Terdapat surah apa dan ayat berapakah yang menjelaskan tentang etos kerja dalam Al Qur an *?

Abdul Aziz El-Qussy, (1974), Pokok-pokok Kesehatan Mental, ter. Zakiah Darajat, Jakarta Bulan Bintang.

Arif Budiman, (1984), Ilmu Sosial di Indonesia, Perlunya Pendekatan Struktural, Jakarta: PLP2M.

Anwar Prabu Mangkunegara, (2007), Mangemen Sumber Daya Manusia Perusahan, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Bukhari Zaini, (1991), Managemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Gliffort Greertz, (1974), The Interpretation of Culture, New York: Basic Book.

Harun Nasution, (1996), Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran, Bandung: Mizan.

Hadari Nawawi, (2001), Managemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang Kompetitif, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Imam Muhammad Abu Zahrah, (1996), Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam, Jakarta: Logos Publishing House.

Musa Asy’arie, (1997), Islam, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, Yogyakarta: Lesfi.

Max Weber, (2000), Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, ter. Yusup Priosudiarjo, Surabaya: Pustaka Promethea.

Nurcholis Madjid, (1995), Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina.

Pandji Anoraga, (1992), Psikologi Kerja, Jakarta: Rineka Cipta.

Robert N. Bellah, (2000), Beyond Beleif, Esai-esai tentang Agama di Dunia Modern, Jakarta: Paramadina.

Taufik Abdullah, (1982), Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, Jakarta: LP3ES.

Toto Tasmara, (1995), Etos Kerja Pribadi Muslim, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.

----------------, Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta: Gema Insani.

Yusuf Qordhawi, (1996), Karakteristik Islam, Surabaya: Risalah Gusti.


Page 2

Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 105.

Berapa kali kata Allah dalam Al Quran?

Kata Allah saja dalam dalam Al-Qur’an disebut 2697 kali, sedangkan kata Rabb (Rabb, Rabbi, Rabbuna, rabbukum dan Rabbuhu) sebanayak 839 kali,sedangkan kata Ilah (Ilahun, Ilahi, Ilahuna Ilahukum Alihatun, Alihati, Alihihatuna Alihatukum) ada 147 kali.

Apa saja fungsi Al Qur an bagi kehidupan manusia?

Fungsi Al-Qur’an Bagi Kehidupan Manusia:

  • Sebagai petunjuk jalan yang lurus.
  • Merupakan mukjizat bagi Nabi Muhammad SAW.
  • Menjelaskan kepribadian manusia.
  • Merupakan penyempurna bagi kitab-kitab sebelumnya.
  • Menjelaskan masalah yang pernah diperselisihkan umat sebelumnya.
  • Al-Qur’an memantapkan iman Islam.

Apa saja isi kandungan dalam Al Quran?

Berikut isi kandungan Al Quran:

  1. Akidah dan Tauhid. Isi kandungan Al Quran pertama yakni tentang akidah.
  2. Ibadah. Isi Kandungan Al Quran berikutnya yakni masalah ibadah.
  3. Akhlak. Isi kandungan Al Quran berikutnya memuat tentang akhlak.
  4. Hukum.
  5. Sejarah atau Kisah Umat Masa Lalu.
  6. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan (Sains) dan Teknologi.

Apa dalil dari etos kerja?

Ayat tentang etos kerja Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Apa dalil etos kerja?

Berikut hadits tentang etos kerja yang disadur dari buku Guru Ideal karangan Nadhif Muhammad Mumtaz. Dari Aisyah r.a., sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional”. (HR. Thabrani, No: 891, Baihaqi, No: 334).

Berapa banyak nama Allah?

Dia menyebut ada ratusan nama yang dimiliki Allah SWT dibandingkan 99 yang dikenal. Dilansir dari Elbalad, Ahad (5/9), Ali Jumah mengatakan ada 153 nama Allah SWT yang disebutkan dalam Alquran. Jumlahnya bahkan bisa bertambah jika melihat nama-nama Allah SWT yang disebutkan dari hadist-hadist Nabi, yakni 164 nama.

Siapa Allah dalam Alquran?

Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi yang nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.

Apa fungsi dari kitab-kitab Allah dalam kehidupan?

Kitab-kitab Allah memiliki kedudukan sebagai buku pedoman yang berfungsi menjadi petunjuk bagi kehidupan umat manusia. Di antara kitab suci yang diturunkan oleh Allah Swt. adalah al-Quran. Kitab ini diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.

Apa fungsi Al Quran brainly?

Jawaban: Fungsi Al-quran Bagi Umat Manusia, Petunjuk Jalan yang Benar. Al-quran adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantaa malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia.

5 Apa yang anda ketahui dari kandungan Al Quran apa saja?

Sebagai kitab yang memberi petunjuk kepada umat manusia, Al-Qur’an memiliki beberapa pokok kandungan, di antaranya adalah:

  1. Akidah. Akidah secara etimologi bermakna kepercayaan dan keyakinan.
  2. Ibadah dan muamalah.
  3. Persoalan hukum.
  4. Sejarah dan kisah-kisah umat terdahulu.
  5. Rujukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Apa saja isi kandungan yang terdapat dalam Al Quran brainly?

Apa saja isi pokok kandungan Al Quran?

  • Allah SWT menurunkan Al-Qur’an sebagai pembawa kebenaran hakiki yang berfungsi sebagai dasar penetapan hukum ynag harus dipatuhi dan dipegang oleh Nabi Muhammad SAW dan harus dipegang teguh oleh umatnya yaitu umat Muslim.
  • Akidah atau Tauhid.
  • Ibadah.
  • Akhlak.
  • Syari’at atau hukum.

Apa yang dimaksud dengan etos kerja dalam sudut pandang Alquran dan Hadis?

“Dalam Islam, etos kerja adalah semangat atau motivasi kerja yang dilandasi semangat beribadah kepada Allah SWT. Jadi kerja tidak sekedar memenuhi kebutuhan duniawi melainkan juga sebagai pengabdian kepada Allah SWT,” tulis MUI dilihat detikcom Selasa (24/8/2021).

Terdapat surah apa dan ayat berapakah yang menjelaskan tentang etos kerja dalam Al Qur an *?

Waktu yang terus berjalan menuntut kita untuk bergerak cepat. Itulah alasan pentingnya kita mampu menyiasati waktu dengan melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk kehidupan pribadi dan sosial. Salah satu caranya dengan bekerja. Bekerja hendaknya diniatkan untuk beribadah kepada Allah swt, tidak sekadar memenuhi kebutuhan ekonomi. Oleh karena itu, bekerja harus dilakukan dengan cara yang benar sehingga Allah akan membukakan pintu rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Pembahasan tentang Tafsir Ayat-ayat Al-Quran Tentang Etos Kerja lebih lanjut akan diuraikan pembahasan kali ini.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ 


Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. al-Mujadilah: 11) Asbabun nuzul ayat ini menurut para ahli tafsir adalah berkaitan dengan sikap melapangkan dalam bermajelis. Ibnu Abbas memberi penjelasan tentang sebab turunnya ayat ini. Menurutnya, turunnya ayat ini bertepatan ketika Rasulullah saw. dan para sahabat sedang berada dalam. majelis kemudian datang Sabit bin Qais. Oleh karena pendengaran. Sabit sudah agak terganggu, ia memilih masuk dalam majelis dan mendekati Rasulullah saw . Di antara para sahabat ada yang secara sukarela memberikan kesempatan, tetapi ada juga yang menolak. Ar-Razi memberikan penjelasan yang menarik tentang turunnya ayat ini. Ar-Razi menjelaskan dua hal tentang ayat ini. Pertama, jika kita disuruh berdiri untuk memberikan kesempatan kepada orang lain yang lebih patut untuk menduduki, segeralah untuk memberikannya. Kedua, jika disuruh berdiri karena memang telah lama duduk, sebaiknya memberikan kesempatan kepada orang lain agar mereka juga dapat merasakan yang sama. Berdasarkan keterangan para ahli di atas, seluruhnya menjelaskan tentang tata cara bermajelis, yaitu dengan memberikan tempat kepada orang lain. Akan tetapi, ayat ini secara luas juga mengandung pesan yang dapat dipetik tentang tata cara bekerja, sebagai sarana penting dalam menjalani hidup di dunia ini. a. Dalam Bekerja Hendaknya Membuat Perencanaan Tertentu Ketika Rasulullah sedang menyampaikan pesan-pesan hikmah di depan para sahabat tampak bahwa majelis tersebut sangat padat. Oleh karena itu, Rasulullah segera membenahi cara duduk para sahabat sehingga jika ada orang yang mau lewat atau ingin mendekati beliau karena kondisi-kondisi tertentu tidak kesulitan. Demikian juga dalam bekerja membuat perencanaan tertentu dengan matang untuk diterapkan, sangat penting. Dalam bekerja, khususnya jika dilakukan bersama orang lain, membutuhkan manajemen tertentu untuk mencapai target pekerjaan dengan sukses. Oleh karena setiap pribadi memiliki karakter, keahlian, dan potensi diri yang berlainan, perlu dibuat aturan-aturan tertentu sehingga masing-masing dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Termasuk dalam perencanaan adalah melakukan antisipasi-antisipasi tertentu terhadap sesuatu atau kondisi yang tidak umum terjadi. b. Memberikan Kesempatan kepada Orang Lain Rasulullah menyuruh para sahabat yang telah lama duduk untuk bergantian berdiri dengan memberikan kesempatan kepada sahabat. lain, yaitu Sabit bin Qais si ahli Badar. Kasus ini memberi pesan bahwa jika disuruh berdiri karena memang telah lama duduk, sebaiknya memberikan kesempatan kepada orang lain agar mereka juga dapat merasakan yang sama. Jika dikaitkan tentang etos kerja, memberi contoh dalam upaya memberikan kesempatan kepada orang lain. Telah menjadi tabiat manusia, kita cenderung mengurusi dirinya sendiri dan bersikap masa bodoh kepada orang lain. Sebagai contoh dalam bidang pekerjaan kita cenderung menutup kesempatan orang lain untuk mendapatkan kedudukan dan kesempatan kerja seperti yang kita raih. Kita merasa khawatir jika memberikan kesempatan kepada mereka, rezeki kita menjadi berkurang. Padahal, Rasulullah memerintahkan untuk bersikap lapang dan bersedia membantu kepada sesama. Rasulullah saw. pernah bersabda, Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba itu masih bersedia menolong sesama muslim. (H.R. Abu Daud dan Tirmizi). Demikianlah janji Allah, jika kita bersedia menolong orang lain, berarti kita akan mendapat pertolongan dari Allah swt. sehingga tidak perlu takut kalau rezekinya menjadi berkurang. Rezeki yang kita peroleh justru semakin barokah jika kita dapat membagikan kepada orang lain. Sebaliknya, betapa pun mendapatkan rezeki yang banyak, hati kita tetap merasa susah jika bersikap egois dengan mementingkan urusan dirinya sendiri. Termasuk sikap memberikan kesempatan kepada orang lain adalah menyiapkan regenerasi secara baik. Dalam sebuah organisasi, kepemimpinan yang baik adalah yang dapat melahirkan generasi yang berbakat. Generasi yang nantinya siap untuk meneruskan tampuk kepemimpinan. c. Mematuhi Aturan yang Berlaku

Dalam Surah al-Mujadilah ayat 11 juga ditegaskan, Dan apabila dikatakan, Berdirilah kamu, maka berdirilah,... Kita dilarang melanggar peraturan yang telah disepakati dengan alasan-alasan tertentu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Ketika para sahabat diperintah untuk menghormati para ahli Badar karena derajat keistimewaan tertentu kepada mereka, para sahabat pun patuh pada peraturan tersebut.

Dalam menjalin hubungan kerja dengan orang lain hendaknya kita mematuhi aturan yang berlaku. Melanggar aturan yang telah disepakati bersama akan merugikan orang lain dan diri sendiri. Misalnya target kerja tidak tercapai, hubungan komunikasi kurang harmonis, dan terjadi perselisihan yang tidak diinginkan. d. Bekerja dengan Berbekal Iman dan Ilmu Pada penutup ayat dijelaskan, "Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan." Dari sini dapat dipahami bahwa seseorang yang memiliki iman dan ilmu akan diangkat beberapa derajat oleh Allah. Keimanan dan kepahaman merupakan modal utama untuk dapat meraih kesuksesan di dunia dan akhirat. Dalam dunia kerja misalnya, seseorang dituntut memiliki dedikasi, menguasai skill, dan profesional. Akan tetapi, itu semua masih belum sempurna tanpa dilengkapi dengan keimanan kepada Allah yang kukuh. Keimanan inilah yang akan melahirkan optimisme, kejujuran, kedisiplinan, loyalitas, dan sifat terpuji lainnya. Oleh karena kita telah yakin bahwa Allah Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu yang kita kerjakan, kita hendaknya bekerja dengan sungguh-sungguh. Motivasi dalam bekerja juga harus didasari untuk mencari rida dari Allah swt. tidak sekadar mencari rezeki saja sehingga memiliki nilai ibadah. Berikut ini beberapa hikmah pentingnya bekerja keras sebagai berikut.
  1. Menjaga kehormatan diri karena dengan bekerja keras berarti kita terlepas dari ketergantungan pada orang lain.
  2. Bekerja merupakan sarana utama untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga.
  3. Bekerja merupakan sarana ibadah yang bernilai pahala jika dilakukan dengan ikhlas sebagai pengabdian kepada Allah.
  4. Bekerja berarti akan menciptakan karakter pribadi yang tangguh dan sabar dalam setiap keadaan.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوۡمِ ٱلۡجُمُعَةِ فَٱسۡعَوۡاْ إِلَىٰ ذِكۡرِ ٱللَّهِ وَذَرُواْ ٱلۡبَيۡعَۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ٩ فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَٱبۡتَغُواْ مِن فَضۡلِ ٱللَّهِ وَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ كَثِيرٗا لَّعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ١٠ 


(9) Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum´at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (10) Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (Q.S. Al-Jumu'ah: 9-10) Para fukaha (ahli fikih) menjadikan ayat dalam Surah al-Jumuah ini sebagai dalil tentang hukum melaksanakan salat Jumat. Salat Jumat hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim sehingga ketika seseorang sedang berjual beli, dianjurkan untuk meninggalkan sejenak dan segera menunaikan salat Jumat. Jika Surah al-Jumu'ah ayat 9-10 dikaitkan dengan tema etos kerja, penjelasannya sebagai berikut. a. Perlunya Keseimbangan antara Urusan Dunia dan Akhirat Pada saat kita menyelesaikan pekerjaan jenis apa pun yang menyangkut urusan duniawi, tetap diharuskan meninggalkannya jika mendengar panggilan azan. Perintah ini menunjukkan pentingnya menyeimbangkan urusan duniawi dan ukhrawi. Kita dibolehkan mengejar kehidupan duniawi, tetapi tidak boleh terlena sehingga lupa pada kehidupan akhirat. Hal ini karena kerja kita telah diniatkan untuk mencari rida Allah sehingga jika ada panggilan untuk ibadah kepada-Nya, tidak boleh enggan mengerjakan. Jika shalat telah dikerjakan, kita pun diperbolehkan untuk kembali melanjutkan aktivitas. Ada juga pesan yang sangat populer dari Abdullah bin Umar r.a. yang artinya: "Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya dan bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok." (H .R. Baihaqi) Bekerja dengan sungguh-sungguh dan profesional dalam ajaran Islam sangat diutamakan. Demikian juga khusyuk dalam ibadah sangat penting agar dapat membekas pada amaliah sehari-hari, termasuk dalam bekerja. b. Bekerja Harus Selalu Ingat Allah Dalam bekerja kita, harus mengingat Allah sehingga tidak akan terperosok untuk melakukan perbuatan yang tidak diridai oleh-Nya. Kita dibolehkan mencari karunia Allah sebanyak mungkin, asal dilakukan dengan cara yang benar. Dengan demikian, Allah pun akan meluaskan rezeki kepada kita dan memberikan keberuntungan yang berlipat ganda. c. Meningkatkan Produktivitas Kerja Setelah mengerjakan shalat Jumat, kita diperbolehkan untuk melanjutkan aktivitas kerja lainnya. Melakukan ibadah tidak berarti menghambat produktivitas kerja. Guna mendukung produktivitas kerja, ada hal-hal tertentu yang penting untuk diperhatikan. 1) Bersikap rajin, ulet, dan tidak mudah putus asa. 2) Meningkatkan inovasi dan kreativitas. 3) Mau belajar dari pengalaman sehingga dapat berbuat lebih baik pada masa datang. 4) Memaksimalkan kemampuan diri yang ada dan selalu optimis. 5) Berdoa dan bertawakal kepada Allah. d. Tidak Boleh Menyerah dalam Bekerja Dalam kondisi bagaimana pun kita tidak boleh menyerah dan berputus asa. Jika kita berusaha, Allah pasti akan mencukupkan kebutuhan hidup kita. Rasulullah saw. lebih bangga kepada umatnya yang bekerja keras daripada yang bermalas-malasan. Orang yang bekerja keras juga menunjukkan sikap syukur terhadap nikmat Allah swt. Dari Zubair bin Awwam r.a., Rasulullah saw. bersabda yang artinya: Hendaklah salah seorang di antara kamu mengambil talinya kemudian ia membawa seikat kayu bakar di punggungnya dan menjualnya, maka Allah dengan hasil itu mencukupkan kebutuhan hidupnya, itu lebih baik baginya dari pada ia meminta-minta kepada orang, baik mereka memberi atau tidak memberinya. (H.R. Bukhari) Ada beberapa dalil lain yang menjelaskan tentang pentingnya bekerja, di antaranya sebagai berikut. Perintah untuk menyeimbangkan kebutuhan dunia dan akhirat sebagaimana ditegaskan dalam ayat yang berbunyi:

وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ 

Terjemahan: Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. ”(Q.S. al-Qasas: 77) Kita harus meyakini bahwa Allah pasti akan selalu meluaskan rezeki kepada kita. Dengan demikian, kita tidak boleh bersikap pesimis dalam menjalani hidup. Perhatikan ayat yang berbunyi:

وَهُوَ ٱلَّذِي سَخَّرَ ٱلۡبَحۡرَ لِتَأۡكُلُواْ مِنۡهُ لَحۡمٗا طَرِيّٗا وَتَسۡتَخۡرِجُواْ مِنۡهُ حِلۡيَةٗ تَلۡبَسُونَهَاۖ وَتَرَى ٱلۡفُلۡكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبۡتَغُواْ مِن فَضۡلِهِۦ وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ

Terjemahan: Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daging yang segar (ikan) darinya, dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur. (Q.S. an-Nahl: 14)

Dalam ajaran Islam bekerja bukan hanya sebagai sarana untuk mencari rezeki, tetapi juga jalan mendapatkan ridha dari Allah swt. Dengan cara bekerja seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga ia tetap dapat mengerjakan ibadah kepada Allah swt.  Dengan demikian, bekerja harus dilakukan dengan cara yang benar. Kita tidak boleh bekerja dengan cara yang melanggar aturan syariat sehingga akan merugikan kehidupan kita sendiri di akhirat kelak. (Husi Thoyar, Pendidikan Agama Islam: 2011)