Siasat perang yang terkenal digunakan oleh jendral sudirman adalah perang

JAKARTA - Kita pasti tahu dengan taktik perang gerilya yang pernah diterapkan oleh Panglima Besar Jenderal Sudirman. Tapi mungkin juga masih banyak yang bertanya-tanya apa dan seperti apa perang gerilya seperti yang pernah dilakukan Jenderal Sudirman.

Gerilya adalah salah satu strategi perang yang dikenal luas, karena banyak digunakan, selama perang kemerdekaan di Indonesia pada periode 1950-an. Bagi tentara perang gerilya sangatlah efektif. Mereka dapat mengelabui,menipu atau bahkan melakukan serangan kilat.

Taktik ini juga sangat membantu dan manjur saat menyerang musuh dengan jumlah besar yang kehilangan arah dan tidak menguasai medan. Kadang taktik ini juga mengarah pada taktik mengepung secara tidak terlihat (invisible).

ampai sekarang taktik ini masih dipakai teroris untuk sembunyi. Jika mereka menguasai medan mereka dapat melakukan penahanan sandera, berlatih, pembunuhan, hingga menjadi mata-mata. Dan musuh dapat melakukan nomaden, yaitu berpindah-pindah dan menyerang secara bersembunyi tanpa ketahuan oleh lawan.

Tokoh besar dalam gerilya ini adalah Jendral Soedirman dari Indonesia bahkan karena siasat nya ini membuat pasukan Belanda ketar ketir ketika melawan pasukan gerilya Indonesia saat itu dan ditiru oleh Ho Chi Minh sehingga Vietnam Utara menang melawan Vietnam Selatan dan Amerika Serikat.

Perang Gerilya adalah salah satu peristiwa besar yang pernah dialami Indonesia. Dicetuskan dan dipimpin langsung oleh Jenderal Soedirman kala itu, Perang Gerilya berhasil membuat pasukan Belanda Kocar kacir. Perang Gerilya adalah suatu taktik perang yang dilakukan secara sembunyi dan berpindah-pindah.

Dalam perang Gerilya, Jenderal Sudirman memimpin pasukan dari atas tandu. Sebab kondisinya yang lemah akibat penyakit Bronchitis yang dideritanya. Perang ini juga merupakan jawaban kekecewaan Jenderal Sudirman kepada Soekarno Hatta yang lebih memilih jalur diplomasidi banding berperang untukmenjaga kedaulatan NKRI.

Awal mula terjadinya perang ini yakni pasukan tentara Belanda melakukan serangan penyerangan militer ke II melakukan serangan dari udara laut dan darat keseluruh wilayah nusantara. Pada tanggal 19 Desember 1948. Tujuanya ialah menguasai nusantara kembali dengan cara keseluruhan.

Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa perang gerilya adalah tekhnik mengepung dengan cara tak terkesan. Setiap target yang diserang belanda, banyak yang telah kosong, namun pada saat yang tak disangka-sangka, tentara republik menyerang kedudukan Belanda dengan cepat. Akibatnya, koordinasi Belanda menjadi tidak seimbang dan mereka terpukul mundur.

Perjalanan bergerilya selagi delapan bulan ditempuh tak lebih lebih 1.000 km di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sering Sudirman wajib ditandu alias digendong sebab dalam keadaan sakit keras. Seusai berpindah-pindah dari berbagai desa rombongan Soedirman kembali ke Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1949.

Perlawanan gerilyanya Jenderal Sudirman ini ditetapkan sebagai sarana pengembangan esprit de corps bagi tentara Indonesia, dan rute gerilya yang ditempuhnya harus diikuti oleh taruna Indonesia sebelum lulus dari Akademi Militer (Akmil).(fin)

(amr)

  • #HUT TNI ke-72
  • #Perang Gerilya
  • #Jenderal Soedirman

Pasca proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia justru mengalami masa-masa paling berat dalam mempertahankannya. Pasalnya, pihak Belanda bersama sekutunya, dan Jepang masih berupaya mengambil alih kekuasaan di Indonesia. Berbagai perlawanan rakyat Indonesia terus dilakukan, salah satunya melalui Perang Gerilya.

Gerilya merupakan salah satu strategi perang dalam perjuangan para pejuang dalam rangka merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Perang gerilya merupakan terjemahan dari bahasa Spanyol yaitu guerrilla yang secara harfiah berarti perang kecil.

Dalam sejarahnya, perang gerilya merupakan perlawanan perang yang dilaksanakan secara berpindah-pindah, sembunyi-sembunyi, penuh sabotase, namun fokus dan efektif. Dimana, dengan strategi perang gerilya ini maka pasukan Indonesia sewaktu-waktu dapat menyerang pihak Belanda dimanapun mereka berada.

Adapun salah satu contoh perang gerilya di Indonesia yang memberikan dampak bagi dunia internasional akan keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah Serangan Umum 1 Maret 1949 dibawah pimpinan Jenderal Sudirman. Jenderal Sudirman dikenal sebagai pimpinan yang andal dalam eksekusi strategi gerilya.

(Baca juga: Cari Tahu Lebih Jauh tentang Perang Aceh)

Beliau pernah bergerilya sejauh 1000 km selama 8 bulan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bahkan, dalam keadaan sakit hingga harus ditandu dan digendong, Ia tetap melaksanakan tugas sebagai pemimpin pasukan. Karena siasatnya ini pasukan Belanda ketar ketir ketika melawan pasukan gerilya Indonesia.

Awal Perang

Pada awalnya, Belanda kembali masuk ke Indonesia terutama di Pulau Jawa pada 14 Desember 1948. Kedatangan Belanda untuk melumpuhkan dan menghancurkan semangat militer Indonesia. Berbagai serangan dilakukan oleh pasukan Belanda, bahkan di Yogyakarta dilancarkan di Pangkalan Udara Maguwo kemudian berlanjut lewat serangan darat.

Pada 19 Desember 1948, Yogyakarta mampu dilumpuhkan dan dikuasai pasukan Belanda. Bahkan, Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moh. Hatta dan beberapa pejabat Indonesia ditangkap pihak Belanda. Hal ini membawa Jenderal Sudirman untuk meninggalkan Yogyakarta untuk gerilya.

Selama gerilya Jenderal Sudirman dan pasukan berjalan untuk berpindah-pindah tempat. Mereka berjalan cukup jauh dengan menyebrangi sungai, gunung, lembah, dan hutan. Para pejuang juga melakukan penyerangan ke pos-pos yang dijaga Belanda atau saat konvoi.

Gerilya yang dilakukan pasukan Indonesia merupakan strategi perang untuk memecah konsentrasi pasukan Belanda. Kondisi itu membuat pasukan Belanda kewalahan, apalagi penyerangan dilakukan secara tiba-tiba dan cepat. Adanya taktik ini membuat TNI dan rakyat yang bersatu berhasil menguasai keadaan dan medan pertempuran. Puncaknya terjadinya serangan 1 Maret 1949 serentak di seluruh wilayah Indonesia dan berhasil memukul mundur pihak Belanda.

Ditiru negara lain

Dahsyatnya strategi perang gerilya ini akhirnya juga ditiru oleh negara lain, yaitu Ho Chi Minh, sehingga Vietnam Utara bisa menang melawan Vietnam Selatan dan Amerika Serikat.

Bagi suatu pasukan atau tentara, perang gerilya dinilai sangatlah efektif. Pasalnya, mereka dapat mengelabui, menipu, atau bahkan melakukan serangan kilat terhadap musuh. Taktik ini juga sangat membantu dan manjur saat menyerang musuh dengan jumlah besar yang kehilangan arah dan tidak menguasai medan.

Kadang taktik ini juga mengarah kepada taktik mengepung secara tidak terlihat (invisible). Saat ini, taktik perang gerilya oleh Jenderal Sudirman ditetapkan sebagai sarana pengembangan esprit de corsp dalam tubuh tentara Indonesia (TNI). Selain itu, para taruna yang ada di pendidikan Militer harus mengikuti rute gerilya yang ditempuh Jenderal Sudirman sebelum lulus Pendidikan.

Setelah proklamasi kemeredekaan Indonesia, perjuangan bangsa Indonesia ternyata belum berakhir. Sebab pada saat itu, Belanda beserta sekutu masih berupaya untuk berkuasa kembali di Indonesia. Menyadari hal tersebut, bangsa Indonesia melakukan beragam upaya untuk mempertahankan kemerdekaan. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu perlawanan melalui perang gerilya.

Gerilya adalah salah satu strategi perang perjuang dalam rangka merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Berdasarkan sejarahnya, perang ini termasuk perlawanan perang yang dilakukan secara berpindah-pindah, sembunyi-sembunyi, penuh sabotase, namun tetap fokus dan efektif.

Salah satu perang gerilya yang paling terkenal di Indonesia yaitu Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dipimpin oleh Jenderal Soedirman. Hal tersebut membuat Jenderal Soedirman sebagai tokoh perang gerilya di Indonesia. Bagaimana sejarah dari perlawanan tersebut? Berikut penjelasannya.

Sejarah Perang Gerilya

Melansir dari kelaspintar.id, latar belakang dari perang ini yaitu kedatangan Belanda kembali ke Indonesia. Benda mendatangi beberapa wilayah, termasuk Jawa. Tujuan kedatangan Belanda yaitu untuk melemahkan militer Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, Belanda menyerang Yogyakarta melalui serangan udara dan darat.

Tanggal 19 Desember 1948, Yogyakarta berhasil di kuasai Belanda. Bahkan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia pada saat itu ditangkap pihak Belanda. Hal tersebut yang membuat Jenderal Soedirman memutuskan meninggalkan Yogyakarya untuk bergerilya.

Baca Juga

Selama gerilya, Jenderal Soedirman dan pasukannya berjalan untuk berpindah-pindah tempat. Mereka berjalan melewati sungai, gunung, lembah, dan hutan. Dalam perjalanan tersebut, para pejuang juga melakukan penyerangan ke pos Belanda.

Advertising

Advertising

Strategi perang gerilya yang dilakukan Jenderal Soedirman bertujuan untuk memecah konsentrasi pasukan Belanda. Kondisi tersebut ternyata efektif untuk membuat Belanda kewalahan, terlebih penyerangan tersebut dilakukan secara tiba-tiba dan cepat.

Taktik ini membuat TNI dan rakyat yang bersatu berhasil menguasai keadaan dan medan pertempuran. Puncak perlawanan rakyat Indonesia terjadi pada 1 Maret 1949 serentak di semua wilayah Indonesia dan berhasil memukul mundur Belanda.

Dampak Perang Gerilya bagi Kehidupan Masyarakat

Perang gerilya ternyata memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat. Berdasarkan penjelasan di Jurnal Penelitian Ilmu Sejarah, Sosial, dan Budaya 1(1), dampak positif perang gerilya yaitu meningkatkan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah dan tentara.

Jenderal Soedirman dan pasukannya berhasil membuktikan bahwa perlawanan dari tentara melalui strategi perang gerilya membuat Belanda tidak bisa kembali menguasai Indonesia. Pelawanan ini semakin memperkuat kedudukan bangsa Indonesia dan membuat Belanda tidak memandang rendah kekuatan tentara Indonesia.

Dari segi sosial, dampak pering gerilya membuat masyarakat semakin meningkatkan kerukunan dan semangat gotong royong. Perang ini memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya mempertahankan kemerdekaan. Adanya perang ini juga membuat masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan kedatangan tentara Belanda.

Baca Juga

Keberhasilan perang gerilya tidak bisa lepas dari peran pemimpinnya. Jenderal Soedirman merupakan pejuang kemerdekaan yang sudah berjuang sejak menjadi anggota Pembela Tanah Air (PETA).

Dalam Jurnal Strategi Pertanana Semesta 6(1), disebtkan bahwa Jenderal Soedirman merupakan pimpinan kesatuan Tentara Keselamatan Rakyat (TKR) yang cerdas, cakap, tegas, dan bijak. Hal tersebut terbukti dengan kesuksesannya dalam mengatur strategi untuk menghadapi pertahanan Sekutu – NICA di Ambarawa.

Dalam perang gerilya, Soedirman membuat strategi perang wilayah yang terorganisasikan oleh pusat komando yang tersembunyi. Berkat siasat yang dibuatnya, Yogyakarta akhirnya kembali dikuasai oleh Indonesia.

Dalam jurnal tersebut juga dijelaskan tentang pola kepemimpinan yang dimiliki Jenderal Soedirman. Panglima besar ini menerapkan kepemimpinan strategis, yakni kememimpinan yang bisa mengantisipasi suatu keadaan. Kepemimpinan strategis Jenderal Soedirman bisa digunakan sebagai teladan untuk generasi muda Indonesia karena berdampak positif untuk masyarakat dan bangsa.

Itulah penjelasan singkat tentang perang gerilya beserta ketelaudanan Jenderal Soedirman sebagai pemimpin gerilya. Sejarah besar tersebut bisa menjadi panutan untuk kita dalam mengisi kemerdekaan dengan cara-cara yang positif dan membangun.