Siapakah orang yang diperintahkan untuk tidur di tempat tidur Nabi Muhammad?

IHRAM.CO.ID, Alas tidur Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam begitu sederhana. Alas tidur beliau berdasarkan catatan yang valid terbuat dari kulit yang diisi sabut.

Berdasarkan catatan lainnya, Umar bin Khattab RA pernah masuk ke kamar pribadi Rasulullah. Di sana, dia mendapati beliau tengah tidur di atas tikar terbuat dari pelepah kurma. Sehingga, terlihat meninggalkan bekas di lambungnya.

Pada waktu lain beliau tidur beralaskan mantel kasar atau kulit yang digelar. Ada juga keterangan bahwa beliau tidur di atas “ranjang” terbuat dari rakitan pelepah kurma atau lainnya yang diikat dengan tali. Sehingga, terlihat meninggalkan bekas di lambungnya.

Alas tidur beliau yang sangat sederhana itu tentu saja mengundang rasa takjub siapa pun yang melihatnya. Bahkan, Umar sampai meneteskan air matanya saat melihat bekas tikar di lambung beliau. Lalu dia berkata,

“Engkau adalah Rasulullah. Sedangkan kisra dan kaisar tidur di atas ranjang terbuat dari emas.”

Hidayatullah.com | UMUMNYA, tempat tidur itu terbuat dari bahan yang halus, lembut, empuk, dan nyaman. Agar enak saat dipakai merebahkan badan.

Namun tidak dengan Rasulullah ﷺ. Aisyah pernah ditanya, “Bagaimana alas tidur yang biasa dipakai Rasulullah ﷺ di rumahmu?” Aisyah menjawab, “Alas tidur itu terbuat dari kulit hewan yang diisi dengan sabut  pelepah daun kurma.”

Hafshah, istri Rasulullah ﷺ yang lain juga pernah ditanya, “Bagaimana alas tidur yang dipakai Rasulullah ﷺ di rumahmu?” Ia menjawab, “Alas tidurnya berupa selembar kain dari bulu hewan yang kami lipat jadi dua. Kemudian beliau tidur di atasnya. Hingga pada suatu malam aku berfikir untuk menambah lipatannya menjadi empat lipatan agar lebih nyaman bagi beliau. Kemudian aku tambahkan kain hingga menjadi empat lipatan.”

Keesokan harinya beliau bertanya, “Alas tidur apa yang disediakan tadi malam?”. Aku menjawab, “Alas tidur yang biasa engkau pakai ya Rasulullah. Hanya saja kami tambahkan hingga menjadi empat lipatan. Kami pikir yang demikian itu lebih nyaman bagimu.” Beliau bersabda, “Kembalikan alas itu seperti biasanya saja. Sungguh, karena terlalu nyaman, ia telah menghalangi dari shalat malam.”

Cerita di atas ada di dalam kitab Imam Tirmidzi yang disyarah  oleh Syaikh  Abdurazaq bin Abdul Muchsin Al-Badr. Kitab ini berjudul Syarah Syamail.

Menurut Abdurazak, dalam  sanad hadis di atas terdapat Abdullah bin Maimun. Selain itu, hadis ini matruk, berderajat  sangat dhaif. Kecuali jawaban

Aisyah. Ia shahih karena ada hadits lain yang mendukungnya. Hadis itu diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Tirmidzi yang artinya, “Aisyah berkata: “Alas tidur Rasulullah hanya terbuat dari kulit binatang yang diisi dengan serabut yang terbuat dari pelepah daun kurma.”*

Rep: Bambang S.
Editor: Rofi' Munawwar

RASULULLAH beserta para sahabat hendak pergi berhijrah atas perintah Allah. Namun, sebelum Rasulullah pergi berhijrah, para kaum kafir Quraisy memiliki rencana untuk membunuh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.

Di dalam rumah, Rasulullah dan Abu Bakar bersiap hendak berangkat berhijrah. Untuk mengelabui kaum Quraisy yang hendak membunuh Rasullullah, Rasulullah meminta Ali bin Abi Thalib menyamar sebagai dirinya.

“Ali, pakailah jubah hijauku ini dan tidurlah diranjangku seakan-akan kamu adalah diriku,” perintah Rasulullah.

BACA JUGA: Ketika Ali bin Abi Thalib Merobek Gerbang Besi Khaybar

“Baik, wahai Rasulullah, saya akan menyamar sebagai anda,” jawab Ali tanpa ada keraguan sama sekali dalam dirinya. Padahal penyamaran tersebut sangat berbahaya bagi keselamatan nyawanya.

“Aku dan Abu Bakar akan berangkat lebih dahulu ke Madinah. Tinggalah engkau di Makkah sementara waktu untuk menyelesaikan semua amanah umat.”

“Baik, wahai Rasulullah.”

Ali berganti baju menggunakan baju milik Rasulullah. Lalu Ali segera berbaring di ranjang Rasulullah. Sedangkan Rasulullah menyelinap keluar rumah bersama Abu Bakar tanpa terlihat oleh kaum kafir Quraisy. Rupanya Allah telah menutup penglihatan mereka. Rasulullah dan Abu Bakar menyusuri jalan yang terjal menuju Gua Tsur.

Menjelang tengah malam kaum kafir Quraisy mengepung rumah Rasulullah. Mereka mengintai ke dalam rumah dan melihat seseorang yang tengah tidur di ranjang.

“Itu pasti Muhammad,” ucap salah seorang dari mereka.

“Ayo, kita masuk rumah Muhammad sekarang juga!” timpal yang lain.

“Kita habisi Muhammad, mumpung dia sedang lengah.” Tegas yang lainnya.

Kaum kafir Quraisy, segera masuk. Sosok yang tengah tidur itu dikepung dengan pedang yang terhunus.

“Hai, Muhammad! Bangunlah! Kami datang untuk membunuhmu!”

Sosok itu bangun dan membuka selimutnya.

BACA JUGA: Alasan Abdullah bin Amr bin Ash Ikut Perang Melawan Ali bin Abi Thalib

“Aku bukan Muhammad yang kalian cari.”

Orang-orang Quraisy yang hendak membunuh Rasulullah tersebut kaget. Mereka tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Ternyata bukan rasulullah melainkan Ali bin Abi Thalib.

“Hai, Ali! Kenapa bukan Muhammad yang tidur disini? Di mana dia berada?”

“Aku tidak tahu.” Jawab Ali dengan santainya.

Orang-orang Quraisy tersebut kecewa karena mereka gagal membunuh Rasuluullah SAW. Lalu mereka meninggalkan rumah Rasulullah dengan tangan hampa. []

Sumber: 77 Cahaya Cinta di Madinah/ Penulis: Ummu Rumaisha/ Penerbit: al-Qudwah Publishing/ Februari, 2015