Sifat sifat yang bisa diteladani dari Khulafaur Rasyidin

Sifat sifat yang bisa diteladani dari Khulafaur Rasyidin

Jakarta, Muslim Obsession – Banyak hal yang bisa kita teladani dari sosok para sahabat Nabi Muhammad Saw. Mereka sangat layak menjadi panutan karena akhlaknya begitu mulia. Para sahabat ini adalah cermin bagaimana mereka bisa meneladani setiap tindak tanduk dan ucapan Nabi yang begitu mulianya.

Karenanya, sebagai umat Islam di akhir zaman ini sudah sepatutnya kita mampu meniru atau meneladani sikap mulia dari para sahabat. Salah satunya kali ini adalah meneladani sikap dan prilaku khulafaur rasyidin yang menjadi khalifah ketiga, yakni Utsman bin Affan.

Usman termasuk salah satu sahabat yang selalu mendampingi dan menyertai perjuangan Rasulullah Saw. Berikut beberapa sikap mulia dari sosok Utsman bin Affan yang bisa kita jadikan panutan.

1. Lembut dan Pemalu yang disegani Nabi dan Malaikat

Siti Aisyah RA meriwayatkan bahwa suatu hari Abu Bakar ingin bertemu Rasulullah Saw yang saat itu tengah berbaring dengan baju yang agak tersingkap hingga betisnya terlihat.

Selesai berbincang, Abu Bakar pun pulang dan kemudian datanglah Umar. Tak lama usai berdiskusi, Umar pun pulang. Lalu datanglah Utsman meminta izin bertemu Rasulullah SAW.

Mendengar Utsman yang datang, Rasulullah segera duduk dan merapikan pakaiannya. Setelah Utsman pulang, Aisyah pun bertanya kenapa Nabi menyambut Utsman dengan cara lebih santun. Rasulullah menjawab,

“Utsman seorang pemalu. Kalau dia masuk sedang aku masih berbaring, dia pasti malu untuk masuk dan akan cepat-cepat pulang sebelum menyelesaikan keperluannya. Hai, Aisyah, tidakkah aku patut malu kepada seorang yang disegani para malaikat?” (HR. Ahmad)

Dari riwayat itu, Rasulullah telah mengajarkan akhlak malu sebagai teladan bagi kita. Malu gak bakal memberikan kepada kita sesuatu selain kebaikan. Sebaliknya, kita bakal sulit mendapatkan kebaikan kalau hilang rasa malu.

2. Selalu sungkan jika tidak menolong kaumnya yang kesulitan

Ketika kaum muslimin hijrah dari Makkah ke Madinah, mereka mengalami masalah kesulitan air. Di sana ada sebuah sumur milik seorang Yahudi yang airnya sengaja diperdagangkan, sedangkan kaum muslim telah meninggalkan harta bendanya di Makkah.

Utsman pun pergi ke rumah Yahudi itu untuk membeli separuh sumurnya, yakni sehari milik muslimin dan sehari hak milik orang Yahudi itu. Saat tiba giliran hak Utsman, umat muslim bergegas mengambil air untuk kebutuhan dua hari. Karena perdagangan airnya tak lagi berkembang, Yahudi itupun menjual sumur itu sepenuhnya pada Utsman.

Itulah salah satu contoh kedermawanan Utsman bin Affan yang tak segan menyumbang harta untuk mengeluarkan umat muslim dari kesusahan. Terlebih untuk kaumnya.

3. Kekayaannya digunakan untuk kepentingan agama

Kedermawanan Utsman bin Affan tak hanya dikenal di kalangan umat miskin, tapi Utsman juga tak segan memberikan hartanya dalam perjuangan agama Islam. Seperti saat kaum muslimin dilanda krisis ekonomi dan mengalami kesulitan mempersiapkan perang Tabuk karena kurangnya perbekalan dan senjata.

Di tengah kesedihan itulah Utsman bin Affan memberikan 200 ekor unta lengkap dengan persenjataanya. Rasulullah Saw tersenyum menerima bantuan itu sambil berdoa, “Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu, wahai Utsman. Dosa yang kamu rahasiakan maupun dosa yang kamu nyatakan” (HR Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf)

Beginilah kalau harta berada di tangan orang yang saleh. Manfaatnya terasa bagi kemanusiaan dan kemajuan agama.

4. Punya gagasan berlian membukukan Al-Quran menjadi mushaf pertama kali

Pemikiran cerdas ini muncul di masa kekhalifahan Utsman bin Affan. Ayat-ayat Al-Quran yang sebelumnya ditulis dalam lembaran-lembaran terpisah, disimpan di rumah Hafshah binti Umar, istri Rasulullah Saw. Setelah Umar RA wafat, Utsman mengambilnya untuk kemudian dibukukan dengan membentuk panitia.

Terpilihlah Zaid bin Tsabit sebagai ketua yang menyalin lembaran ayat menjadi mushaf. Setelah tugas besar itu selesai, Utsman mengembalikan lembaran Al-Quran pada Hafshah. “Al Musshaf” pertama itu disimpan pada khalifah Utsman di Madinah, empat buah lagi dikirim ke Makkah, Syria, Basrah dan Kufah untuk disalin dan diperbanyak.

Kalau tak ada pemikiran cerdas dan kepedulian akan keutuhan kitab suci, mungkin tak akan lahir mushaf Al-Quran yang bisa kita baca dan amalkan hingga saat ini.

5. Sabar dan berserah diri pada Allah SWT saat fitnah besar menimpanya di ujung khayatnya

Pada akhir tahun 34 Hijriah, daulah Islam mulai dilanda fitnah berupa tuduhan-tuduhan palsu terhadap pemerintahan Utsman. Pemberontak dari Mesir berperan utama dalam perang propaganda melawan kekhalifahan. Pada masa ini, Utsman banyak menangis dan bertaubat pada Allah SWT.

Pemberontakan kian memanas sampai kediaman Utsman dikepung oleh musuh. Pendukung Utsman yang kalah jumlah dari pemberontak, meminta pada Utsman untuk membiarkan mereka berperang melawan musuh. Tapi karena kesabarannya, Utsman mencegah karena tak ingin ada pertumpahan darah sesama muslim.

Suatu hari, para pendurhaka menyerbu rumah Utsman dan membunuhnya. Mereka tak menaruh sedikit pun belas kasihan pada Utsman yang telah berjuang dan menginfakkan hartanya demi kemajuan Islam. Utsman bahkan harus dibunuh oleh orang-orang durhaka yang gila jabatan.

Itulah beberapa sikap teladan yang bisa dipetik dari perjalanan hidup khalifah Usman bin Affan. Semoga uraian di atas bisa menambah kecintaan kita sebagai muslim pada para sahabat Rasulullah Saw. (Albar)

You're Reading a Free Preview
Pages 5 to 8 are not shown in this preview.

Jakarta -

Setelah Nabi Muhammad SAW wafat pada tahun 632 Masehi atau tahun 11 H, terdapat empat sahabat Rasulullah SAW yang kemudian dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin. Siapa saja khulafaur rasyidin tersebut?

Mengutip dari laman resmi Sekolah Tinggi Teknologi Bandung, pengertian khulafaur rasyidin (الخلفاء الراشدون) atau khalifah ar-rasyidin adalah empat orang khalifah yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan Nabi Muhammad setelah beliau wafat.

Khulafaur Rasyidin ini dapat diartikan secara harfiah sebagai para pemimpin yang mendapatkan petunjuk. Empat sahabat Rasul yang termasuk dalam khulafaur rasyidin adalah Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Penjelasan tentang khulafaur rasyidin ini juga dapat ditemukan dalam firman Allah QS. At Taubah ayat 100:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Artinya: "Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung." (QS. At Taubah: 100).

Keempat sahabat Rasulullah tersebut termasuk orang-orang yang mengakui kerasulan Nabi Muhammad SAW sejak awal. Keempat khalifah tersebut juga dipilih berdasarkan konsensus bersama umat Islam.

Masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin merupakan masa yang penting dalam perjalanan Islam. Menurut buku Sejarah Hukum Islam karya Dr. Fauzi, S.Ag., M.A., periode ini dianggap sebagai periode pertama pembentukkan fiqih Islam.

Selain itu, setelah hukum-hukum syariat sempurna pada masa Rasulullah SAW, lalu pindah ke zaman para sahabat di mana mereka harus memikul tanggung jawab mencari sumber-sumber syariat. Hal ini diperlukan agar mereka dapat menjawab perkembangan zaman yang tidak ada dalam Al Quran dan sunnah.

Keempat khulafaur rasyidin ini berhasil memperluas syiar agama Islam hingga ke luar jazirah Arab, menyelamatkan Islam, serta meletakkan dasar-dasar kehidupan agama Islam terhadap umatnya.

Nama-nama khulafaur rasyidin beserta gelar dan kisah singkatnya:

1. Abu Bakar Ash Shiddiq

Abu Bakar Ash-Shiddiq bernama lengkap Abdullah bin Utsman (Abu Qahafah) bin Amir bin Amru bin Ka'ab bin Sa'd bin Tamim bin Murrah bin Lu'ai bin Ghalib bin Fihr al-Tamimi al-Quraisyi dan lahir di Mekkah pada tahun 572 M.

Kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq RA berlangsung selama 2 tahun 3 bulan, seperti yang dikutip dari Buku Kisah Hidup Abu Bakar al-Shiddiq. Ia adalah seorang khalifah pertama dan menjadi satu-satunya yang disebut sahabat Rasulullah oleh Allah SWT dalam QS. At Taubah ayat 40.

Selain ucapan dan tingkah lakunya yang menggambarkan kejujuran, Abu Bakar juga selalu mengakui dan membenarkan Nabi Muhammad SAW saat diangkat menjadi nabi. Oleh karena itu, ia menyandang gelar yang sampai saat ini selalu mengikuti namanya, Ash-Shiddiq yang berarti jujur dan membenarkan.

2. Umar bin Khattab

Umar bin Khattab lahir di Mekkah pada 582 M dan menjadi khalifah pada tahun 634 M menggantikan Abu Bakar. Ia bernama lengkap Umar bin Khattab bin Ady bin Abd al-'Uzza bin Riyakh bin Abdullah bin Qorth bin Razakh bin Ka'ab bin Ady bin Luay bin Ghalib al-Qurasyi al-Adwi.

Rasulullah SAW memberinya julukan Al-Faruq (sang pembeda) atau berarti sebagai orang yang mampu membedakan antara yang haq (kebenaran) dan yang bathil (kesesatan). Selain itu, Umar juga menjadi orang pertama yang digelari dengan Amir al-Mu'minin (pemimpin orang beriman).

Dalam sebuah kisah yang ditulis oleh Mustafa Murrad, mantan istri Umar bin Khattab menceritakan tentang ibadah Umar yang tidak mengenal waktu.

Umar bin Khattab juga kerap kali terjaga di malam dan siang hari untuk beribadah dan juga berpuasa demi hajat rakyatnya, seperti yang dikisahkan oleh Mu'awiyah bin Khudayj, jenderal dari suku Kindah.

3. Utsman bin Affan

Utsman bin Affan lahir pada enam tahun setelah Tahun Gajah, tepatnya 579 M di Thaif, daerah subur kawasan Hijaz, sebuah wilayah di sebelah barat laut Arab Saudi. Hal inilah yang membuat usianya 6 tahun lebih muda dibandingkan dengan Rasulullah SAW.

Dikutip dari buku Abdul Syukur Al-Azizi yang berjudul Utsman bin Affan Ra, Utsman bin Affan terlahir dari keluarga bangsawan yang kaya raya dan berpengaruh dari Suku Quraisy silsilah Bani Umaiyah.

Meskipun terlahir dari lingkungan yang kaya raya, Utsman rela untuk keluar dari segala kenikmatan dan kemewahan hidupnya demi memegang tanggung awab dakwah yang melelahkan, penuh risiko, menguras tenaga, dan pikiran.

Ia tidak segan untuk membagikan rezekinya secara cuma-cuma untuk kebutuhan berperang atau pun khalayak luas.

Dikisahkan dari Ibn Syihab Al-Zuhri, seorang ulama ahli hadits, mengatakan, "Utsman mempersiapkan Jaisyul Usrah (pasukan sulit) saat Perang Tabuk dengan 940 ekor unta dan 60 ekor kuda, sehingga sempurna berjumlah 1.000."

Salah seorang sahabat Rasulullah, Hudzaifah pun bercerita bahwa Utsman datang kepada Rasul sambil membawa 10.000 dinar (kira-kira Rp 483 juta) yang diserahkan dengan kedua tangannya.

4. Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thaib bin Abdul Muththalib bin Hasyim lahir di Mekkah pada tanggal 13 Rajab. Ali lahir pada tahun ke-32 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ada juga yang menyebutkan jika Ali dilahirkan pada 21 tahun sebelum hijriah.

Semasa kecil, Rasulullah SAW telah mengasuh, mendidik, dan mengajari Ali bin Abi Thalib. Kasih sayang dan kemuliaan Rasulullah SAW inilah yang membentuk karakter Ali saat dewasa.

Melansir dari buku Kisah Hidup Ali Ibn Abi Thalib karya Mustafa Murrad, Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyatnya. Ia pun suka berkeliling sekadar untuk menantikan siapa pun yang menghampirinya guna meminta bantuan atau bertanya padanya.

Ia berjalan mengelilingi pasar untuk berdakwah, mengingatkan manusia untuk bertakwa kepada Allah SWT dan melakukan transaksi jual beli dengan baik.

Sebagaimana yang dikisahkan oleh penulis Zaidan, Ali bin Abi Thalib memiliki kebiasaan berjalan ke pasar seorang diri. Biasanya ia menasihati orang yang tersesat, menunjukkan arah kepada orang yang kehilangan, menolong orang yang lemah, hingga menasihati para pedagang dan penjual sayur.

Nah, itulah penjelasan tentang pengertian khulafaur rasyidin dan kisah teladannya masing-masing. Semoga menginspirasi!

Simak Video "Silaturahmi Senior Golkar Usai Peresmian Masjid Baru di Markas Partai"



(erd/erd)