Tokoh-tokoh teladan yang menjunjung sikap jujur dan adil serta Resiko yang harus dihadapinya

Jakarta -

Sahabat nabi yang memiliki sifat jujur dan adil adalah Abu Bakar Ash Shiddiq RA. Gelar Shiddiq yang disematkan pada namanya menjadi bukti kejujuran beliau semasa hidupnya.

Abu Bakar diberi gelar Ash Shiddiq yang bermakna jujur dan benar tersebut karena selalu mengakui dan membenarkan kenabian Rasulullah SAW dengan segala kejujuran di hati. Sebab itu pula, Ash Shiddiq juga diartikan sebagai seorang yang jujur dalam hati dan lisannya.

Mengutip buku Abu Bakar ash-Shiddiq RA yang ditulis oleh Abdul Syukur al-Azizi, gelar tersebut erat kaitannya dengan perjalanan malam Isra Mi'raj yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Perawi Hakim meriwayatkan kisah dari istri Rasulullah SAW, Aisyah RA, dalam kitab Al Mustadrak mengenai awal mula pemberian gelar kepada Abu Bakar tersebut.

Dikisahkan, saat itu, Rasulullah SAW telah melakukan perjalanan Isra ke Masjid Al Aqsa. Hingga pada pagi harinya, beliau menceritakan hal tersebut pada pengikut dan para penduduk Mekah.

Sayangnya, sebagian dari mereka yang diceritakan kisah Isra Mi'raj oleh Rasulullah SAW lebih memilih murtad dan berpaling untuk tidak mempercayai beliau. Bahkan, tidak sedikit kaum Quraisy yang justru memperoloknya.

Seperti diketahui, Isra Mi'raj sendiri merupakan perjalanan Rasulullah SAW dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina, sekaligus dari Masjidil Aqsa ke langit ke tujuh Sidratul Muntaha dalam satu malam. Mereka menuding tidak mungkin dapat dilakukan dalam waktu sesingkat itu.

Hingga kemudian, orang-orang tersebut menemui Abu Bakar. Mereka bertanya, "Apa pendapatmu tentang sahabatmu yang mengaku telah di-isra'-kan tadi malam ke Baitul Maqdis?"

Lalu, Abu Bakar RA kembali bertanya, "Apakah beliau benar mengucapkannya?"

"Ya, benar," jawab mereka.

Abu Bakar justru berkata pada orang-orang tersebut, "Bila beliau memang mengucapkannya, itu berarti beliau berkata benar,"

Merasa tidak puas, orang-orang itu pun kembali bertanya pada Abu Bakar, "Apakah kamu percaya bahwa ia mampu pergi ke Baitul Maqdis pada malam hari dan sebelum datang waktu subuh, ia telah kembali?"

Kemudian, Abu Bakar RA menjawab lagi, "Ya, benar. Bahkan, aku juga mempercayainya dalam hal yang lebih mustahil daripada itu. Aku senantiasa mempercayainya berkaitan dengan berita langit yang datang setiap pagi dan sore,"

Sejak saat itulah, sahabat nabi kelahiran Mekah ini mendapat gelar Ash Shiddiq. Hadits lainnya yang diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, Ibnu Abbas RA, dan Ummu Hanni RA juga menceritakan hal serupa tentang asal usul gelar Abu Bakar Ash Shiddiq.

Di samping kejujurannya dalam membenarkan kenabian Rasulullah SAW, Abu Bakar juga dikenal sebagai sahabat nabi yang adil. Dikisahkan dalam Sirah Sahabat oleh Syaikh Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi, Abu Bakar mengabarkan orang-orang untuk membagikan unta hasil sedekah. Beliau juga melarang seorang pun untuk masuk ke kandang unta sebelum diizinkan.

Namun, ada seorang lelaki yang melanggar aturan tersebut hingga Abu Bakar pun memukulnya sebagai hukuman. Usai pembagian unta sedekah selesai, Abu Bakar pun menghampiri lelaki tadi dan menyerahkan tali kekang padanya, "Balaslah!"

Umar bin Khattab yang melihat itu pun melarang hal itu karena dikhawatirkan menjadi kebiasaan. Hal itu pun lantas membuat Abu Bakar bertanya, "Lalu, siapa yang berani menanggung dosaku di hadapan Allah pada hari kiamat?"

Umar pun berkata pada lelaki tadi meminta dirinya untuk meridhai hukuman Abu Bakar padanya sebelumnya. Hingga akhirnya, Abu Bakar justru memberikan hewan tunggangan, permadani, dan lima dinar kepada lelaki tersebut.

Dua kisah di atas menjadi bukti bahwa Abu Bakar Ash Shiddiq benar-benar menjalani hidup sebagai seorang yang jujur dan adil. Dengan kisah ini, semoga kita semua dapat meneladani hal-hal baik yang dicontohkan oleh sahabat nabi tersebut ya, detikers.

Simak Video "Momen Abu Bakar Ba'asyir Mengakui Pancasila Dasar Negara"



(rah/erd)

Liputan6.com, Jakarta - Hari ini, Sabtu 9 Desember 2017, adalah peringatan Hari Antikorupsi Sedunia. Indonesia masih menghadapi tantangan panjang dalam perjuangan memberatas korupsi. Berbagai kasus terus bermunculan, meski penegakan hukum terhadap koruptor juga semakin digalakkan.

Didirikannya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sejak 2003 telah membuka banyak skandal korupsi yang melibatkan para pejabat tinggi negara. Yang masih hangat, kasus megakorupsi e-KTP yang menjerat Ketua DPR Setya Novanto serta para pejabat tinggi lainnya.

Padahal, perihal antikorupsi, Indonesia pernah memiliki tokoh-tokoh yang patut menjadi teladan hingga kini. Mereka adalah sosok yang secara tegas menolak praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme. Mulai dari menolak amplop berisi uang hingga enggan menerima parcel di hari raya.

Liputan6.com merangkum kisah beberapa tokoh Indonesia yang memiliki prinsip kejujuran dan memegang teguh amanat rakyat sebagai seorang pejabat publik.

Berikut tiga tokoh Indonesia yang dikenal sangat antikorupsi.

1. Mohammad Hatta

Nama Mohammad Hatta sudah tak asing lagi bagi bangsa Indonesia. Ia adalah salah satu pahlawan proklamasi bersama Sukarno. Selain berjasa besar bagi kemerdekaan Indonesia, Bung Hatta, sapaan akrabnya, juga memiliki rekam jejak sebagai seorang sosok yang sangat anti terhadap korupsi.

Salah satu kisahnya ada pada 1970, ketika Bung Hatta dan rombongan mengunjungi Tanah Merah, Irian Jaya, tempat ia sempat dibuang oleh kolonial Belanda. Di Irian Jaya, Bung Hatta disodori amplop berisi uang. Uang tersebut sebenarnya bagian dari biaya perjalanan Bung Hatta yang ditanggung pemerintah.

Namun, Bung Hatta menolaknya. "Uang apa lagi...? Bukankah semua ongkos perjalanan saya sudah ditanggung pemerintah? Dapat mengunjungi daerah Irian ini saja saya sudah bersyukur. Saya benar-benar tidak mengerti uang apa lagi ini?" kata Bung Hatta.

Bung Hatta juga mengatakan bahwa uang pemerintah pun sebenarnya adalah uang rakyat. "Tidak, itu uang rakyat, saya tidak mau terima.. Kembalikan," tegas Bung Hatta seperti dikutip dari buku berjudul Mengenang Bung Hatta (2002).

Ketegasan Bung Hatta perihal korupsi juga tecermin pada hal yang sederhana. Pada suatu ketika, Hatta menegur sekretarisnya karena menggunakan tiga lembar kertas kantor Sekretariat Wakil Presiden untuk mengirim surat pribadi. Menurut Hatta, kertas itu adalah aset negara yang merupakan uang rakyat. Hatta pun mengganti kertas tersebut dengan uang pribadinya. (Andri Setiawan)

Tokoh-tokoh teladan yang menjunjung sikap jujur dan adil serta Resiko yang harus dihadapinya

Abraham Lincoln – Presiden Amerika ke-16 (willa widiana)

Selain Mohammad Hatta, George Washington, dan Mahatma Gandhi masih ada beberapa tokoh terkenal yang punya kisah kejujuran. Mereka adalah:

Abraham Lincoln – Presiden Amerika ke-16

Abraham Lincoln lahir di Hodgenville, Kentucky pada 15 April 1865. Kisah kejujurannya terjadi saat ia masih muda.

Saat itu Abe (panggilan Abraham) bekerja sebagai kasir di sebuah toko kecil. Setelah toko tutup, Abe selalu menghitung uang kas di toko itu. Suatu hari, Abe menemukan uang lebih di dalam kas tersebut. Abe yakin, bahwa ia keliru memberikan kembalian kepada salah satu pembeli.

Akhirnya, ia pun mengingat-ingat pembeli yang telah ia rugikan. Di malam itu juga, Abe berjalan kaki mencari rumah pembeli itu dan memberikan kembalian yang kurang. O ya, Abe juga punya kisah kejujuran yang lain.

Suatu hari, harga teh sangat mahal. Lalu, Abe menemukan bahwa timbangan yang ada di tokonya tidak benar. Artinya, hari itu, Abe menimbang teh lebih sedikit. Di hari yang sama, Abe menimbang kekurangan teh yang seharusnya diterima pelanggan dan mengantarkannya.

Syafruddin Prawiranegara – Menteri Keuangan RI Pertama

Pak Syarifuddin lahir pada 28 februari 1911, di Serang, Banten. Beliau adalah Menteri Keuangan RI yang pertama. Kisah kejujurannya terjadi ketika ia memiliki anak ke-3.

Bu Syarifuddin melahirkan anak ke-3. Tapi, ia tidak punya uang untuk membeli popok dan gurita bayi, karena harga kain dan baju sangat mahal. Agar bisa membeli popok dan gurita bayi, Bu Syarifuddin pun memutuskan untuk berjualan sukun goreng.

Tapi, anak Pak Syarifuddin merasa malu dan meminta Sang Ayah untuk memakai uang negara atau meminjam uang kepada temannya. Lalu, apa yang dikatakan Pak Syarifuddin?

Berjualan sukun goreng bukanlah perbuatan yang memalukan. Perbuatan yang memalukan adalah mengambil uang negara atau uang orang lain. O ya, beliau juga mengatakan, bahwa jika tidak penting sekali, sebaiknya tidak meminjam uang.

Nelson Mandela – Presiden Afrika Selatan di Tahun 1994


Page 2

Tokoh-tokoh teladan yang menjunjung sikap jujur dan adil serta Resiko yang harus dihadapinya

Abraham Lincoln – Presiden Amerika ke-16 (willa widiana)

Nelson Mandela lahir pada 18 Juli 1918, di Mvezo, Transkei, Afrika Selatan. Pada tahun 1993, beliau menerima Nobel Perdamaian. Kisah kejujurannya terjadi, saat ia dicalonkan menjadi anggota Perwakilan Mahasiswa.

Ketika ayahnya meninggal, ia ikut bersama Sang Paman. Karena kecerdasannya, Mandela pun disekolahkan oleh pamannya.

Saat kuliah, ia dicalonkan menjadi anggota Perwakilan Mahasiswa. Tapi, panitia pemilihan memasukan mahasiswa yang tidak memilih sebagai pemilih. Akhirnya, Mandela pun mengusulkan pemilihan ulang. Tapi, para panitia menolak hal itu dan meminta Mandela tetap menerima jabatan itu.

Karena pemilihan ulang tidak dilakukan, Mandela pun menolak jabatan itu. Baginya, seorang pemimpin itu harus benar pikirannya, hatinya, ucapannya, dan tindakannya.

Kotak Fakta:

Mandela adalah anak dari suku Xhosa di Afrika Selatan. Belajar, kehormatan, dan kebaikan adalah hal penting bagi Suku Xhosa.

Pada zaman kemerdekaan, gaji menteri sangat kecil. Kenapa? Karena pada saat itu, negara tidak punya banyak uang.

Karena kejujurannya, para penduduk desa menjuluki Abe sebagai Abe yang jujur.