Suku bangsa yang ada di jawa timur adalah suku

KBRN. Surabaya : Saudara, suku Jawa merupakan suku terbesar di Provinsi Jawa Timur bahkan di Indonesia. Suku Jawa berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewah Yogyakarta. Suku Jawa memiliki sapaan akrab yakni ‘wong Jowo’. Mayoritas orang Jawa adalah pemeluk agama Islam, dengan beberapa minoritas Kristen, Kejawen, Hindu, Budha, dan Konghuchu.

Dalam Suku Jawa, mereka menjunjung tinggi kehormatan, keseimbangan dan keharmonisan. Hal ini tampak sekali ketika mereka dalam melakukan keseharian yang berperilaku sopan, sederhama dan bertutur kata halus. Suku Jawa memiliki pementasan, yakni pementasan wayang. Dan juga karya seni batik dan keris merupakan dua bentuk masyarakat Jawa.

Kemudian Suku Madura merupakan suku bangsa yang mendiami Pulau Madura . Suku Madura terkenal sebagai suku yang suka merantau. Dengan sifat merantaunya, Suku Madura telah tersebar di berbagai daerah nusantara. Meskipun memiliki bahasa yang masuk dalam Suku Jawa, suku Madura memiliki tradisi bahasa yang berbeda, yakni tak ada tingkatan bahasa kepada orang tua dalam berbahasa dan logat yang dimiliki suku Madura.

Bangsa Madura dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi tali kekerabatan. Hal ini dapat dilihat melalui desain rumah yang bersifat tradisional atau rumah-rumah adat di Madura. Madura memiliki permainan adat yakni Karapan Sapi. Karapan Sapi merupakan perlombaan kecepatan sapi dalam sepasang sapi yang menarik kereta kayu dengan lawan pasangan sapi yang lain. Kegiatan ini kerap kali diadakan pada bulan Agustus dan September, dengan pertandingan final bulan September atau Oktober.

Masyarakat Madura biasanya menggunakan destar sebagai tutup kepala, gelang kaki emas bernama bingel dan Odheng sebagai ikat kepala. Untuk perempuan ada tusuk konde pada kepala berwarna emas dan berbentuk busur yang berguna sebagai aksesoris.

Berikutnya adalah Suku Osing dari Kerajaan Blambangan merupakan suku yang mendiami di Kabupaten Banyuwangi. Kata Osing bermakna tidak atau dalam bahasa Jawa ‘Orak’. Suku Osing masih menjaga, melestarikan dan melaksanakan kebudayaannya, adat dan tradisi. Keunikan dari Suku Osing terdapat pada keberagaman kebudayaannya, yakni adanya campuran dari budaya Jawa, Madura dan Bali.

Beragam seni dan budaya yang dimiliki oleh Suku Osing, antara lain tradisi kepercayaan Jaran Goyang, dan Selametan Tumpeng Sewu. Bahasa yang digunakan oleh Suku Osing memiliki kesamaan dengan masyarakat Suku Jawa. Namun yang membedakan adalah dialek dari Suku Osing sendiri. Suku Osing sering memproduksi kerajinan sendiri, yakni Batik dengan Motif Gajah Oleng.

Ada pula Suku Bawean, Suku Bawean merupakan kelompok melayu yang mendiami pulau Bawean, Gresik yang terletak di Jawa natara Pulau Kalimantan dengan Pulau Jawa. Secara etimologi, kata Bawean berasal dari bahasa Sansekerta, yakni ada sinar Matahari. Pada tahun 1350, sekelompok pelaut dari Kerajaan Majapahit terjebak badai di Laut Jawa dan akhirnya terdampar di Pulau Bawean.

Dalam berkomunikasi, suku Bawean menggunakan bahasa campuran dari Bahasa Melayu, Inggris dan Jawa. Suku Bawean juga terkenal dengan budaya merantaunya. Mereka memulai merantau pada abad 15 dan 16 semenjak Bandar Malaka menjadi pusat perdagangan.

Terakhir adala suku Samin, Suku Samin merupakan suku yang memegang teguh tradisi dan adat, konsisten dalam berperilaku menjunjung tinggi kejujuran dan tidak berprasangka buruk pada orang lain, memiliki ajaran tersendiri yang berasal dari pedalaman Blora. Suku Samin merupakan keturunan dari para pengikut amin Suorsentiko yang mengajarkan ‘Sedulur Sikep’Makna dari ‘Sedulur Sikep’ yaitu Saudara dan Senjata, berdefinisikan sebagai mengutamakan perlawanan tanpa senjata dan tanpa kekerasan.

Mulanya, ajaran ini dari masa penjajahan Belanda dan Jepang. Sering kali suku Samin membuat pemerintah Belanda dengan sikap mengobarkan semangat perlawanan kepada Belanda dengan menolak membayar pajak dan peraturan.

Suku ini bermula dari penduduk Desa Poso, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Ia adalah Ki Samin Surosentika, lahir pada tanggal 1859. Pada masa penjelajahan Belanda, Samin dianggap sebagai residivis atau narapidana yang kerap kali keluar-masuk penjara karena sering mencuri dan dianggap oleh masyarakat berhati mulia. Tindakan ini meresahkan pemerintah Belanda sehingga akhirnya ditangkap dan dibuang ke luar Jawa beserta delapan pengikutnya. Samin Surentiko wafat dalam pengasingan di Kota Padang, Sumatera Barat pada tahun 1914.

AKURAT.CO, Jawa Timur adalah provinsi terluas dibandingkan 6 provinsi lainnya di Pulau Jawa, dengan keberadaan jumlah penduduk yakni 40.665.696, serta memiliki luas wilayah 47.803,49 km².  

Wilayah Jawa Timur sendiri meliputi ujung timur Pulau Jawa, Pulau Madura, Pulau Bawean, Pulau Kangean dan Pulau kecil lainnya. Mayoritas penduduk Jawa Timur adalah Suku Jawa. Selain itu ada Suku Madura, Suku Bawean, Suku Osing dan lain-lain. Berikut suku-suku mayoritas yang mendiami wilayah Jawa Timur.

Suku Jawa

Tentu saja, suku Jawa merupakan suku terbesar yang ada di Provinsi Jawa Timur. Bahkan, mereka tersebar di beberapa daerah lainnya melalui program transmigrasi yang disediakan pada thun 1980-an. Mayoritas orang Jawa adalah Islam, dengan beberapa minoritas Kristen, Kejawen, Hindu, Budha dan Konghuchu.

Tak diragukan lagi, suku Jawa sangat menjunjung tinggi kehormatan, keseimbangan dan keharmonisan. Terlihat dalam keseharian mereka yang berperilaku sopan nan sederhana.

Bahkan, ada kata-kata yang kerap dilontarkan oleh orang tua kepada orang lebih muda yang tidak punya sopan santun yaitu ‘Wong Jowo Ora Jawani’. 

Terdapat pementasan yang terkenal dari suku Jawa yakni pementasan wayang. Selain itu, seni batik dan keris juga merupakan dua bentuk ekspresi masyarakat Jawa.

Suku Madura

Suku Madura kebanyakan mendiami Pulau Madura dan daerah Tapal Kuda seperi Bondowoso dan Situbundo. Hampir semua orang Madura merupakan penganut agama Islam. 

Bahasa yang mereka pakai adalah Bahasa Madura dengan dialek Kangean, Sumenep, Pemekasan, Bangkalan, Probolinggo, Bondowoso dan Situbondo. Bahasa Madura juga mengenal tingkatan bahasa yaitu, bahasa kasar, menengah dan halus.

Masyarakat Madura dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi tali kekerabatan, dan salah satu simbol yang mendukung tentang tali kekerabatan ini dapat dilihat dari denah sebuah rumah yang masih bersifat tradisional atau rumah - rumah adat yang terdapat di Madura. 

Selain itu, terdapat warna-warna khas batik tulis di daerah tempat tinggal masyarakat Madura yakni menggunakan warna-warna yang tajam dan kontras yang disesuaikan dengan karakter masyarakat Madura. Salah satu warna yang menjadi ciri khas adalah warna merah. 

Tradisi membatik di Madura yang terkenal adalah Batik Genthongan. Disebut Genthongan karena proses pewarnaannya direndam terlebih dahulu kedalam wadah atau gentong besar.

Suku Osing

Suku ini berasal dari Kerajaan Blambangan yang merupakan bagian dari Kerajaan Majapahit. Kata Osing sendiri atau Using artinya tidak atau dalam bahasa Jawa ‘Orak’. 

Kekhasan dan keunikan suku Osing ini terdapat pada keberagaman kebudayaannya, berupa pencampuran antara budaya Jawa, Madura dan Bali.

Kebanyakan suku Osing tinggal di Ujung Timur Pulau Jawa, sebagian besar terletak di Kabupaten Banyuwangi.

Suku ini memiliki beragam seni dan budaya serta sumber daya alam yang berlimpah. Terdapat tradisi kepercaaan suku Osing, antara lain, Jaran Goyan, Selametan Tumpeng Sewu. 

Suku osing memiliki kesamaan bahasa dengan masyarakat Suku Jawa pada umumnya, hanya dialegnya saja yang berbeda dengan masyarakat lainnya; ada percampuran dialek suku Madura dan suku Bali. 

Selain itu, kerajinan suku osing terbilang masih tradisional, yakni, motif batik gajah oling, tenunan dari serat pisang abaca sampai angklung paglak.

Suku Osing adalah salah satu dari sekian banyak suku di Jawa, terutama di Banyuwangi Jawa Timur yang masih menjaga, melestarikan dan melaksanakan kebudayaannya maupun adat dan tradisi. 

Suku Bawean

Suku bawean merupakan kelompok kecil masyarakat Melayu yang berasal dari Pulau Bawean. Siapa sangka, Bawean ini sering disebut Pulau Putri, karena banyak pria muda yang merantau ke Pulau Jawa atau ke luar negeri. 

Kata Bawean berasal dari bahasa sansekerta yang artinya ada sinar matahari. Kenapa bisa diartikan sebagai sinar matahari? Karena ada sekelompok pelaut Kerajaan Majapahit yang terjebak di laut Jawa dan terdampar di Bawean ketika matahari terbit.

Bahasa yang diterapkan oleh suku Bawean ini merupakan percampuran dalam bahasa melayu, bahasa Inggris serta bahasa Jawa.

Suku Tengger

Suku yang satu ini tinggal di tiga desa di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo yaitu Desa Jetak, Wonoronto, dan Ngadasari. Masyarakat ini disebut Suku Tengger karena daerah pemukiman mereka terletak di Pegunungan Tengger.

Setiap tahun, suku tengger mengadakan upacara Kasada, yakni upacara pemujaan kepada roh leluhur yang dilakukan di kawah Gunung Bromo. Orang Tengger masih memiliki citra agraris yang kuat. Disisi lain, tidak hanya pemandangan alamnya yang mempesona, tetapi juga memiliki kekhasan keagamaan dan adat istiadatnya yang kuat.

Suku Samin

Suku Samin mendiami wilayah Bojonegoro, Tuban, Jawa Timur dan tersebar di wilayah Blora Jawa Tengah. Suku ini mempunyai kepercayaan yakni disebut Saminisme, adalah keturunan para pengikut Samin Surosentiko yang mengajarkan Sedulur Sikep. 

Dulu, ajaran ini membuat orang suku Samin dianggap kurang pintar dan sinting. Kata Sedulur memiliki arti "saudara", dan Sikep adalah "senjata". Sedulur Sikep bermakna ajaran Samin yang mengutamakan perlawanan tanpa senjata dan tanpa kekerasan. 

Semua berawal dari masa penjajahan Belanda dan Jepang pada zaman dahulu. Sedulur Sikep artinya mereka mengobarkan semangat perlawanan kepada Belanda, dengan cara menolak membayar pajak dan semua peraturan dari pemerintah kolonial.

Masyarakat suku Samin sering kali memusingkan pemerintah Belanda dan Jepang dengan sikap ini, yang mana sampai sekarang masih suka dianggap menjengkelkan oleh orang asing.[]