Teknik jumputan berkembang di nusantara diantaranya

Batik Jumputan merupakan kerajinan khas daerah Banjarmasin yang sangat digemari masyarakat. Baik itu oleh masyarakat umum, maupun pecinta batik nusantara. Setiap corak dikerjakan menggunakan teknik ikat celup. Berbeda dengan khas Jawa yang ditulis menggunakan canting dan lilin malam. Teknik batik ikat celup juga biasa dikenal dengan sebutan teknik celup rintang, yakni menggunakan tali untuk mengikat bagian tertentu pada kain. Fungsinya, agar bagian tersebut tidak menyerap warna ketika proses pewaranaan berlangsung. Sehingga tercipta motif-motif unik nan menawan.

Sejarah batik jumputan asli Indonesia

Teknik jumputan berkembang di nusantara diantaranya
Seiring perkembangan jaman, teknik pembuatan batik jumputan melahirkan istilah nama Tiedye. Dulu, banyak orang-orang mengira bahwa Tiedye adalah teknik mewarnai yang diciptakan oleh kaum Hippies dari Amerika, tepatnya sekitar tahun 1960an saat Amerika menentang perang di Vietnam dan beberapa negara lainnya. Jika ditelusuri berdasarkan sejarah negeri ini, teknik ini sudah berkembang sejak abad 10. Hal itu dapat dibuktikan berdasar pada Prasasti Sima, dimana menunjukkan perkembangan produk tekstil khas bermotif serupa Tiedye. Teknik batik celup ikat semacam ini pada dasarnya dapat diaplikasikan ke berbagai macam jenis bahan tekstil. Supaya hasil lebih maksimal, digunakan Katun sebagai bahan dasar pembuatan. Seiring perkembangan zaman, teknik celup ikat kian turut berkembang. Salah satunya ialah perkembangan dari segi metode untuk menghasilkan efek-efek lebih beragam. Misal dengan perbedaan cara melipat kain sebelum mengikatnya. Semakin variatif cara melipat jumputan tentu akan membuahkan pola hias hasil bermacam-macam. Saat ini, sudah banyak desainer-desainer menjadikan Jumputan sebagai objek percobaan mereka. Hasilnya, beragam model pakaian pun tercipta mulai dari dress wanita, gamis muslimah, kaos, dan lain sebagainya.

Motif, penggunaan, dan bahan pembuat batik jumputan

Proses pembuatan kerajinan ini tidak sesulit batik tulis atau kain tenun yang memerlukan waktu lama. Pembuatan kain tersebut relatif mudah. Cukup dengan mengikat kain kemudian mencelupkannya pada zat warna. Selain itu, dapat pula ditampilkan tekstur motif berbagai material seperti biji-bijian, batuan, hingga kayu. Bahan yang digunakan biasanya berupa sutera dan katin. Penggunaannya bisa sebagai selendang, angkin, atau pakaian daster, kaos oblong, kebaya, sampai baju pesta. Motif yang tampak pada kain biasanya memenuhi seluruh bahan. Biasanya dibuat sepasang, terdiri dari bagian atas, bagian bawah, dan selendang. Umumnya pasangan tersebut memiliki satu tema warna.

Ragam jenis kain jumputan berdasarkan coraknya

Teknik jumputan berkembang di nusantara diantaranya
Kain batik ini dihasilkan dengan teknik ikat dan warnai (tie and dye) untuk menghasilkan motif tertentu pada kain putih. Jumputan berasal dari kata jumput; berkaitan dengan pembuatan kain yang ditarik atau dijumput (bahasa Jawa). Motif kain tradisional ini terbatas hanya digunakan pada upacara adat. Namun, saat ini jenis ini telah mengikuti perkembangan zaman. Motifnya kini lebih bervariasi. Berikut beberapa di antaranya:
  • Jumputan. Dibuat dengan cara menarik kain putih kemudian diikat tali. Tali yang digunakan tidak menyerap warna, seperti karet atau rafia. Setelah bahan diikat, dicelupkan pada warna. Satu jam setelah diikat, tali dilepas kemudian bahan dibilas dengan air.
  • Pelangi. Jenis pelangi memiliki tata warna dan ragam hias bervariasi seperti pelangi. Proses pembuatannya lebih rumit.
  • Tritik. Tritik berasal dari kata tarik. Coraknya dibuat melalui menjelujur kain, kemudian ditarik rapat hingga menjadi satu gumpalan kain. Setelah diwarnai, benang dapat dicabut.
  • Sasirangan. Corak bintang bahambur, awan bairing biasa digunakan untuk bangsawan. Sementara itu, corak ombak sinapur karang dan kangkung kaombakan digunakan untuk rakyat.

Kisaran harga batik Jumputan

Tertarik mencari batik jumputan asli? Kamu dapat mendapatkannya secara online. Terdapat beragam macam harga, sesuai dengan kualitas bahan dan modelnya. Harga jenis tersebut berkisar antara Rp 125.000 sampai Rp 429.000. Berikut kami sajikan tipe harganya:
  • 125 ribuan – 200 ribuan. Rentang harga 125 ribu sampai 200 ribu paling banyak ditemukan di pasaran, berupa kain saja atau juga ada yang berupa blus wanita.
  • 300 ribuan – 400 ribuan. Anda akan memperoleh item dengan bahan yang telah dimodifikasi menjadi dress. Selain itu, bahan pada rentang harga 300-400 ribu memiliki detail unik dan cantik.

Cara merawat batik jumputan asli

Karena proses pembuatannya unik, karakteristiknya berbeda dengan kain lain. Bila tidak dirawat dengan tepat, kain jumputan dapat luntur motifnya. Berikut kami sajikan tips untuk merawat kerajinan jumputan:
  1. Untuk hasil yang maksimal, cuci jumputan menggunakan tangan. Hindari pengunaan mesin cuci karena dapat merusak bahan.
  2. Hindari penggunaan bahan keras sebagai pencuci, seperti deterjen atau pelembut pakaian. Dapat digunakan bahan alami seperti lerak atau sabun khusus sebagai penggantinya.
  3. Jangan mengucek terlalu keras, cukup dicelup-celup pada air saja.
  4. Bila terlihat ada bagian kotor, cukup gunakan jari untuk menggosoknya dengan gerakan lembut. Lakukan hingga noda terangkat.
  5. Bilas dengan air bersih, lalu keringkan dengan cara menggantungnya di tempat teduh. Proses pengeringan cukup diangin-angikan saja (jangan terkena paparan sinar matahari langsung)
  6. Setelah kering, hati-hati dalam menyetrika. Jangan langsung meletakkan setrika panas pada permukaan bahan. Gunakan hand steamer atau lapisi dulu kain dengan material lain sebelum disetrika.
Begitulah cara merawat batik secara tepat. Kerajinan tersebut memang memerlukan perlakuan khusus agar tetap bisa terjaga kualitasnya untuk waktu yang lama.

Sentra batik jumputan Kampung Tahunan (Yogyakarta)

Batik adalah salah satu kebudayaan Yogyakarta. Kampung wisata Tahunan, Umbulhargo, merupakan sentra kerajian ini. Lokasinya berdekatan dengan Taman Makam Pahlawan Nasional Kusumanegara. Kamu dapat menjumpai beragam showroom kerajinan di sana. Salah satunya adalah milik kelompok Ibu Sejahtera. Kelompok ini dibuat oleh ibu-ibu untuk mewujudkan kampung Tahunan menjadi sentra batik jumputan. Ibu-ibu tersebut telah mendapat pelatihan dari Lembaga Sosial Peningkatan Partisipasi Kampung sebelum akhirnya memproduksi kerajian sendiri. Kelompok Ibu Sejahtera juga sudah beberapa kali memamerkan hasil karya mereka di beberapa pameran. Respon masyarakat pun positif terhadap kegiatan ini. Sekarang kelompok Ibu Sejahtera rutin memberikan pelatihan membatik pada warga setempat.

Produsen batik jumputan Kampung Celeban (Yogyakarta)

Teknik jumputan berkembang di nusantara diantaranya
Kamu dapat pula menjumpai tipe jumputan pada kampung Celeban, masih di daerah Umbulhargo. Disini banyak toko-toko kecil yang menjual kerajinan batik. Desa Celeban telah mendapat pelatihan oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Keluarahan (LPMK) Kelurahan Tahuanan pada akhir tahun 2010. Kegiatan itu dilakukan selama tiga hari, dan kegiatan yang diajari adalah teknik merancang motif, menggambar, mengikat, menjimpit, menjumput, hingga pewarnaan. Setelah itu, peserta diberikan tugas untuk mengerjakan kerajinan tersebut di rumah. Hasil batik setelah dibuat akan digunakan untuk kegiatan fashion show. Setelah pelatihan ke-28, para peserta mendapatkan bimbingan, bantuan dana, hingga akses pameran selama tiga tahun dari Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan Kota Jogja. Kemudian dibentuklah kelompok Batik Jumputan Batikan. Di sisi lain, karya kampung Celeban punya ciri khas dibanding batik asal Solo dan Palembang, yaitu memiliki pecahan warna berupa jutaan motif, daun bunga, dan hewan (bukan sekedar bulatan).

Sumber : qlapa.com (Di posting 27 Desember 2017)

Ikat celup (tie-dye) adalah teknik mewarnai kain dengan cara mengikat kain dengan cara tertentu sebelum dilakukan pencelupan. Di beberapa daerah di Indonesia, teknik ini dikenal dengan berbagai nama lain seperti pelangi atau cinde (Palembang), tritik atau jumputan (Jawa), serta sasirangan (Banjarmasin). Teknik ikat celup sering dipadukan dengan teknik lain seperti batik.

Teknik jumputan berkembang di nusantara diantaranya

Contoh hasil ikat celup

  • Weinger, Erin (2003-05-29). "Psychedelic Beginnings". Los Angeles Times. Diakses tanggal 2012-12-15. 
  • Meilach, Dona (1973). Contemporary Batik and Tie-Dye. New York, NY: Crown Publishers, Inc. ISBN 0517500884. 
  • Belfer, Nancy (1992). Batik and Tie Dye Techniques. Dover Publications. ISBN 0486271315. 
  • Maile, Anne (1971). Tie and Dye as a Present Day Craft. Taplinger Publishing Co. ISBN 0800877004. 
  • Simon-Alexander, Shabd (2013). Tie-Dye: Dye It, Wear It, Share It. Potter Craft. ISBN 9780307965738. 
  • Pengertian Seni Kriya Ikat Celup (Tie Dye)

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ikat_celup&oldid=17953613"