banyak wanita mengalami keluar darah setelah berhubungan seks pada satu waktu atau lainnya.

Menurut jurnal Journal of Menopausal Medicine, 63 persen wanita pascamenopause mengalami vagina kering dan vagina berdarah atau bercak saat berhubungan seks.

Selain itu, hingga 9 persen wanita yang sedang menstruasi mengalami pendarahan pascakelahiran.

Meskipun perdarahan pada vagina setelah berhubungan seks bisa menakutkan, namun hal ini cukup umum terjadi.

Ini memengaruhi hingga 9% wanita yang sedang menstruasi. Mungkin Moms tidak perlu khawatir.

Akan tetapi, hal ini bisa terjadi akibat infeksi. Dalam kasus yang jarang terjadi, bisa juga menjadi tanda kanker serviks.

Adakah penyebab keluar darah setelah berhubungan lainnya? Mari periksa penjelasan di bawah ini ya Moms.

Baca Juga: Begini Cara agar Rambut Terlihat Basah dan Hitam untuk Pria dan Wanita, Yuk Dicoba!

ADVERTISEMENT

Penyebab Keluar Darah setelah Berhubungan

Foto: Orami Photo Stock

keluar darah setelah berhubungan seperti haid secara medis dikenal sebagai perdarahan postcoital. Itu terjadi pada wanita dengan segala usia.

Pada wanita muda yang belum menopause, sumber perdarahan biasanya berasal dari serviks.

Pada wanita yang sudah mengalami menopause, sumber perdarahan lebih bervariasi. Bisa dari:

  • serviks
  • rahim
  • labia
  • uretra

Dari segi penyebab, kanker serviks merupakan perhatian terbesar. Ini terutama berlaku untuk wanita pascamenopause.

Namun, perdarahan postcoital lebih mungkin disebabkan oleh kondisi umum.

Beberapa kondisi tersebut seperti dijelaskan di bawah ini.

1. Infeksi

Beberapa infeksi dapat menyebabkan radang jaringan di vagina, yang dapat menyebabkan keluar darah setelah berhubungan, termasuk:

  • penyakit radang panggul
  • penyakit menular seksual (PMS)
  • servisitis
  • vaginitis

2. Sindrom Menopause Henitourinari (Genitourinary Syndrome of Menopause)

Sindrom keluar darah setelah berhubungan seperti haid ini dikenal sebagai atrofi vagina.

Kondisi ini umum terjadi pada wanita perimenopause dan menopause.

Seiring bertambahnya usia, terutama saat periode menstruasi kita berhenti, tubuh akan memproduksi lebih sedikit estrogen.

Hormon estrogen adalah hormon wanita yang bertanggung jawab untuk mengatur sistem reproduksi.

Ketika kadar estrogen Moms lebih rendah, beberapa hal terjadi pada vagina.

Tubuh Moms menghasilkan lebih sedikit lubrikasi vagina, sehingga vagina bisa menjadi kering dan meradang.

ADVERTISEMENT

Kadar estrogen yang lebih rendah juga mengurangi elastisitas vagina kita.

Jaringan vagina menjadi lebih tipis dan menyusut.

Hal ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan, nyeri, dan pendarahan saat berhubungan seks.

3. Kekeringan pada Vagina

Kekeringan pada vagina bisa menyebabkan keluar darah setelah berhubungan. Selain GSM, vagina kering bisa disebabkan oleh banyak faktor lain, seperti:

  • Menyusui.
  • Persalinan.
  • Mengangkat ovarium.
  • Obat-obatan tertentu, termasuk obat flu, obat asma, beberapa antidepresan, dan obat anti-estrogen.
  • Kemoterapi dan terapi radiasi.
  • Melakukan hubungan sebelum kita benar-benar terangsang.
  • Bahan kimia dalam produk kebersihan wanita, deterjen pakaian, dan kolam renang
  • Sindrom Sjögren, penyakit radang pada sistem kekebalan yang mengurangi kelembapan yang dihasilkan oleh kelenjar di tubuh.

4. Adanya Polip

Penyebab keluar darah setelah berhubungan selanjutnya adalah polip.

Polip adalah pertumbuhan non-kanker. Kadang-kadang ditemukan di leher rahim atau di lapisan endometrium rahim.

Polip menjuntai seperti liontin bundar di rantai. Gerakan polip dapat mengiritasi jaringan di sekitarnya dan menyebabkan perdarahan dari pembuluh darah kecil.

Baca Juga: Sudah Tahu Peran Bidan dalam Persalinan? Simak Penjelasannya Berikut Ini!

5. Robeknya Vagina

Seks, terutama seks yang kuat, dapat menyebabkan luka kecil atau lecet pada vagina.

Ini lebih mungkin terjadi jika Moms mengalami kekeringan pada vagina karena menopause, menyusui, atau faktor lainnya sehingga menyebabkan keluar darah setelah berhubungan.

6. Kanker

Perdarahan vagina yang tidak teratur, termasuk setelah berhubungan keluar darah seperti haid, adalah gejala umum kanker serviks atau vagina.

Faktanya, itu adalah gejala yang pertama kali dialami oleh 11 persen wanita yang didiagnosis dengan kanker serviks. Pendarahan pascamenopause juga bisa menjadi gejala kanker rahim.

7. Ektropion Serviks

Ektropion serviks adalah suatu kondisi di mana sel kelenjar dari dalam serviks menonjol ke luar.

Meski dapat menjadi penyebab keluar darah setelah berhubungan seks, umumnya kondisi ini dapat hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan.

Namun, jika sudah muncul keluhan yang mengganggu, seperti keputihan yang berbau atau perdarahan dari vagina, sebaiknya periksakan diri ke dokter.

Baca Juga: Tanpa Operasi, Ini 10 Cara Mengobati Amandel pada Anak di Rumah

8. Radang Serviks

Penyebab keluar darah setelah berhubungan seks yang umum terjadi adalah kondisi radang serviks atau servisitis.

Kondisi ini dapat muncul apabila darah yang keluar berasal dari leher rahim.

Radang serviks atau servisitis umumnya bukan kondisi setelah berhubungan keluar darah seperti haid yang berpotensi membahayakan.

9. Atrofi Vagina

Melansir StatPearls Journal, atrofi vagina adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan peradangan, kering, dan penipisan dinding vagina.

Keadaan ini dapat menimbulkan masalah pada vagina atau saluran kemih.

Pada tahap awal, atrofi vagina umumnya tidak menimbulkan gejala apa pun atau hanya gejala ringan, seperti vagina yang kurang basah saat bercinta.

Namun, lambat laun kondisi ini bisa menimbulkan gejala yang lebih parah, misalnya iritasi vagina berulang.

Hal ini bisa membuat vagina terasa sakit saat berhubungan seksual.

10. Penyebab Lainnya

Menstruasi setelah berhubungan seks juga bisa menjadi faktor penyebab keluar darah setelah berhubungan seks.

Namun penyebab lainnya selain beberapa faktor penyebab di atas, adalah sebagai berikut:

  • Kurangnya cairan lubrikasi.
  • Luka genital akibat infeksi menular seksual, seperti herpes atau sifilis.
  • Cedera pada lapisan rahim.
  • Vaginitis. Peradangan pada vagina bisa disebabkan oleh infeksi.

Untuk memastikan penyebab keluar darah setelah berhubungan, sebaiknya Moms memeriksakan diri ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan.

Mengenai nyeri atau tidaknya sangat tergantung dari beratnya kondisi gangguan tersebut.

Bila ringan maka umumnya nyeri tidak terlalu begitu dirasakan. Oleh sebab itu sebaiknya tetap periksakan diri ke dokter untuk memastikan penyebab keluhan tersebut.

Baca Juga: 7 Penyebab Kedutan Lengan Kanan Menurut Medis, Bisa Jadi Tanda Distonia, Lho!

Faktor Risiko Keluar Darah setelah Berhubungan

Foto: Orami Photo Stock

Moms mungkin memiliki peluang lebih tinggi untuk mengalami perdarahan setelah berhubungan seks jika Moms memiliki kondisi berikut:

  • Menderita kanker serviks, vagina, atau rahim.
  • Sedang mengalami menopause atau perimenopause (transisi ke menopause).
  • Punya bayi belum lama ini atau sedang menyusui.
  • Tidak sepenuhnya terangsang sebelum penetrasi vagina.
  • Gunakan banyak produk douche.
  • Memiliki serviks yang terinfeksi.
  • Memiliki penyakit menular seksual atau infeksi menular seksual.

Baca Juga: Bisa untuk Single Parent, Intip Cara Membuat Akta Kelahiran Online dan Offline

Jika Moms mengalami perdarahan kecil sesekali, kemungkinan besar semuanya tidak perlu dikhawatirkan dan baik-baik saja.

Tetapi satu-satunya cara untuk mengetahui dengan pasti adalah menemui dokter untuk melakukan pemeriksaan fisik.

Jika perdarahan terjadi tepat sebelum Moms mendapatkan jadwal menstruasi atau dalam beberapa hari setelah itu berakhir dan tidak terjadi lagi, Moms dapat menunda untuk membuat janji temu dengan dokter.

Moms juga bisa menunda jika baru saja menjalani pemeriksaan panggul dan pap smear dan mendapat laporan kesehatan yang bersih.

Dalam semua kasus lain atau jika Moms hanya khawatir, yang terbaik adalah memeriksakan diri untuk menyingkirkan infeksi atau hal yang lebih serius.

Perawatan Keluar Darah setelah Berhubungan

Foto: Orami Photo Stock

Karena tidak ada penyebab jelas perdarahan setelah berhubungan seks, tidak ada pengobatan tunggal.

Namun beberapa hal yang bisa Moms lakukan untuk mengobatinya adalah:

  • Mengoleskan pelumas dan pelembap vagina.
  • Obat untuk infeksi menular seksual.
  • Terapi estrogen.
  • Pengobatan kanker serviks (pembedahan, kemoterapi, atau radiasi).
  • Penghapusan polip.

Sebuah studi menemukan bahwa, lebih dari setengah wanita yang mengalami perdarahan setelah berhubungan seks melaporkan bahwa perdarahan itu akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 2 tahun.

Kapan Waktu yang Tepat Periksa ke Dokter?

Foto: Orami Photo Stock

Gejala yang mungkin Moms alami bersamaan dengan perdarahan postcoital bervariasi tergantung penyebabnya.

Jika Moms belum menopause, tidak memiliki faktor risiko lain, dan hanya bercak kecil atau perdarahan yang hilang dengan cepat, Moms mungkin tidak perlu ke dokter.

Jika Moms mengalami pendarahan vagina setelah menopause, segera temui dokter ya.

Moms juga harus berkonsultasi dengan dokter jika mengalami salah satu gejala berikut, yaitu:

  • vagina gatal atau terasa sakit seperti terbakar
  • sensasi menyengat atau terbakar saat buang air kecil
  • hubungan seks yang terasa menyakitkan
  • mengalami perdarahan hebat setelah berhubungan seks
  • sakit perut yang parah
  • nyeri punggung bawah
  • mual atau muntah
  • keputihan yang tidak biasa

Moms dapat mengunjungi dokter perawatan primer atau ginekolog untuk perdarahan postcoital.

Dokter akan menanyakan pertanyaan tentang gejala yang kita rasakan, seperti berapa lama dan seberapa berat kita mengalami perdarahan.

Dokter mungkin juga bertanya tentang warna darah yang keluar.

Karena gejala ini terjadi berhubungan dengan aktivitas seksual, dokter mungkin juga bertanya tentang riwayat seksual kita.

Misalnya, mereka mungkin bertanya apakah Moms menggunakan kondom secara teratur atau apakah Moms memiliki lebih dari satu pasangan seksual.

Bergantung pada gejala dan riwayat seksual kita, dokter dapat merekomendasikan pemeriksaan fisik.

Memeriksa area tersebut dapat membantu dokter menemukan penyebab keluar darah setelah berhubungan seks.

Perdarahan pascakoitus mungkin berasal dari dinding vagina, serviks, uretra, atau vulva.

Baca Juga: Ketahui Jumlah Kebutuhan Air Per Hari, Jangan Sampai Salah!

Mencegah Vagina Setelah Berhubungan Keluar Darah seperti Haid

Foto: Healthline.com

Moms dapat melakukan beberapa perubahan gaya hidup untuk menurunkan risiko keluar darah setelah berhubungan seks dengan melakuka beberapa hal berikut ini:

  • Gunakan pelumas sebelum dan saat berhubungan kita seks.
  • Tunggulah sedikit lebih lama setelah haid Moms berakhir untuk mulai berhubungan seks lagi dengan Dads.
  • Minta dokter untuk mengangkat polip serviks atau mengobati infeksi serviks jika ditemukan.
  • Lakukan lebih banyak pemanasan sebelum penetrasi.
  • Cobalah seks yang tidak terlalu agresif.
  • Minum banyak air putih.
  • Bila menggunakan alat kontrasepsi IUD, periksakan ke dokter kandungan untuk mengetahui posisi alat kontrasepsi tersebut.

Itu dia Moms penyebab, cara mengobati, dan cara mencegah keluar darah setelah berhubungan seperti haid. Semoga semuanya baik-baik saja ya, Moms!

Sumber

  • //www.healthline.com/health/womens-health/bleeding-after-sex
  • //www.webmd.com/women/bleeding-after-sex#1
  • //www.medicalnewstoday.com/articles/321032#takeaway
  • //www.health.com/condition/sexual-health/bleeding-after-sex
  • //www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4561742/
  • //www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559297/

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA