Tokoh Alkitab yang gagal mendidik anaknya brainly

Depresi adalah kondisi yang umum, yang mempengaruhi jutaan orang, baik orang Kristen maupun non-Kristen. Orang-orang yang menderita depresi biasanya mengalami perasaan sedih, marah, putus asa, kelelahan yang sangat dalam, dan juga berbagai gejala lainnya. Mereka biasanya merasa tidak berguna dan ingin bunuh diri, kehilangan minat dalam berbagai hal dan menghindari orang-orang yang sebelumnya dekat dengan mereka.

Show

Depresi sering dipicu oleh kejadian-kejadian seperti kehilangan pekerjaan, kematian orang yang dikasihi, perceraian, masalah psikologis seperti perlakuan kasar atau rendahnya harga diri dan lain sebagainnya. Walaupun di Alkitab kata depresi tidak bisa kita temukan, tapi kita bisa menemukan beberapa sosok yang tampak berada dalam posisi depresi dalam hidupnya.

Mari belajar menghadapi depresi dari 3 sosok ini:

1. Daud

Kita tahu kalau Daud adalah salah satu tokoh besar Alkitab yang mengalami depresi yang cukup besar. Dia mengalami masa yang sangat sulit dalam hidupnya. Dia melarikan diri dari Raja Saul karena ancaman bahwa dirinya akan dibunuh.

Di sebagian besar bagian kitab Mazmur, kita bisa baca keluhan-keluhan dan keadaan Daud yang sangat putus asa. Dia memakai kata-kata seperti kewalahan, beban berat, tertunduk, terganggu, masalah dan kematian. Kata-kata menggambarkan bahwa keadaannya tampak sangat mengerikan.

Tapi di beberapa bagian, Daud tetap mengingat bahwa Tuhan itu adalah sumber harapan. Dari Daud kita belajar bahwa bagaimana kita perlu mengingatkan diri kita akan janji-janji Tuhan saat dalam keadaan depresi. Walaupun kita merasa keadaan tidak akan jauh lebih baik, kita bisa meningat bagaimana Tuhan datang di masa lalu dan tidak akan pernah mengecewakan kita.

2. Ayub

Hanya dalam sehari, Ayub kehilangan semua kepunyaannya mulai dari keluarga, harta benda dan kesehatannya. Sekujur tubuhnya dipenuhi dengan bisul bernanah, dia hanya punya istri dan teman-temannya. Tapi sayangnya, orang-orang terdekatnya sendiri gak sudi dekat dengan dia.

Dalam kondisi yang merasa terbuang, dia tetap menaruh harapan di dalam Tuhan. Imannya gak pernah goyah. Walaupun dalam beberapa perikop kita melihat dia mengungkapkan seluruh keluh kesahnya ke Tuhan, tapi pada akhirnya dia memilih untuk berserah.

Dari Ayub kita belajar bahwa gak semua saran yang kita terima dari orang lain itu selalu jadi yang terbaik buat kita. Kita harus selalu mengoreksinya sesuai dengan Alkitab. Kedua, kita juga belajar untuk mengasihi dan memuji Tuhan dalam kondisi apapun itu. Mudah buat kita untuk memuji Tuhan saat keadaan kita baik-baik saja. Tapi begitu keadaan buruk terjadi, kita malah mengutuki Tuhan.
Dari Ayub kita belajar untuk tidak bergantung pada keadaan. Tapi memilih untuk percaya
pada rencana Tuhan.

3. Ruth

Rut adalah salah satu sosok yang mengalami depresi atau putus asa. Masa sulit yang dialami Rut dimulai sejak kematian suaminya (Rut 1: 5). Sejak itu dia mengalami kesulitan secara ekonomi. Setelah itu, dia harus mendengar ibu mertuanya memutuskan untuk meninggalkan Moab dan kembali ke tanah kelahirannya. Tanpa suami dan harus meningalkan tanah kelahirannya dengan seorang wanita tua. Bayangkan betapa berat beban yang dipikul oleh Rut saat itu.

Rut menghadapi keadaan yang sangat menakutkan. Di negeri asing tanpa suami, dia tak bisa melakukan apa-apa selain menangis dan meratap. Sayangnya, dia memutuskan untuk melayani ibu mertuanya. Pada akhirnya, Tuhan hadir dan memberikati dia. Dia bahkan bertemu dengan suami keduanya dan mereka hidup sangat bahagia.

Saat dalam keadaan sulit, Rut tidak langsung melihat Tuhan akan menyediakan hal yang baik baginya. Tapi justru dengan menghadapi dan melewati masa itu dengan setia, dia mendapati hal yang tak terduga di depan.

Kita harus secara sadar memandang hidup ini tidak hanya terpaku kepada diri sendiri, namun harus mulai melihat keluar. Perasaan depresi seringkali bisa hilang, ketika seseorang mulai mengalihkan fokus dari dirinya sendiri dan memusatkan perhatian pada Kristus dan orang lain.

Alkitab menyatakan bahwa Allah tidak pernah mengijinkan datangnya pencobaan yang melebihi kemampuan kita untuk menanggungnya (1 Korintus 10:13). Sekalipun depresi itu bukanlah dosa, kita harus bertanggung jawab dalam memberi respon terhadap kesulitan kita, termasuk mencari pertolongan yang dibutuhkan.

Ingatlah bahwa keadaan yang seolah membuatmu depresi ini terjadi untuk mendorong iman kita terus naik. Bukan sebaliknya memilih menyerah dan mengambil keputusan yang bertolak belakang dari firman Tuhan.

“Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya” (Ibrani 13:15).

Tags: alkitab depresi mengatasi putus asa sedih tokoh

Ada begitu banyak perintah yang Tuhan berikan di dalam Alkitab. Perintah tersebut bukan hanya sekedar aturan belaka, tetapi kita diharapkan melakukannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Setiap perintah yang ada menjadi bagian dari pertanggungjawaban kita atas hidup yang telah Allah berikan kepada kita. Salah satu perintah yang sudah kita kenal adalah Hukum Taurat. Kita tidak hanya sekedar tahu keberadaan Hukum Taurat, kebanyakan dari kita bahkan hapal mati isi sepuluh Hukum Taurat karena ajaran sejak sekolah minggu. Namun, kita tidak bisa hanya sekedar hapal. Kita perlu benar-benar mengerti apa yang Allah minta kita lakukan melalui tujuan Hukum Taurat tersebut.

Salah satu perintah dalam Hukum Taurat adalah untuk menghormati orang tua. Perintah ini dijelaskan berkali-kali, tidak hanya pada Hukum Taurat. Ketika kita menghormati orang tua, kita mendapatkan berkat berlimpah. Allah tidak hanya sekedar memberikan perintah. Ia juga memberikan teladan melalui berbagai tokoh Alkitab yang kisahnya diceritakan di Alkitab. Berikut beberapa tokoh Alkitab yang menghormati orang tua.

Kejadian 37:13 Lalu Israel berkata kepada Yusuf: “Bukankah saudara-saudaramu menggembalakan kambing domba dekat Sikhem? Marilah engkau kusuruh kepada mereka.” Sahut Yusuf: “Ya bapa.”

Yusuf dikenal sebagai seorang pemimpin yang baik. Nyatanya, Yusuf ternyata merupakan seorang tokoh Alkitab yang menghormati orang tua. Dengan karakter pemimpin yang ia miliki, ia tidak merasa lebih dominan dibandingkan orang tuanya, yaitu Israel. Suatu hari Israel meminta Yusuf untuk menyusul saudara-saudaranya yang sedang menggembalakan kambing domba. Yusuf taat kepada perintah Israel dan melakukannya. Selanjutnya kita lihat bahwa Yusuf kemudian mendapat percobaan pembunuhan dari saudara-saudaranya, lalu dijual dan lain sebagainya. Jika kita menjalani kehidupan Yusuf dalam Alkitab saat itu, mungkin kita akan merasa menyesal sudah menaati perintah orang tua kita. Namun, rasa hormat Yusuf kepada Israel ternyata menjadi titik awal baginya untuk menjadi seorang pemimpin yang disegani.

Kejadian 48:12 Lalu Yusuf menarik mereka dari antara lutut ayahnya, dan ia sujud dengan mukanya sampai ke tanah.

Ketika Yusuf sudah menjadi orang nomor dua di Mesir, menjadi pemimpin yang disegani, ia tetap menjadi tokoh Alkitab yang menghormati orang tua. Ia sudah mengalami begitu banyak kekecewaan yang diberikan oleh keluarganya. Yusuf sudah begitu lama tidak bertemu dengan Israel. Selain itu, Yusuf juga sudah memiliki kekuasaannya sendiri. Namun, ketika ia bertemu kembali dengan Israel, ia tetap sujud menghormati Israel.

Kejadian 22:6 Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.

Tentu kita sudah sering mendengar kisah tentang Abraham dan Ishak ini. Allah menguji iman Abraham dengan memintanya mengurbankan Ishak, anak yang ia kasihi. Setiap mendengar kisah ini, kita akan memuji dan terpukau dengan iman yang ditampilkan oleh Abraham. Tentu hal itu tepat, tidaklah salah. Namun, ada satu hal lagi yang dapat kita pelajari, yaitu ketaatan Ishak kepada Abraham. Abraham berkata ingin memberikan kurban persembahan bersama dengan Ishak, tetapi tidak membawa hewan apapun. Ishak pun sempat merasa heran dan menanyakan kejanggalan ini. Abraham hanya mengatakan bahwa Allah yang akan menyediakan. Jawaban ini bukanlah jawaban yang memuaskan. Jika kita berada di posisi Ishak saat itu, tentu ada sangat banyak hal yang tidak dapat kita mengerti. Ketika kita tidak mengerti apapun, kita bisa saja memilih untuk menolak ajakan Abraham. Namun, Ishak lebih memilih menjadi seorang tokoh Alkitab yang menghormati orang tua. Tanpa ketaatan Ishak ini, Abraham akan kesulitan menunjukkan imannya kepada Allah.

1 Samuel 2:18 Adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan TUHAN; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan.

Salah satu tokoh Alkitab yang menghormati orang tua sepanjang hidupnya adalah Samuel. Kita tahu bagaimana perjuangan Hana, ibu Samuel, berdoa meminta kehadiran Samuel dalam hidupnya. Hana kemudian berjanji kepada Allah untuk memberikan anaknya menjadi hamba Allah. Ketika Samuel lahir, tentu Samuel memiliki pilihan untuk tidak melakukan hal tersebut.

Namun, Alkitab tidak ada memberikan kesaksian penolakan Samuel. Sedari kecil, Samuel hormat dan taat pada permintaan Hana untuk menjadi hamba Allah. Berkat keteladanan Samuel itu, ia kemudian menjadi seorang nabi yang disegani oleh bangsa Israel. Hidupnya pun menjadi kesaksian yang memberkati bahkan hingga saat ini.

1 Samuel 16:19 Kemudian Saul mengirim suruhan kepada Isai dengan pesan: “Suruhlah kepadaku anakmu Daud, yang ada pada kambing domba itu.”

Kita tentu tahu kisah tentang karakter Daud. Daud dikenal sebagai raja yang hebat, mampu mengalahkan Goliat meski terdapat perbedaan besar badan yang begitu jauh. Namun, terdapat keteladanan Daud lainnya sebagai tokoh Alkitab yang menghormati orang tua. Kita tahu bahwa setelah terdapat kekecewaan terhadap Saul, Allah menunjuk Daud menjadi raja Israel selanjutnya. Sebelum benar-benar berkuasa, Daud sudah terlebih dahulu disahkan menjadi raja. Namun, status itu tidak membuat Daud menjadi seorang yang semena-mena. Setelah disahkan pun, diceritakan bahwa Daud masih membantu ayahnya menggembalakan kambing domba.

Lukas 2:51 Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.

Tuhan Yesus merupakan anak tunggal Allah yang lahir sebagai manusia. Sedari kecil, Ia sadar akan status-Nya. Yesus mengerti bahwa Ia satu dengan Allah. Yesus tahu bahwa Ia memiliki kekuasaan. Meskipun Ia manusia, tetapi Ia tidak sama dengan manusia biasa. Namun, ternyata, hal itu tidak membuatnya bertindak seenaknya. Kitab Lukas mengatakan bahwa Yesus tetap hidup dalam asuhan Maria dan Yusuf. Pernyataan ini menjelaskan bahwa Yesus hidup taat dalam asuhan kedua orang tuanya. Ia tidak menjadi seorang yang pemberontak dan hidup sesukanya.

Itulah beberapa tokoh Alkitab yang menghormati orang tua. Kisah tokoh-tokoh ini menunjukkan bahwa rasa hormat terhadap orang tua membawa kita kepada kehidupan yang lebih baik. Ketika kita mampu bersikap hormat pada orang tua, kita terlatih untuk menjadi pemimpin yang baik. Kita juga diajarkan bahwa apapun kekuasaan yang kita miliki, setinggi apapun status kita, kita tetap harus taat pada orang tua. Kita mungkin sering tidak mengerti akan apa yang diharapkan oleh orang tua kita. Namun, kita perlu memiliki rasa percaya bahwa orang tua tentu menginginkan yang terbaik bagi kita. Tidak hanya anak, orang tua pun tetap perlu hormat baik kepada anak maupun kepada orang yang juga lebih tua seperti yang dikatakan ayat Alkitab untuk orang tua. Kiranya segala kemuliaan bagi nama Allah. Tuhan memberkati.

fbWhatsappTwitterLinkedIn