Apa tegese guru gatra? Guru gatra kuwi cacahe larik (banyaknya baris) saben pada (tiap bait). Apa tegese guru wilangan? Guru wilangan kuwi cacahe wanda (jumlah suku kata) saben larik (tiap baris). Apa tegese guru lagu? Guru lagu kuwi wuni pungkasane saben larik. Wuni pungkasane saben gatra (a, i, u, e, o) uga diarani dong dinge swara’. Conto 1
Guru gatra dalam tembang tersebut adalah 4. Maksudnya, tembang di atas memiliki 4 baris atau larik. Setiap lariknya dapat berupa frasa, klausa, atau kalimat berbahasa Jawa. Guru wilangan dalam tembang tersebut adalah 12, 6, 8, 11. Maksudnya, baris bertama berjumlah 12 suku kata, baris kedua berjumlah 6 suku kata, baris ketiga berjumlah 8 suku kata, dan baris keempat berjumlah 11 suku kata. Sedangkan, guru lagu tembang tersebut yaitu u, a, i, a. Maksudnya, akhir suku kata setiap baris harus berupa huruf vokal u, a, i, a. Baris pertama harus berakhir dengan vokal u, baris kedua dengan vokal a, baris ketiga dengan vokal i, dan baris keempat dengan vokal a. Conto 2
Guru gatra dalam tembang tersebut adalah 5. Maksudnya, tembang di atas memiliki 5 baris atau larik. Setiap lariknya dapat berupa frasa, klausa, atau kalimat. Guru wilangan dalam tembang tersebut adalah 12, 8, 8, 8, 8. Maksudnya, baris bertama berjumlah 12 suku kata, baris kedua berjumlah 8 suku kata, baris ketiga berjumlah 8 suku kata, baris keempat berjumlah 8 suku kata, dan baris kelima berjumlah 8 suku kata. Sedangkan, guru lagu tembang tersebut yaitu u, i, u, i, o. Maksudnya, akhir suku kata setiap baris harus berupa huruf vokal u, i, u, i, o. Baris pertama harus berakhir dengan vokal u, baris kedua dengan vokal i, baris ketiga dengan vokal u, baris keempat dengan vokal i, dan baris kelima dengan vokal o. Conto 3Ambeke kang wus utama,tan ngendhak gunaning jalmi,amiguna ing aguna,sasolahe kudu bathi,pintere den alingi,bodhone didokok ngayun,pamrihe den inaa,mring padha padhaning jalmi, suka bungah den ina sapadha-padha. Guru gatra = 9 Guru wilangan = 8, 8, 8, 8, 7, 8, 7, 8, 12 Guru lagu = a, i, a, i, i, u, a, i, a Tabel guru gatra, wilangan, lan laguTembang GambuhGambuh (Pelog Barang)
Cakepan liyane:
Referensi: kumparan.com/berita-hari-ini/apa-itu-guru-gatra-guru-wilangan-dan-guru-lagu-dalam-tembang-macapat-jawa-1vtYhOukdez/full; kubuskecil.blogspot.com/2016/12/guru-gatra-guru-lagu-dan-guru-wilangan.html; lenteramata.com/tembang-gambuh/.
Dalam musik vokal Jawa, ada tiga bentuk komposisi, yaitu sekar ageng (tembang gedhe), sekar media (tembang tengahan), dan sekar alit (tembang macapat). Macapat dikenal juga dengan sebutan tembang cilik atau sekar alit. Jika diperhatikan, asal usul bahasa (kerata basa) kata macapat berarti maca papat-papat (membaca empat-empat) artinya cara membaca terjalin tiap empat suku kata. Macapat merupakan bentuk komposisi lagu dan puisi dalam suatu pola penyusunan tertentu yang populer di kalangan masyarakat di Pulau Jawa dan Pulau Bali. Macapat diperkirakan muncul pada akhir Kerajaan Majapahit dan dimulainya pengaruh Walisongo di Jawa. Tetapi, perkiraan tersebut masih belum pasti, karena tidak ada bukti tertulis yang bisa memastikan.
Macapat dapat ditemukan dalam kebudayaan Bali, Madura, dan Sunda. Macapat banyak digunakan di dalam beberapa sastra Jawa Tengahan dan sastra Jawa Baru. Aturan-aturan dalam macapat terlihat lebih mudah jika dibandingkan dengan serat kekawin. Kitab-kitab zaman Mataram Baru, seperti Serat Wedhatama, Serat Wirid Hidayat Jati, Serat Wulangreh, Serat Kalatidha, dan lainnya banyak disusun menggunakan lagu ini. Aturan-aturan tersebut ada pada guru gatra (jumlah gatra atau baris tiap bait), guru wilangan (jumlah suku kata), dan guru lagu (jatuhnya suara suku kata tiap gatra atau baris). Di Jawa Tengah banyak karya pujangga lama yang dituangkan dalam bentuk macapat. Karya-karya tersebut dapat ditembangkan secara tunggal maupun bergantian, misalnya dalam suatu pertemuan. Karena sering ditembangkan, masyarakat menjadi hafal akan bait puisi karya itu, sehingga muncullah bentuk umumnya. Baca juga: Tembang Macapat: Sejarah, Struktur dan Contohnya Bait puisi yang dinyanyikan mengikuti aturan bentuk puisi yang ketat. Aturan tersebut menyangkut jumlah baris dalam bait-bait tunggal, jumlah kata pada setiap baris, dan penggunaan huruf hidup dalam suku kata terakhir.
Untuk mengetahui dan membedakan jumlah guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan setiap tembang macapat berikut ini urutan jumlah guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan tembang-tembang macapat.
Macapat Jawa Tengah mempunyai sebelas bentuk berdasarkan jumlah baris dan suku kata setiap baris. Urutan tembang Macapat tersebut sama dengan perjalanan hidup manusia dari mulai bayi hingga meninggal. Urutan tersebut adalah maskumambang, mijil, sinom, kinanthi, asmaradana, gambuh, dandanggula, durma, pangkur, megatruh, dan pocung. Makna, Watak atau Sifat serta Contoh Tembang-tembang Macapat tersebut antara lain sebagai berikut. 1. Tembang MaskumambangMakna Tembang Maskumambang adalah menggambarkan dimulainya perjalanan hidup manusia yang bermula dari dalam perut ibunya. Sosok calon manusia tersebut masih berupa embrio di dalam kandungan ibunya dan belum diketahui jati dirinya, serta belum diketahui secara jelas jenis kelaminnya (laki-laki atau perempuan). Kumambang berarti hidupnya mengambang di dalam perut ibunya.
Contoh Tembang Maskumambang "Wong tan manut pitutur wong tuwa ugi Ha nemu duraka Ing donya tumekeng akhir Tan wurung kasurang-surang" Aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Maskumambang yaitu : ( 12i - 6a - 8i - 8o ). Artinya: a. Tembang maskumambang ini memiliki 4 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 4). b. Kalimat pertama berjumlah 12 suku kata. Kalimat kedua berjumlah 6 suku kata. Kalimat ketiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat keempat berjumlah 8 suku kata (Guru wilangan = 12, 6, 8, 8). c. Akhiran suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal i, a, i, o (Guru lagu = i, a, i, o).2. Tembang MijilMakna Tembang Mijil adalah melambangkan sebuah benih atau biji yang lahir ke dunia. Mijil artinya sebuah kelahiran seorang bayi dari dalam perut ibunya dan sudah diketahui dan terlihat jenis kelaminnya perempuan atau laki-laki. Pandangan lain mengartikan mijil artinya keluar. Selain itu kata wijil (dalam bahasa Jawa) memiliki arti lawang atau pintu. Lawang juga berarti nama sejenis tumbuhan yang harum bunganya.
Contoh Tembang Mijil "Dedalanne guna lawan sekti Kudu andhap asorWani ngalah dhuwur wekasane Tumungkula yen dipundukanni Ruruh sarwa wasis Samubarangipun" Aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Mijil yaitu : (10i - 6o - 10e - 10i - 6i - 6o). a. Tembang Mijil memiliki 6 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 6). b. Kalimat pertama berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 6 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 6 suku kata. Kalimat ke enam 6 suku kata (Guru wilangan = 10, 6, 10, 10, 6, 6). c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal i, o, e, i, i, o (Guru lagu = i, o, e, i, i, o). 3. Tembang SinomMakna Tembang Sinom adalah pucuk yang baru tumbuh dan bersemi, dari kata sinom yang berarti "kanoman" (kemudaan/ usia muda). Filosofi tembang Sinom menggambarkan seorang manusia yang mulai beranjak dewasa atau remaja yang mulai tumbuh. Di saat remaja masih memiliki banyak waktu luang, tugas mereka adalah menuntut ilmu sebaik mungkin dan setinggi-tingginya agar kelak bisa menjadi bekal kehidupannya. Pandangan lain mengartikan Sinom berarti sinoman yang artinya perkumpulan para pemuda untuk membantu orang yang sedang punya hajat. Sinom dalam bahasa Jawa juga dapat merujuk pada istilah daun yang masih muda (kuncup), hingga terkadang diisyaratkan dengan sebuah lukisan daun muda.Tembang Sinom memiliki watak/ sifat yang menggambarkan semangat (ethes) dan kebijaksanaan (prasaja). Tembang Sinom digunakan untuk menyampaikan suatu pesan/ piwulang yang berisi semangat dan kebijaksanaan. Contoh Tembang Sinom "Punika serat kawula Katura sira wong kuning Sapisan salam pandonga Kapindo takon pawarti Jare sirarsa laki Ingsun mung sewu jumurung Amung ta wekasi wang Gelang alit mungging driji Lamun sida aja lali kalih kula" Aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Sinom yaitu : (8a - 8i - 8a - 8i - 7i - 8u - 7a - 8i - 12a). Artinya: a. Tembang Sinom memiliki 9 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 9). b. Kalimat pertama berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 7 suku kata. Kalimat ke enam berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke tujuh berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke delapan berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke sembilan berjumlah 12 suku kata (Guru wilangan = 8, 8, 8, 8, 7, 8, 7, 8, 12). c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal a, i, a, i, i, u, a, i, a (Guru lagu = a, i, a, i, i, u, a, i, a).4. Tembang KinanthiMakna Tembang Kinanthi adalah tuntunan supaya dapat berjalan menuju kehidupan yang lebih baik di alam dunia, berasal dari kata "kanthi"yang berarti menuntun/ menggandeng. Filosofi Tembang Kinanthi adalah mengisahkan kehidupan seorang anak yang masih membutuhkan tuntunan agar dapat berjalan dengan baik di dunia ini. Seorang anak tidak hanya membutuhkan tuntutan pada saat belajar berjalan, tetapi juga tuntunan dalam hal sikap dan perilaku. Tuntunan tersebut meliputi tuntunan dalam berbagai hal berkaitan dengan sikap dan perilaku sesuai dengan norma dan adat yang berlaku dalam kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Contoh Tembang Kinanthi "Kukusing dupa kumelun Ngeningken tyas kang apekik Kawengku sagung jajahan Nanging saget angikipi Sang resi kaneka putra Kang anjog saking wiyati" Aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Kinanthi yaitu : (8u - 8i - 8a - 8i - 8a - 8i). a. Tembang Kinanthi memiliki 6 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 6). b. Kalimat pertama, ke dua, ke tiga, sampai kalimat ke enam masing-masing berjumlah 8 suku kata (Guru wilangan = 8, 8, 8, 8, 8, 8). c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal u, i, a, i, a, i (Guru lagu = u, i, a, i, a, i).5. Tembang AsmaradanaMakna Tembang Asmarandana adalah perasaan asmara atau cinta, berasal dari kata "asmara" yang berarti cinta kasih. Filosofi tembang Asmarandana adalah perasaan saling menyukai terhadap lawan jenisnya yang sudah menjadi kodrat ilahi (perasaan laki-laki dan perempuan). Pandang lain menyebutkan Asmaradana berasal dari kata asmara dan dhana. Asmara merupakan nama dewa percintaan dan dhana berasal dari kata "dahana" yang berarti api. Jadi Asmaradhana dapat diartikan cinta yang berapi-api.
Contoh Tembang Asmarandana "Lumrah tumrap wong ngaurip Dumunung sadhengah papan Tan ngrasa cukup butuhe Ngenteni rejeki tiba Lamun tanpa makarya Sengara bisa kepthuk Kang mangkono bundhelana" Aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Asmarandana yaitu : (8i - 8a - 8e - 7a - 8a - 8u - 8a). Artinya: a. Tembang Asmarandana memiliki 7 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 7). b. Kalimat pertama berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 8 suku kata. Kalimat ke enam berjumlah 8 suku kata, Kalimat ke tujuh berjumlah 8 suku kata (Guru wilangan = 8, 8, 8, 7, 8, 8, 8). c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal i, a, e, a, a, u, a (Guru lagu = i, a, e, a, a, u, a).6. Tembang GambuhMakna Tembang Gambuh adalah sudah memiliki kecocokan, berasal dari kata "jumbuh/ sarujuk" (cocok) yang berarti cocok yang kemudian dipertemukan antara pria dan wanita yang sudah terjalin asmara agar terjadi sebuah pernikahan.
Contoh Tembang Gambuh "Lan sembah sungkem ipun Mring Hyang Sukma elinga sireku Apan titah sadaya amung sadermi Tan welangsira andhaku Kabeh kagungan Hyang Manon" Aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Gambuh yaitu : (7u - 10u - 12i - 8u - 8o). 7. Tembang DandanggulaMakna Tembang Dhandhanggula adalah menggambarkan seseorang yang sedang merasa senang-senangnya dalam hidup, berasal dari kata "dandang" dan 'gula' yang berarti sesuatu yang manis. Filosofi tembang Dhandhanggula adalah menggambarkan kehidupan pasangan baru yang sedang berbahagia karena apa yang dicita-citakan telah tercapai. Kehidupan yang bahagia merupakan sesuatu yang dicita-citakan dalam setiap keluraga. Bisa memiliki keluarga, mempunyai keturunan, hidup berkecukupan merupakan sebuah anugerah dan kebahagiaan yang sangat indah dalam sebuah keluarga. Oleh karena itu lagu ini menggambarkan perasaan dan keadaan yang membahagiakan tersebut.
Contoh tembang dhandanggula "Sinengkuyung sagunging prawali Janma tuhu sekti mandra guna Wali sanga nggih arane Dhihin Syeh Magrib tuhu Sunan ngampel kang kaping kalih Tri sunan bonang ika Sunan giri catur Syarifudin sunan drajat Anglenggahi urutan gangsal sayekti Iku ta warnanira" Aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Dhandanggula yaitu : (10i - 10a - 8e - 7u - 9i - 7a - 6u - 8a - 12i - 7a). Artinya: a. Tembang Dhandhanggula memiliki 10 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 10). b. Kalimat pertama berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 9 suku kata. Kalimat ke enam berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke tujuh berjumlah 6 suku kata. Kalimat ke delapan berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke sembilan berjumlah 12 suku kata. Kalimat ke sepuluh berjumlah 7 suku kata (Guru wilangan = 10, 10, 8, 7, 9, 7, 6, 8, 12, 7). c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal i, a, e, u, i, a, u, a, i, a (Guru lagu = i, a, e, u, i, a, u, a, i, a).8. Tembang DurmaMakna Tembang Durma adalah memberi atau berderma, dari kata "darma/ weweh" yang artinya berderma atau memberikan sumbangan. Filosofi tembang Durma adalah tentang roda kehidupan yang suatu saat dapat merasakan kecukupan namun juga sebaliknya pasti mengalami kekurangan. Untuk itu dengan selalu memupuk perasaan welas asih saling memberi kehidupan akan saling melengkapi. Tembang Durma mengajarkan agar manusia dapat saling memberi dan melengkapi satu sama lain sehingga dapat saling melengkapi. Saling tolong menolong, welas asih, dan rela memberikan bantuan kepada siapa saja saat membutuhkan dengan hati yang ikhlas adalah nilai kehidupan yang harus selalu dijaga. Pandangan lain mengartikan kata Durma (kata Jawa klasik) yang berarti harimau. Dengan begitu Durma berwatak nafsu (amarah), dan greget.
Contoh Tembang Durma "Ayo kanca gugur gunung bebarengan Aja ana kang mangkir Amrih kasembadan Tujuan pembangunan Pager apik dalan resik Latar gumelar Wisma asri kaeksi" Aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Durma yaitu : (12a - 7i - 6a - 7a - 8i - 5a - 7i). Artinya: a. Tembang Durma memiliki 7 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 7). b. Kalimat pertama berjumlah 12 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 6 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 8 suku kata. Kalimat ke enam berjumlah 5 suku kata. Kalimat ke tujuh berjumlah 7 suku kata (Guru wilangan = 12, 7, 6, 7, 8, 5, 7). c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal a, i, a, a, i, a, i (Guru lagu = a, i, a, a, i, a, i).9. Tembang PangkurMakna Tembang Pangkur adalah sudah memundurkan semua hawa nafsunya, berasal dari kata "mungkur" yang berarti mundur. Filosofi tembang Pangkur adalah menggambarkan masa disaat sudah harus meninggalkan berbagai hawa nafsu dunia dan lebih mendekatkan diri kepada yang Maha Pencipta. Pandang lain mengartikan Pangkur memiliki arti buntut atau ekor. Oleh karena itu Pangkur terkadang diberi sasmita tut pungkur yang berarti mengekor.
Contoh Tembang Pangkur "Muwah ing sabarang karya Ingprakara gedhe kalawan cilik Papat iku datan kantun Kanggo sadina-dina Lan ing wengi nagara miwah ing dhusun Kabeh kang padha ambegan Papat iku nora lali" Aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Pangkur yaitu : (8a - 11i - 8u - 7a - 8i - 5a - 7i). Artinya: a. Tembang Pangkur memiliki 7 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 7). b. Kalimat pertama berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 11 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 8 suku kata. Kalimat ke enam berjumlah 5 suku kata. Kalimat ke tujuh berjumlah 7 suku kata (Guru wilangan = 8, 11, 8, 7, 8, 5, 7). c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal a, i, u, a, i, a, i (Guru lagu = a, i, u, a, i, a, i).10. Tembang MegatruhMakna Tembang Megatruh adalah roh atau nyawa yang sudah lepas dari jasadnya sebab sudah waktunya kembali ke tempat yang digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Megatruh berasal dari kata "megat" dan "roh" (melepas roh) maksudnya terlepasnya roh dari dalam tubuh yaitu kematian. Filosofi tembang Megatruh adalah tentang perjalanan hidup manusia yang telah selesai di dunia. Pandang lain mengartikan Megatruh berasal dari kata dengan awalan am, pegat dan ruh. Dalam serat Purwaukara, Megatruh artinya mbucalke sing sarwa ala (membuang apa yang sifatnya jelek).
Contoh Tembang Megatruh "Kabeh iku mung manungsa kang pinujul Marga duwe lahir batin Jroning urip iku mau Isi ati klawan budi Iku pirantine ewong" Aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Megatruh yaitu : (12u - 8i - 8u - 8i -8o). Artinya: a. Tembang Megatruh ini memiliki 5 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 5). b. Kalimat pertama berjumlah 12 suku kata. Kalimat kedua berjumlah 8 suku kata. Kalimat ketiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat keempat berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke lima berjumlah 8 suku kata (Guru wilangan = 12, 8, 8, 8, 8). c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal u, i, u, i, o (Guru lagu = u, i, u, i, o).11. Tembang PocungMakna Tembang Pocung adalah keadaan ketika seseorang yang sudah meninggal akan dikafani atau dipocong sebelum dikuburkan. Berasal dari kata "pocong" yang menggambarkan kondisi setelah kematian yaitu di bungkus dengan kain kafan dan diikat. Filosofi tembang pocung menunjukkan tentang sebuah ritual ketika melepaskan kepergian seseorang.
Contoh Tembang Pocung "Ngelmu iku kelakone kanthi laku Lekase lawan kas Tegese kas nyantosani Setya budya pengekesing dur angkara" Aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Pocung yaitu : (12u - 6a - 8i - 12a). Artinya: a. Tembang Pocung memiliki 4 larik kalimat (Guru gatra = 4). b. Kalimat pertama berjumlah 12 suku kata. Kalimat kedua berjumlah 6 suku kata. Kalimat ketiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat keempat berjumlah 12 suku kata (Guru wilangan = 12, 6, 8, 12).c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal u, a, i, a (Guru lagu = u, a, i, a). Baca juga:Pengertian dan Peran Pathet dalam Musik Gamelan Jawa Tembang Dolanan Sebagai Karya Sastra Jawa, Pengertian, Karakteristik dan Contohnya Kumpulan Lagu Daerah dan Asalnya 34 Provinsi Beserta Penciptanya |