Tata cara penulisan cerpen yang baik dan benar

Dalam sebuah cerpen, tentunya tidak mengenakkan jika keseluruhannya terdiri dari narasi ataupun deskripsi panjang yang tak ada habisnya. Tentunya pembaca akan bosan dengan isi cerpen seperti itu.

Adanya dialog dalam sebuah cerpen membuat cerpen menjadi lebih hidup. Upaya penulis untuk menunjukkan (showing) dalam cerpennya, mengajak pembaca untuk masuk ke dalam cerita, memahami setiap karakter tokoh cerita.

Bagaimanakah teknik penulisan dialog yang benar?

Tata Cara Menulis Dialog yang Benar

1. Penggunaan tanda titik di akhir dialog

Contoh salah : “Aku yakin dia pelakunya”.

Contoh benar : “Aku yakin dia pelakunya.”

Tanda baca ditempatkan sebelum tanda kutip di akhir dialog.

Apabila di iringi narasi, maka ketentuannya seperti ini :

Contoh salah : “Dia memang sangat berani.” menatap Toni kagum.

Contoh benar : “Dia memang sangat berani.” Menatap Toni kagum.

Apa yang membedakannya?

Huruf awal narasi. Ya, huruf awal narasi harus di dahului oleh kapital.

Jika narasinya berada di awal, maka ketentuannya seperti ini :

Contoh salah : Adi tersenyum, “Kamu adalah sahabat terhebat.”

Contoh benar : Adi tersenyum. “Kamu adalah sahabat terhebat.”

Perbedaannya apa?

Penggunaan tanda baca.

Yang pertama kenapa salah?

Karena pmmenggunakan tanda baca (,) yang seharisnya (.)

2. Penggunaan tanda koma di akhir dialog

Biasanya, digunakan bersamaan dengan dialog tag.

Apa itu dialog tag?

Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog. Fungsinya menginformasikan si pengucap kepada pembaca. Selain itu, dialog tag digunakan apabila dialog tersebut isinya tentang pengungkapan sesuatu. Di awali dengan huruf kecil setelah tanda petik. Dan di tandai dengan : “ujar, kata, pekik, sambung, tukas, ungkap, dan lain sebagainya.”

Contoh salah : “Aku yang membuang karung itu.” Ungkap Dani.

Contoh benar : “Aku yang membuang karung itu,” ungkap Dani.

Dimana perbedaannya?

Coba perhatikan. Contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,).

Kemudian, huruf awal setelah dialog adalah besar. Padahal, seharusnya huruf awalnya adalah kecil.

Perhatikan contoh berikut ini.

Contoh salah : Sandra berkata. “Sepatu barumu kupinjam.”

Contoh benar : Sandra berkata, “Sepatu barumu kupinjam.”

Nah, frase sejenis “Ungkap Dani” dan “Sandra berkata” itulah yang disebut sebagai Dialog Tag.

Apabila dialog tagnya berada di awal seperti contoh Sandra, maka setelah kata “Sandra berkata” diberi tanda baca (,) baru kemudian memulai dialog dan di akhiri dengan tanda baca (.) sebelum tanda kutip penutup sebagai tanda baca.

Apabila dialog tag berada di akhir seperti contoh Dani, maka gunakan tanda baca (,) sebelum tanda kutip penutup dalam dialog.

Catatan : Ingat. Huruf awal setelah dialog adalah huruf kecil.

3. Penggunaan tanda seru di akhir dialog.

Tanda seru biasanya di gunakan untuk menegaskan, memberi peringatan, ungkapan marah dan berteriak.

Perhatikan contoh A

Contoh salah : “Pergi dari hadapanku sekarang.” bentak Rudi.

Contoh benar : “Pergi dari hadapanku sekarang!” bentak Rudi.

Kenapa contoh awal salah dan contoh kedua benar?

Lihatlah narasi setelah dialog. Di situ, narasinya adalah “Bentak” yang mana sudah pasti intonasinya tinggi, bukan? Untuk itulah, tanda bacanya menggunakan (!).

Perhatikan contoh B

Contoh salah : “Aku tidak sebejat itu!” ucapnya lirih.

Contoh benar : “Aku tidak sebejat itu …” ucapnya lirih.

Kenapa contoh awal salah? Padahal, itu sebuah bentuk penegasan. Dia menegaskan bahwa dia tidak sebejat yang orang kira.

Kalau dilihat dari segi ungkapan memang benar. Lalu apa yang salah? Narasinya.

Coba perhatikan lebih detail. Penulis memberi narasi “ucapnya lirih.” yang mana kata lirih intonasinya rendah. Tidak sesuai dengan pengertian tanda seru itu sendiri, bukan?

Jadi, harus di perhatikan baik-baik.

Catatan : Apabila ingin menggunakan contoh B (contoh salah), maka setelah dialog tidak usah menggunakan narasi lagi.

“Aku tidak sebejat itu!” ✔

4. Penggunaan tanda tanya di akhir dialog

Tanda tanya digunakan untuk melenggapi kalimat tanya.

Contoh salah : “Apa yang terjadi di sini?”, Tanya Kayla.

Contoh benar : “Apa yang terjadi di sini?” tanya Kanza.

Contoh awal salah karena setelah tanda kutip di akhir dialog, penulis kembali menggunakan tanda baca. Itu jelas salah karena menggunakan dua tanda baca. Selain itu, posisinya pun tidak sesuai aturan.

Dan lagi, huruf awal dalam narasi menggunakan huruf kapital, yang mana seharusnya menggunakan huruf kecil.

Catatan : Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, narasinya di awali dengan huruf kecil. (teriaknya; tanyanya.)

Perhatikan contoh :

“Apa kau yang melakukannya?” Melirik ke arah orang di sampingnya.

Kenapa huruf awal dalam narasinya kapital? Yup! Karena sudah beda kalimat. “Melirik ke arah orang di sampingnya” dikatakan sebagai kalimat baru.

Berbeda apabila kalimatnya seperti ini :

“Apa kau yang melakukannya?” tanya Azriel melirik orang di sampingnya. Betul!

Karena diawali dengan kata seperti (tanya, selidik, dll). Dan itu dikatakan masih dalam satu kalimat.

5. Penggunaan kata “kan” dalam dialog

Perhatikan contoh di bawah ini.

Contoh :

“Dia itu bosmu, kan?”

Perhatikan cara meletakannya. Tak jarang kita menemukan kalimat seperti ini dalam beberapa cerita.

Letakkan tanda (,) sebelum menulis kata “kan” dalam dialog.

Itulah sedikit pengetahuan yang dapat saya sampaikan. Semoga bermanfaat.

Purworejo, 19 Februari 2020. Pkl.19.42 WIB.

Tata cara penulisan cerpen yang baik dan benar

Ilustrasi membaca cerita fiksi. Credit: pexels.com/Enzo

Bola.com, Jakarta - Cerpen atau cerita pendek adalah sebuah cerita yang melukiskan suatu kejadian yang terjadi dalam kehidupan manusia secara ringkas dan jelas. Seperti namanya, cerpen cenderung singkat, padat, dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang.

Adapun yang dimaksud pendek ialah dapat selesai dibaca sekali duduk dalam waktu kurang dari satu jam.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cerita berarti tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal atau karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, penderitaan orang, atau kejadian baik yang sungguh terjadi maupun hanya rekaan belaka.

Cerpen banyak dijumpai di majalah, tabloid, dan surat kabar. Setelah membaca cerpen, kita bisa menemukan hal menarik yang membuat pembaca terkesan pada cerpen tersebut. Hal yang menarik tersebut dapat berupa nilai yang bermanfaat bagi pembaca.

Cerpen biasanya mengangkat berbagai macam jenis kisah, baik itu kisah nyata maupun kisah fiksi. Cerita pendek kebanyakan berfokus pada satu kejadian tertentu atau spesifik, dan terdiri dari beberapa pemeran karakter.

Cerpen memiliki ciri, unsur, dan perbedaan tersendiri dari novel atau karya tulis lainnya. Bagi kamu yang sedang memulai untuk menulis sebuah cerpen, ada baiknya kamu mengetahui cara membuat cerpen yang baik dan benar.

Berikut ini rangkuman tentang cara atau langkah membuat cerpen yang baik dan benar, seperti dilansir dari laman emodul.kemdikbud.go.id, Jumat (8/10/2021).

1. Mengadakan observasi atau pengamatan

Observasi yang dapat dilakukan ialah dengan mengadakan pengamatan secara langsung. Selain itu, observasi dapat dilakukan dengan mengingat atau mendengarkan kejadian yang dilakukan oleh orang lain.

2. Memilih topik

Dalam menyusun cerpen bisa memilih topik sesuai keinginan atau yang dikehendaki. Topik dalam cerpen sangat banyak, jadi tidak perlu susah maupun bingung untuk mencari sebuah tema.

Menentukan genre cerpen, seperti cerpen horor, drama, religi, romantis, tragis, misteri, drama komedi, komedi romantis, biografi, dan lain sebagainya.

3. Tentuk target pembaca

Menentukan jenis atau genre cerpen akan lebih memfokuskan cerita dengan gaya bahasa yang lebih mengena. Intinya, jangan tanggung-tanggung menulis cerpen sesuai jenis yang akan dibuat.

Target pembaca penting dalam hal ini. Buatlah kesan cerpen secara menarik untuk memikat target baca, baik itu anak-anak, remaja, dewasa, atau segala umur.

Target baca harus jelas, jangan dipadukan dengan yang lainnya. Cerpen anak-anak tentu tidak sama dengan cerpen dewasa, cerpen remaja juga tidak sama dengan cerpen dewasa.

4. Menentukan tokoh-tokoh

Persiapkan tokoh-tokoh yang akan dibuat dalam cerpen dengan matang. Tokoh ini meliputi tokoh utama dan tokoh sampingan. Nama-nama tokoh juga harus sesuai dengan cerpen.

5. Menganalisis watak tokoh

Watak tokoh atau penokohan dapat dibuat sesuai cerita yang akan dibuat. Penokohan ini dapat digambarkan dari paparan langsung maupun tidak langsung.

Paparan langsung misalnya dialog antartokoh, pikiran tokoh, dan penggambaran fisik tokoh. Penulis dapat membuat sebuah watak jika memang sudah benar-benar memahami cerpen apa yang akan dibuat.

6. Menulis garis besar cerita

Garis besar cerita meliputi apa-apa saja yang akan terjadi, konflik yang akan terjadi serta penyelesaian. Buatlah garis besar cerita dengan singkat, padat dan jelas serta harus memperhatikan berbagai kejadian yang akan muncul.

7. Menentukan alur

Tentukan alur cerita secara tepat dan baik sehingga memberi kesan mendalam bagi pembaca. Perlu diketahui, alur ada tiga yaitu alur maju, alur mundur, dan alur campuran. Ketiganya memiliki tahapan, yaitu:

  • Pengenalan
  • Kemunculan konflik
  • Klimaks (puncak konflik)
  • Anti klimaks (konflik menurun)
  • Penyelesaian.

8. Menentukan latar

Cara berikutnya dalam membuat atau menulis cerpen, yaitu menentukan latar. Latar yang dibuat harus sesuai tema yang sudah ditentukan. Penulis juga harus ingat bahwa latar terdiri atas latar tempat, latar waktu, dan latar suasana.

9. Memilih gaya penceritaan atau sudut pandang

Untuk menulis cerpen, perlu adanya sudut pandang yang jelas. Sudut pandang ada sendiri terbagi menjadi empat, yaitu:

  • Orang pertama sebagai pelaku utama
  • Orang pertama sebagai pelaku sampingan
  • Orang ketiga serbatahu
  • Orang ketiga sebagai pengamat

10. Memilih diksi yang sesuai

Dengan adanya diksi yang sesuai, sebuah cerpen akan jauh lebih menarik dan tidak berkesan biasa saja. Pemilihan kata yang sesuai juga dapat dijadikan tombak untuk memperoleh cerpen yang berkualitas.

Pilihlah diksi dengan memperhatikan padu tidaknya antarkata dan kalimat. Jangan asal memilih diksi karena diksi juga ikut berperan dalam suksesnya sebuah cerpen.

11. Membuat kerangka karangan sesuai alur

Setelah tahapan sebelumnya selesai, langkah selanjutnya adalah membuat kerangka. Kerangka harus dibuat sesuai alur yang ditentukan dan mencakup langkah yang sebelumnya sudah dibuat.

12. Memperhatikan aspek intrinsik dan ekstrinsik

Unsur Intrinsik

  • Tema
  • Alur/plot
  • Latar (waktu, tempat, suasana)
  • Tokoh/penokohan
  • Sudut pandang
  • Amanat

Unsur Ekstrinsik

  • Latar belakang masyarakat
  • Latar belakang penulis
  • Nilai yang terkandung di dalam cerpen

13. Mulai menyusun cerpen dengan memperhatikan padu tidaknya antar kalimat

Cerita yang ditulis sesuai kerangka yang telah dibuat dan berikan diksi yang benar-benar tepat dengan memperhatikan padu tidaknya kalimat. Sebab, apabila antarkalimat tidak padu, akan terkesan janggal.

14. Memberi judul yang paling sesuai dengan cerpen yang telah dibuat

Buatlah judul semenarik mungkin berdasar isi cerpen. Unik, berkesan, beda dari yang lain, dan jarang ditemui.

Sumber: Kemdikbud